Hidup Bermakna dengan Sedekah
Perintah dan Keutamaan Bersedekah
Sedekah bukan hanya sekadar amal baik atau tindakan kebajikan biasa. Sedekah merupakan salah satu dari bagian syariat agama Islam yang sangat agung. Kita perlu menyadari bahwa harta yang ada pada diri kita hanyalah titipan dari Allah yang hanya bersifat sementara. Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan bersedekah dalam banyak ayat di dalam Al-Qur’an. Di antaranya di dalam Surat Al-Baqarah ayat 267,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَنفِقُوا۟ مِن طَيِّبَٰتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّآ أَخْرَجْنَا لَكُم مِّنَ ٱلْأَرْضِ ۖ وَلَا تَيَمَّمُوا۟ ٱلْخَبِيثَ مِنْهُ تُنفِقُونَ وَلَسْتُم بِـَٔاخِذِيهِ إِلَّآ أَن تُغْمِضُوا۟ فِيهِ ۚ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ حَمِيدٌ
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (Q.S. Al-Baqarah [2:267])
Orang yang memiliki keimanan di dalam hatinya tentu akan selalu berupaya memberikan yang terbaik yang dimilikinya untuk disedekahkan. Allah ta’ala berfirman,
لَن تَنَالُوا۟ ٱلْبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُوا۟ مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنفِقُوا۟ مِن شَىْءٍ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌ
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (Q.S. Ali Imran [3: 92])
Saking besarnya pahala dan keutamaan sedekah, orang yang sudah wafat akan menyesal karena telah lalai dari bersedekah. Orang yang sudah wafat memiliki angan-angan untuk ditunda ajalnya agar dapat bersedekah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَأَنفِقُوا۟ مِن مَّا رَزَقْنَٰكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِىَ أَحَدَكُمُ ٱلْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَآ أَخَّرْتَنِىٓ إِلَىٰٓ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ
Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?” (Q.S. Al-Munafiqun [63:10])
Adanya perintah sedekah di dalam agama Islam akan dapat memberikan banyak manfaat bagi kehidupan kita, sehingga hidup ini menjadi lebih bermakna. Ada banyak hikmah yang terkandung dalam perintah bersedekah. Berikut ini merupakan beberapa keutamaan dari sedekah yang kami nukil dari ayat dalam Al-Qur’an dan hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
1. Perniagaan dengan Allah yang tidak rugi
Di dalam Al-Qur’an, Allah menyebutkan bahwa bersedekah adalah salah satu bentuk perniagaan. Dalam kehidupan, jika kita berniaga, akan ada dua kemungkinan: untung atau rugi. Akan tetapi, ketika kita berniaga dengan Allah dengan bersedekah, hal tersebut termasuk bentuk perniagaan yang tidak pernah merugi. Allah ta’ala berfirman,
إنَّ ٱلَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَٰبَ ٱللَّهِ وَأَقَامُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَنفَقُوا۟ مِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَٰرَةً لَّن تَبُورَ
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. (Q.S. Fatir [35:29])
Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar dalam Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir [1] menjelaskan bahwa ayat ini memberikan motivasi untuk selalu bersedekah sebisa mungkin. Jika seseorang mampu bersedekah secara diam-diam, itu lebih baik. Namun, jika tidak, dia dapat bersedekah secara terang-terangan. Meskipun khawatir tentang kemungkinan ingin dilihat orang (ria) saat bersedekah, hal itu tidak boleh menghalangi seseorang untuk tetap bersedekah.
2. Sedekah memadamkan dosa
Amalan sedekah yang dilakukan oleh orang beriman akan dapat memadamkan dosa-dosanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ وَصَلاَةُ الرَّجُلِ مِنْ جَوْفِ اللَّيْلِ
Sedekah itu memadamkan dosa sebagaimana api dapat dipadamkan dengan air, begitu pula shalat seseorang selepas tengah malam. (H.R. Tirmidzi no. 2616 dan Ibnu Majah no. 3973)
3. Sedekah adalah bukti keimanan
Perlu kita ketahui bahwasanya sedekah merupakan salah satu bukti tanda keimanan seseorang. Sedekah adalah salah satu dari pilar-pilar utama dalam praktik keimanan yang memperkuat hubungan seseorang dengan Rabb-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَالصَّلَاةُ نُورٌ، وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ، وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ
Salat adalah cahaya, sedekah merupakan bukti, sabar itu sinar panas, sementara Al-Qur’an dapat menjadi pembelamu atau sebaliknya, menjadi penuntutmu. (H.R. Muslim no. 223).
Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan mengenai makna sedekah yang dalam bahasa Arab memiliki akar kata yang sama dengan kata الصِّدْقُ (Ash-shidqu) yang berarti jujur. Beliau rahimahullah mengatakan bahwa sedekah adalah tanda atas kebenaran keimanan seseorang. Itulah alasan dinamakan sedekah karena menunjukkan jujurnya keimanan seseorang dan bukti kuatnya keyakinannya [2].
4. Pahala sedekah
Orang yang beriman yakin bahwa yang mereka sedekahkan akan mendapatkan ganjaran terbaik di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan sedekah yang dilakukan oleh hamba-Nya. Ada banyak ayat yang menjelaskan tentang janji Allah untuk mengganti sedekah dengan balasan pahala yang banyak, bahkan berlipat-lipat. Di antaranya Allah ta’ala berfirman,
مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ وَلَهُ أَجْرٌ كَرِيمٌ
Barangsiapa memberi pinjaman kepada Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan balasan pinjaman itu untuknya dan dia akan memperoleh pahala yang banyak. (Q.S. Al-Hadid [57:11])
إِنَّ ٱلْمُصَّدِّقِينَ وَٱلْمُصَّدِّقَٰتِ وَأَقْرَضُوا۟ ٱللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَٰعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ
Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah, baik laki-laki maupun perempuan, dan meminjamkan (kepada) Allah pinjaman yang baik, akan dilipatgandakan (balasannya) kepada mereka dan baginya (diberikan) ganjaran yang sangat mulia (surga). (Q.S. Al-Hadid [57: 18])
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya. (Q.S. Saba’ [34:39])
5. Sedekah tidak mengurangi harta
Allah telah menjamin rezeki semua makhluk di muka bumi. Mereka sangat memahami bahwa Allah adalah Ar-Razzaq, Zat Maha Pemberi Rezeki kepada seluruh makhluk-Nya. Karena keimanannya, mereka yakin sedekah tidak akan menjadikan mereka hidup sengsara. Orang beriman mengetahui bahwa Allah adalah Al-Ghany, Zat Yang Maha Kaya. Oleh karenanya, orang yang di dalam hatinya terdapat keimanan tentu tidak akan pernah takut dan khawatir jatuh miskin karena sedekah. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menegaskan dalam sabdanya,
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
Sedekah tidaklah mengurangi harta. (H.R. Muslim no. 2558)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berwasiat kepada Bilal bin Rabah radhiyallahu ‘anhu agar berinfak dan tidak mengkhawatirkan akan miskin karenanya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَنْفِقْ بِلاَل! ولاَ تَخْشَ مِنْ ذِيْ العَرْشِ إِقْلاَلاً
Berinfaklah wahai Bilal! Janganlah takut hartamu itu berkurang karena ada Allah yang memiliki ‘Arsy (Yang Maha Mencukupi). (H.R. Al-Bazzar dan Ath-Thabrani dalam Al Kabir)
6. Orang yang bersedekah secara rahasia akan mendapat naungan Allah dan terhindar dari murka-Nya
Berkaitan dengan hal ini, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjelaskan mengenai tujuh orang yang akan mendapat naungan Allah di hari kiamat kelak. Di antara tujuh orang tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan:
وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمُ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ
… dan seseorang yang bersedekah dengan suatu sedekah lalu dia merahasiakannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya. (H.R. Bukhari, no. 620 dan Muslim no. 1712)
Dalam hadis lainnya, disebutkan bahwasannya sedekah rahasia akan memadamkan murka Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صَدَقَةُ السِّرِّ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ
Sedekah rahasia akan meredam kemurkaan Rabbmu. (H.R. Ath-Thabrani, no 1034, hasan lighairihi)
Sedekah untuk Siapa?
