“It’s not only about application”, Cara Enterprise Melakukan Transformasi ke Sistem Modern

“Shio anak IT itu hanya tiga: sapi perahan, kelinci percobaan, dan kambing hitam. Kalau kerjaan baik tidak pernah dipuji, error sedikit dicaci maki.” 

Itulah satu kutip kalimat yang disampaikan M. Andri Setiawan, S.T., M.Sc., Ph.D. pada NUNI IT Online Seminar Phase #2: Peran Teknologi Informasi dalam Kehidupan Global dengan judul “How an enterprise is rebuilding its legacy systems to modern ones”. Seminar ini dilaksanakan pada Kamis, 15 April 2021 melalui Zoom Meeting dan YouTube Live Streaming.

nuni-pak-andri

It’s not only about application! Pernahkah kamu mendengar pertanyaan, mengapa IT di suatu tempat tidak pernah maju dibandingkan tempat lain? Jawaban sederhananya, karena seringkali teknologi tidak ditempatkan sebagai “pemungkin solusi”. IT hanya dipandang sebagai perspective infrastructures dan perspective applications. Akibatnya, tim IT selalu menjadi “sapi perahan” yang dianggap mengerti segala permasalahan IT. Padahal, spektrum IT sangat luas. Tidak hanya itu, seringkali tim IT dijadikan “kelinci percobaan”. Misalnya, ketika tim marketing ingin membuat langkah besar untuk perusahaan—misal merekrut konsumen baru secara masif, tetapi IT-nya tidak disiapkan dengan maksimal. Kemudian, konsumen yang jumlahnya sangat banyak ini membuat sistem crash yang akhirnya menjadikan Tim IT sebagai “kambing hitam”.

Proses segregasi tersebut nyatanya terjadi bahkan di banyak perusahaan. Seperti yang kita lihat, tidak jarang perusahaan membagi divisi menjadi konsentrasi infrastruktur/jaringan, software development, dll. Hal ini menyebabkan terjadinya proses disconnect yang besar antara sistem informasi yang dimiliki perusahaan dengan bisnisnya sendiri.

Lantas, bagaimana seharusnya proses bisnis itu bisa selaras dengan IT itu sendiri? Bagaimana sebuah perusahaan bisa melakukan transformasi dari kultur yang lama ke kultur yang lebih modern?

Langkah pertama adalah membangun mindset. Sebuah perusahaan harus mulai melakukan transformasi sesuai dengan tujuannya. Hal ini dilakukan supaya perusahaan bisa memenuhi permintaan konsumen yang tidak pernah berakhir. Misalnya, transformasi dari konsep “delivery of technologies” ke “delivery of services” yang dilakukan Badan Sistem Informasi UII.

Langkah kedua adalah self managed team (scrum).  Scrum merupakan sebuah framework sederhana yang digunakan untuk mengelola pengembangan produk yang kompleks. Scrum team merupakan sebuah self managed team yang tidak harus menunggu atasan untuk melakukan sesuatu. Hal ini akan membuat produktivitas suatu perusahaan terus berjalan. Model produk pada self managed team berbasis iterasi yang dibangun oleh konsep sprint.

Langkah ketiga adalah transformasi ke sebuah sistem informasi yang terintegrasi seperti microservices. Ketika menggunakan scrum, maka kita akan menggunakan sprint. Implikasi dari penggunaan sprint adalah produk yang dihasilkan kecil-kecil (maksimal satu kali sprint hanya 4 minggu). Konsep yang tepat untuk sprint ini adalah microservices. Microservices membuat developer bebas menggunakan bahasa apa saja, tetapi tetap bisa saling berkomunikasi melalui API dengan developer/divisi lainnya.

Langkah keempat adalah pendekatan DevOps. DevOps bukanlah sebuah teknologi atau program, DevOps merupakan kultur baru untuk men-deliver sesuatu di lingkungan IT. Konsekuensi menggunakan DevOps, yakni “release small, release often” sehingga kita sering sekali kita menemukan bugs. Namun, menemukan bugs lebih cepat akan lebih baik daripada kita menemukan bugs ketika sudah men-develop whole package application

Langkah terakhir adalah Identity and Access Management (IAM). Dengan IAM, perusahaan dapat lebih mudah mengatur akses, identitas digital, dan akuntabilitas.

nuni-pak-andri

Seminar yang sangat menarik ini bisa Anda saksikan melalui: