Media Sosial: Pemersatu atau Pemecah Umat?

Islam adalah agama yang mengajarkan kasih sayang dan cinta kasih sesama umat. Dalam ajaran Islam, terdapat dua konsep yang memegang peran kunci dalam membentuk hubungan manusia dengan sesamanya dan dengan Sang Pencipta. Konsep-konsep ini tidak hanya membentuk dasar bagi kehidupan yang bermakna, tetapi juga menandai jalinan yang dalam antara dimensi sosial dan spiritual dalam kepercayaan Islam. Konsep-konsep tersebut dikenal sebagai hablumminannas dan hablumminallah.

Dewasa ini, konsep tersebut dapat dengan mudah diwujudkan dengan bantuan media sosial di era digital yang semakin berkembang pesat. Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari kita. Namun, pertanyaan muncul: apakah media sosial bertindak sebagai alat pemersatu umat, ataukah justru sebagai pemicu perpecahan yang lebih dalam?

Pentingnya Persatuan

Dalam surah Al-Imran ayat 103:

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْاۖ وَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَاۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ

“Dan berpegang teguhlah kamu semua kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai. Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, lalu Allah mendamaikan hati kamu, sehingga kamu menjadi bersaudara karena nikmat Allah itu. Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu, ketika kamu dahulu senantiasa dalam keadaan hina, lalu Allah meninggikan derajat kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”  

Ayat ini menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan dalam beragama serta mengingatkan umat untuk tidak terpecah belah. Hal ini mencerminkan ajaran perdamaian, toleransi, dan kasih sayang sesama umat manusia yang merupakan fondasi utama dalam membangun masyarakat yang harmonis dan sejahtera. Selain itu, ayat ini berperan dalam mendamaikan hati umat dan meninggikan derajatnya sebagai pengingat akan nikmat Allah kepada orang-orang yang diberi kesempatan oleh-Nya untuk hidup tenteram dan penuh berkah.

Media Sosial Pemecah Umat?

Saat ini, media sosial sering kali menjadi platform penyebaran informasi dan rumor yang salah. Dalam suasana politik yang tegang dan konflik sosial, informasi yang salah dapat dengan cepat meningkatkan ketegangan dan memperkeruh keadaan. Oleh karena itu, media sosial dapat dengan mudah digunakan sebagai senjata untuk memperkeruh suasana dan menyebabkan perbedaan pendapat yang dapat mengacu pada kebencian antarkelompok.

Namun, tidak semua harapan hilang. Banyak juga contoh di mana media sosial telah digunakan sebagai alat untuk memperkuat persatuan dan solidaritas. Ketika digunakan dengan bijaksana, media sosial dapat menjadi platform untuk memperjuangkan dakwah di masa kini.

Media Sosial Pemersatu Umat?

Meskipun terdapat tantangan yang signifikan dalam penggunaan media sosial, tidaklah tepat untuk mengabaikan seluruh harapan. Ada sejumlah contoh yang menunjukkan bahwa media sosial telah berhasil digunakan sebagai alat untuk memperkuat persatuan dan solidaritas di tengah masyarakat. Dengan penggunaan yang cermat dan bijaksana, media sosial dapat berfungsi sebagai platform yang efektif untuk memperjuangkan dakwah serta mengedepankan nilai-nilai moral dan pesan-pesan positif dalam lingkungan yang terus berubah di era digital ini. Melalui upaya kolaboratif yang terarah, media sosial memiliki potensi besar untuk menjadi sarana yang memperkaya diskusi publik dan memperluas cakupan dakwah di berbagai kalangan masyarakat.

Penggunaan media sosial menghadirkan tantangan besar. Namun, kita tidak boleh putus asa. Ada banyak hal di media sosial yang berhasil memberikan dampak positif. Bila digunakan secara hati-hati dan bijaksana, media sosial dapat menjadi platform yang efektif untuk menyebarkan dakwah dan menyebarkan nilai-nilai moral serta pesan-pesan positif di dunia yang terus berubah di era digital ini. Media sosial mempunyai potensi besar sebagai alat untuk memperkaya perdebatan publik dan memperluas pengaruh dakwah di berbagai kalangan masyarakat melalui kolaborasi yang terarah.

Semuanya Tergantung Niat

Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda:

  “Sesungguhnya setiap amal itu (tergantung) pada niatnya. Maka barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, hijrahnya akan tertulis karena Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang ia kejar, atau karena wanita yang ia nikahi, maka hijrahnya itu tertulis karena apa yang ia hijrahkan itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Meskipun hadis tersebut secara khusus membicarakan hijrah, prinsip yang terkandung di dalamnya dapat diterapkan pada berbagai konteks, termasuk penggunaan media sosial. Jika seseorang menggunakan media sosial dengan niat yang baik, seperti untuk menyebarkan dakwah, memperkuat persatuan, atau memberikan manfaat bagi orang lain, penggunaan media sosial tersebut bisa menjadi amal yang baik dan mendatangkan pahala.

Namun, jika penggunaan media sosial tersebut diniatkan untuk menyebarkan fitnah, memecah belah umat, atau melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai agama dan moral, penggunaan media sosial tersebut akan mendatangkan dosa bagi si pengguna.

Dengan demikian, prinsip niat yang disebutkan dalam hadis tersebut mengingatkan kita untuk selalu memeriksa dan mengevaluasi niat kita dalam setiap tindakan, termasuk dalam penggunaan media sosial. Niat yang baik akan menghasilkan amal yang baik, sedangkan niat yang buruk akan menghasilkan dosa.

Simpulan

Jadi, apakah media sosial merupakan alat untuk persatuan atau perpecahan?

Jawabannya tidaklah mudah karena media sosial memiliki kedua kemungkinan tersebut. Yang penting adalah cara kita menggunakan dan mengelola media sosial sebagai individu dan masyarakat. Kita perlu meningkatkan literasi digital, memperdalam pemahaman kita terhadap beragam perspektif, dan berpartisipasi  aktif dalam menyajikan konten yang bermanfaat dan berdampak positif untuk masyarakat; bukan malah memberi dampak negatif yang bisa memecah belah masyarakat.


Penulis (Mahasiswa S-1 Informatika UII):

  • Rastra Rizqi Nurdian
  • Alfian Gatot Aprasnowo
  • Arya Eggy Aditya

Editor: Ghaniyya Rosyidah S.

[/FA]