Mahasiswa IT Kok Belajar Bahasa Arab?
Oleh: Aridhanyati Arifin, S.T., M.Cs.
Itulah pertanyaan yang kerap dilontarkan di awal pertemuan mata kuliah Bahasa Arab. Sejak tahun 2016, Program Studi Informatika – Program Sarjana FTI UII mulai memberlakukan mata kuliah Bahasa Arab dalam kurikulumnya. Persepsi yang jamak dimiliki masyarakat, bahasa Arab hanya dipelajari di jurusan-jurusan yang berkaitan dengan ilmu agama Islam, di pondok-pondok pesantren, atau di lembaga-lembaga bahasa asing. Umumnya, tujuan belajar pun disesuaikan dengan kepentingan masing-masing, apakah kepentingan akademik atau kepentingan karier. Maka, wajar jika pertanyaan ini muncul. Padahal, belajar bahasa Arab memiliki urgensi yang sangat penting diketahui semua umat Islam apapun bidang ilmu/kariernya.
Urgensi belajar bahasa Arab adalah sebagai berikut:
1. Belajar bahasa Arab merupakan suatu kewajiban.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Imam Syafii (w. 204 H) sbb:
“Wajib bagi setiap muslim belajar bahasa Arab sesuai dengan kesanggupannya agar benar dalam bersyahadat lâilaha illallâh dan muhammadun abduh wa rasûluh, membaca Kitabullah, melafazhkan dzikir yang diwajibkan atasnya seperti takbir, tasbih, tasyahhud, dan lain-lain. Jika dia berkenan mendalami bahasa yang dijadikan Allah sebagai bahasa penutup para nabi-Nya dan bahasa kitab terakhir yang diturunkan-Nya ini, maka itu lebih baik baginya.”
Syaikhul Islam (w. 728 H) juga berkata:
Bahasa Arab itu bagian dari agama. Mempelajarinya adalah sangat diwajibkan karena memahami al-Kitab dan as-Sunnah adalah wajib, dan keduanya tidak bisa dipahami kecuali dengan bahasa Arab. Kewajiban yang tidak bisa sempurna kecuali dengan sesuatu, maka sesuatu itu hukumnya wajib. Kemudian, di antara bahasa Arab itu ada yang fardhu ‘ain dan ada yang fardhu kifayah” (Iqtidha Shirathal Mustaqim: 207).
2. Bahasa Arab adalah bahasa Islam.
Al-Qur’an dan Hadits datang dalam bahasa Arab. Allah Swt. berfirman,
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya” (QS. Yusuf [12]: 2).
Bahasa ini merupakan media pengantar untuk memahami makna dan maksud dari Al-Qur’an dan Hadits. Bahasa Arab memiliki kekayaan linguistik yang tidak dimiliki bahasa lainnya. Ilmu sharaf dalam bahasa Arab menjadi bukti bahwa dari satu kosa kata dapat diubah dan dirombak untuk menunjukkan makna yang lain. Firman Allah Swt. sbb:
“Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al-Qur’an ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran. (Ialah) Al-Qur’an dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertakwa” (QS Az-Zumar [39]:27-28).
3. Meluruskan akidah dan taat syariah
Bila seseorang memahami pemahaman bahasa Arab dengan baik, maksud yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits akan menyentuh akal dan perasaannya. Ini akan menambah keyakinannya atas kebenaran firman Allah Swt. dan janji-Nya serta membuat ibadah bertambah khusyuk.
“Dan demikianlah Kami menurunkan Al-Qur’an dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al-Qur’an itu menimbulkan pengajaran bagi mereka”. (QS. Taha [20]: 113)
Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al-Qur’an itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah. (QS. Ar-Ra’d [13]: 37)
Selain itu, perselisihan antar umat Islam pada hal-hal yang seharusnya tidak perlu dapat diantisipasi jika dimiliki pemahaman Islam yang baik. Sebagaimana perkataan Imam Syafi’i:
“Manusia (umat Islam) tidaklah berada dalam kejahilan dan perselisihan melainkan karena mereka meninggalkan bahasa Arab dan lebih cenderung menyukai bahasanya Aristotheles” (Shounul-Manthiq:15).
