Ilmu Fondasi Sukses Dunia Akhirat

Kita sering mendengar ungkapan “berilmu sebelum beramal”, yang maksudnya sebelum melakukan sesuatu, kita harus paham tentang sesuatu yang akan kita perbuat. Lebih lagi, jika kita ingin meraih kesuksesan dunia dan akhirat, tentu kita perlu berilmu terlebih dahulu, bukan? Dalam Pengajian Karyawan Fakultas Teknologi Industri bulan Maret kemarin, Ustaz Kholid Haryono mengangkat pembahasan “Ilmu Fondasi Sukses Dunia Akhirat”.

Masalah Kontemporer Setelah Berakhirnya Wahyu

Setelah wafatnya Rasulullah, Abu Bakar dan Umar bin Khattab -radiyallahu anhuma- mengunjungi Ummu Aiman dan mendapatinya sedang menangis. Saat ditanyai, Ummu Aiman -radiyallahu anha- berkata, ”Aku menangis bukan karena tak tahu bahwa yang ada di sisi Allah lebih baik bagi Rasulullah, tapi aku menangis karena wahyu dari langit telah terhenti”

Terhentinya wahyu ini yang membuat para sahabat juga ikut khawatir, bagaimana ayat-ayat yang terbatas dapat menyelesaikan masalah-masalah baru di setiap zaman yang tidak terbatas. Padahal dalam Surah An Nahl ayat 89, Allah azza wa jalla berfirman,

“Dan Kami turunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk.”

Serta pada Surah Anbiya ayat 107,

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.”

Kedua ayat ini dapat menepis anggapan sekelompok orang zaman sekarang yang menganggap Alquran dan hadis  sudah tidak relevan lagi. Padahal, Allah mengutus Nabi Muhammad sebagai petunjuk bagi seluruh alam pada setiap zamannya, baik hari ini maupun di masa depan.

 

Bagaimana Ulama Membahas Masalah Kontemporer

Dalam menghadapi urgensi permasalahan kontemporer, para ulama menempuh beberapa tahap sebelum mengambil tarjih (kesimpulan) atas persoalan itu.

1. Memahami konteks
Tentu saja permasalahan yang ada di zaman sekarang juga perlu dipahami konteksnya sesuai cara kerjanya masing-masing. Contohnya dalam model-model bisnis baru yang tidak ada di zaman Rasulullah.

2. Mencari Ushul atau dalil asal
Setelah memahami konteks, para ulama mencari apakah ada dalil yang memiliki kedekatan dengan persoalan yang sedang dibahas.

3. Mencari pendapat ulama terdahulu
Dalil yang didapatkan juga perlu dilihat melalui pemahaman ulama terdahulu seperti keempat imam mazhab.

4. Mengambil kesimpulan atau tarjih
Setelah ketiga langkah, kemudian ulama mengambil tarjih atau kesimpulan. Pada tahap ini, seringkali terjadi khilaf atau beda pendapat. Namun karena telah melalui ketiga langkah sebelumnya, pendapat-pendapat tersebut bersifat furuiyah atau cabang, sehingga perlu dimaklumi.

Kias Kisah Elon Musk dan Cara Belajar Ulama

Kisah Elon Musk, seorang pengusaha dan inventor yang di zaman ini mendapat kesuksesan yang besar berawal dari giatnya ia menuntut ilmu. Lantas bagaimana Elon Musk bisa belajar begitu giat dan menjadi inventor handal? Yang pertama, ia fokus dengan ilmu dan permasalahan asal atau ibaratnya, pohon. Kemudian ia baru fokus kepada ilmu-ilmu dan masalah-masalah pada cabang dan rantingnya.

Cara Elon Musk ini juga dapat dikiaskan dengan cara menuntut ilmu para ulama. Para ulama terdahulu fokus pada ilmu ushul, baru setelah menguasainya mulai membahas ilmu-ilmu cabang. Kata kuncinya adalah kembali pada ilmu dasarnya.

Menghafal

Ulama terdahulu, contohnya Imam Syafi’i mulai menuntut ilmu dengan menghafal ilmu-ilmu dasar. Para ulama juga menyarankan untuk memulai dengan menghafal, karena tidak ada seorang pun yang mendapatkan pemahaman tanpa kehendak Allah.

Ustaz Kholid Haryono mecontohkan dengan salah satu programnya di masjid tempat tinggalnya di mana beliau mengajak jamaah untuk menghafalkan Alquran satu ayat satu hari. Setelah menghafal, barulah jamaah dapat memahami sedikit demi sedikit maksud ayat tersebut. Contohnya saat mendengar ceramah atau kajian yang menyebutkan salah satu ayat yang mereka hafal. Karena telah familiar dengan ayat tersebut, maksud penceramah jadi lebih mudah tersampaikan.

 

Pentingnya Menuntut Ilmu

Pada Surah At-Taubah ayat 122, Allah azza wa jalla berfirman,

Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya.

Ayat ini membuktikan bahwa menuntut ilmu sangatlah penting. Padahal, ikut ke medan perang membela agamanya juga tidak kalah pentingnya bagi seorang muslim.

Semoga kajian ini dapat menambahkan semangat kita belajar, menuntut ilmu di jalan Allah, baik ilmu agama maupun ilmu dunia yang bermanfaat bagi orang banyak.