Sedekah adalah bagian dari amal saleh yang diperintahkan oleh Allah ta’ala dikeluarkan dari sebagian harta saja dan bukan dari keseluruhan harta kita. Di dalam sebagian harta kita, ada hak-hak yang perlu kita tunaikan dan diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Sedekah yang ditunaikan oleh seorang muslim dengan ikhlas akan dapat memberikan banyak untuk orang yang menunaikannya dan orang-orang di sekitarnya yang membutuhkan. Lantas, siapa yang paling berhak mendapatkan sedekah kita? Berkaitan dengan kepada siapa kita menginfakkan sebagian harta kita, Allah telah menjelaskan di dalam firmannya,
يَسْـَٔلُونَكَ مَاذَا يُنفِقُونَ ۖ قُلْ مَآ أَنفَقْتُم مِّنْ خَيْرٍ فَلِلْوَٰلِدَيْنِ وَٱلْأَقْرَبِينَ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينِ وَٱبْنِ ٱلسَّبِيلِ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا۟ مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌ
Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan”. Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya. (Q.S. Al Baqarah [2:215])
Dalam ayat tersebut, Allah menerangkan mengenai siapa yang paling berhak dan menjadi prioritas untuk mendapatkan infak dari kita. Yang paling utama adalah orang tua, kemudian kerabat terdekat kita, anak yatim, orang-orang miskin, dan yang terakhir adalah para musafir. Dari sini, kita mengetahui bahwa kita hendaknya memperhatikan orang-orang terdekat kita. Jangan sampai kita terlalu bersemangat berinfak dan bersedekah untuk orang lain, tetapi kita melupakan orang terdekat kita yang jelas paling berhak mendapatkan infak dari kita. Sedekah kepada orang yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan kita memiliki keutamaan lebih dibandingkan dengan bersedekah kepada selainnya. Hal ini selaras dengan sebuah hadis yang diriwayatkan dari Salman bin Amir radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الصَّدَقَةَ عَلَى الْمِسْكِينِ صَدَقَةٌ، وَعَلَى ذِي الرَّحِمِ اثْنَتَانِ صَدَقَةٌ وَصِلَةٌ
Sesungguhnya sedekah kepada orang miskin pahalanya satu sedekah, sedangkan sedekah kepada kerabat pahalanya dua; pahala sedekah dan pahala menjalin hubungan kekerabatan. (H.R. An-Nasai, no. 2583; Tirmidzi no. 658; Ibnu Majah, no. 1844)
Macam-Macam Sedekah
Secara umum, sedekah terbagi menjadi sedekah yang bersifat wajib dan sunah. Sedekah wajib di antaranya berupa zakat, yaitu zakat harta (mal) dan zakat fitri. Dalam hal ini, zakat mal dapat dikeluarkan dari emas, perak, hewan ternak, dan hasil pertanian. Zakat ini dikeluarkan apabila harta yang kita miliki tersebut sudah mencapai haul dan nisab. Sementara itu, zakat fitri merupakan zakat yang dikeluarkan ketika hari raya Idul fitri. Adapun selain zakat harta dan zakat fitri tergolong sedekah yang bersifat sunah.
Apabila kita lihat kembali makna sedekah secara lebih luas, sedekah tidak selalu berkaitan dan berbentuk harta. Berikut ini beberapa keterangan dari hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai berbagai macam bentuk sedekah selain dengan harta.
1. Semua kebaikan adalah sedekah
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ مَعْرُوفٍ صَدَقَةٌ
Setiap kebaikan adalah sedekah. (H.R. Bukhari, No. 6021)
2. Membaca tasbih, tahlil, tahmid, amar ma’ruf nahi munkar, dan berhubungan biologis dengan istri
Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjelaskan tentang berbagai jenis sedekah kepada sahabat beliau, Abu Dzar Al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu. Hadis ini tercantum dalam kitab Hadis Arbain An-Nawawi yang ke-25.
عَنْ أَبِى ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضًا أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- قَالُوا لِلنَّبِىِّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يَا رَسُولَ اللَّهِ ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ بِالأُجُورِ يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّى وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ وَيَتَصَدَّقُونَ بِفُضُولِ أَمْوَالِهِمْ. قَالَ « أَوَلَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ مَا تَصَّدَّقُونَ إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةً وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَةٌ وَفِى بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ ». قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيَأْتِى أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُونُ لَهُ فِيهَا أَجْرٌ قَالَ « أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِى حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِى الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ » رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ada sejumlah orang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada beliau,
“Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah pergi dengan membawa pahala yang banyak, mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukankah Allah telah menjadikan bagi kalian jalan untuk bersedekah? Sesungguhnya setiap tasbih merupakan sedekah, setiap takbir merupakan sedekah, setiap tahmid merupakan sedekah, setiap tahlil merupakan sedekah, mengajak pada kebaikan (makruf) adalah sedekah, melarang dari kemungkaran adalah sedekah, dan berhubungan intim dengan istri kalian adalah sedekah.”
Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana bisa salah seorang di antara kami melampiaskan syahwatnya lalu mendapatkan pahala di dalamnya?
Beliau bersabda, “Bagaimana pendapat kalian seandainya hal tersebut disalurkan di jalan yang haram, bukankah akan mendapatkan dosa? Demikianlah halnya jika hal tersebut diletakkan pada jalan yang halal, maka ia mendapatkan pahala.” (H.R. Muslim, No. 1006)
3. Mendamaikan orang yang berselisih, membantu orang naik kendaraan, mengangkatkan barang ke kendaraan, ucapan yang baik, berjalan menuju salat, dan menyingkirkan duri dari jalan.
Dalam kitab hadis Arbain ke-26, disebutkan pula berbagai jenis sedekah yang lainnya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ سُلامَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقةٌ ، كُلَّ يَوْمٍ تَطلُعُ فِيْهِ الشَّمْسُ : تَعدِلُ بَينَ الاِثْنَيْنِ صَدَقَةٌ ، وَتُعِيْنُ الرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ، فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا ، أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقةٌ ، والكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقةٌ ، وبِكُلِّ خُطْوَةٍ تَمشِيْهَا إِلَى الصَّلاَةِ صَدَقةٌ ، وتُمِيْطُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ صَدَقَةٌ
Setiap persendian manusia diwajibkan untuk bersedekah setiap harinya mulai matahari terbit. Memisahkan (menyelesaikan perkara) antara dua orang (yang berselisih) adalah sedekah. Menolong seseorang naik ke atas kendaraannya atau mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah sedekah. Berkata yang baik juga termasuk sedekah. Begitu pula setiap langkah berjalan untuk menunaikan salat adalah sedekah. Serta menyingkirkan suatu rintangan dari jalan adalah sedekah. (H.R. Bukhari, no. 2989 dan Muslim, no. 1009)
4. Senyum
Di antara sedekah dengan selain harta adalah senyum. Senyum merupakan salah satu sedekah yang murah dan mudah. Abu Dzar meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَبَسُّمُكَ فِى وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ
Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah sedekah bagimu. (H.R. Tirmidzi, no. 1956; Ibnu Hibban, no. 474 dan 529)
Agar Sedekah Tidak Sia-sia
Setelah kita mengetahui tentang keutamaan sedekah, yang berhak mendapat sedekah, dan berbagai macam bentuk sedekah, kita perlu menjaga agar amal sedekah kita benar-benar bernilai di sisi Allah. Kita tentu berharap agar apa yang telah kita sedekahkan tidak sia-sia dan diterima oleh Allah ta’ala. Berikut ini beberapa poin yang perlu kita perhatikan agar sedekah kita tidak percuma dan mendapat balasan terbaik dari Allah ‘azza wa jalla.
1. Ikhlas
Ikhlas adalah kunci diterimanya amal seseorang. Oleh karenanya, dalam bersedekah, kita landasi amal sedekah kita dengan hanya berharap keridaan Allah semata. Kita jauhkan hati kita dari sikap ria (pamer). Kita perlu tanamkan dalam diri kita bahwa hanya kepada Allah sajalah kita mengharapkan balasan; bukan mata dan pujian manusia yang menjadi tujuan kita. Akan lebih baik apabila kita mampu menyembunyikan amal sedekah kita karena hal tersebut akan lebih menjaga keikhlasan hati.
2. Jangan menyebut-nyebut kebaikan dan menyakiti orang yang diberi sedekah
Berkaitan dengan hal ini, Allah ta’ala berfirman,
یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ لَا تُبۡطِلُوا۟ صَدَقَـٰتِكُم بِٱلۡمَنِّ وَٱلۡأَذَىٰ كَٱلَّذِی یُنفِقُ مَالَهُۥ رِئَاۤءَ ٱلنَّاسِ وَلَا یُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلۡیَوۡمِ ٱلۡـَٔاخِرِۖ
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena ria (pamer) kepada manusia, dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. (Q.S. Al-Baqarah [2:264])
Referensi
- https://tafsirweb.com/7895-surat-fatir-ayat-29.html
- Syarh Muslim karya Imam An-Nawawi, 3: 86, dikutip dari https://muslim.or.id/60461-sedekah-adalah-bukti-keimanan.html
Tulisan ini disiapkan untuk pengajian Dosen dan Tendik FTI UII.
Ahmad Fathan Hidayatullah
Sleman, 20 Maret 2024/9 Ramadan 1445 H