4. Alat untuk memahami tsaqofah Islam.
Pintu untuk belajar semua tsaqofah Islam seperti tafsir Quran, hadits, ushul fiqh, dan disiplin ilmu Islam lainnya, adalah bahasa Arab. Imam al-Baihaqi (w. 458 H) berkata:
“Sepatutnya bagi seseorang yang ingin menuntut ilmu sementara dia bukan ahli berbahasa Arab untuk pertama kalinya dengan mempelajari bahasa Arab dan mempraktikannya, baru kemudian mempelajari ilmu Al-Qur`an. Makna-makna Al-Qur`an tidak akan benar baginya kecuali dengan atsar-atsar dan sunnah-sunnah, dan tidak akan benar makna-makna sunnah dan atsar kecuali dengan penjelasan para shahabat, dan tidak ada penjelasan para shahabat kecuali dengan apa yang datang dari para tabi’in.”
Oleh karena itu, tidak cukup seorang muslim hanya belajar membaca Al-Qur’an dengan tajwid dan makhraj yang benar. Ia harus melanjutkan belajar bahasa Arab lalu tsaqofah-tsaqofah lainnya.
5. Bahasa Arab dan syariat Islam merupakan pilar peradaban Islam.
Mushthafa Ar-Rafi’i berkata:
“Tidaklah bahasa suatu bangsa terasa rendah, melainkan bangsa tersebut berada dalam kerendahan, dan tidaklah bahasanya mengalami kemunduran, melainkan bangsa tersebut berada dalam kemunduran dan kelemahan, dengan sebab inilah para penjajah asing mewajibkan pembelajaran bahasanya kepada bangsa yang ia jajah”.
Dari awal penjajahan Inggris terhadap Mesir, terungkap bahwa salah satu tujuan penjajah adalah pemusnahan bahasa Arab. Lord Duffrin yang menerima mandat Inggris atas Mesir berkata,
”Sesungguhnya harapan untuk memperoleh kemajuan di Mesir lemah, selama warganya berbicara bahasa Arab secara fasih.” (Madhal ila Fiqh Al Lughah Al Arabiyah, hal. 154,155).
Ternyata, pemisahan potensi bahasa Arab dari umat Islam menjadi proyek untuk meruntuhkan peradaban Islam di masa lalu dan mencegah kebangkitan peradaban Islam di masa kini. Proyek ini sudah berhasil karena umat Islam memandang bahasa Arab hanya sebatas bahasanya bangsa Arab bukan bahasa Islam. Target pembelajaran bahasa Arab hari ini didangkalkan sebatas untuk kepentingan akademik atau bisnis. Bukan dipelajari untuk memahami quran, hadits, dan tsaqofah-tsaqofah Islam.
Bahasa Arab mungkin bukan bahasa yang mudah dipelajari oleh mayoritas orang bukan Arab. Tata bahasanya yang detail, rigid, dan rumit menjadi tantangan tersendiri. Mengingat begitu besarnya urgensi belajar bahasa Arab, maka motivasi dan tujuan belajarnya harus benar. Yakni belajar bahasa Arab untuk memahami Islam bukan untuk tujuan-tujuan lainnya dan atas dorongan mencari rida Allah Swt. Selain itu, hukum belajar bahasa Arab adalah wajib. Inilah yang akan mengekalkan kontinuitas usaha dalam belajar bahasa Arab.
Jika kita bisa mengeluarkan uang, waktu, dan tenaga yang tidak sedikit untuk belajar bahasa Inggris, China, Jepang, Korea, dll, lalu mengapa tidak dengan bahasa Arab? Jadi, kesimpulannya, semua muslim dan muslimah, apapun jurusan/bidang ilmunya, harus belajar bahasa Arab. Semangat!
[/FS]