Kiat Menghadapi Fitnah Kehidupan
Oleh: Ahmad Fathan Hidayatullah
Selama kita hidup, kita tidak akan lepas dari berbagai macam ujian dan fitnah yang menguji keimanan kita. Allah ta’ala berfirman,
أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتْرَكُوٓا۟ أَن يَقُولُوٓا۟ ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (Q.S. Al-Ankabut: 2)
وَلَقَدْ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُوا۟ وَلَيَعْلَمَنَّ ٱلْكَٰذِبِينَ
“Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Q.S. Al-Ankabut: 3)
Kedua ayat di atas menegaskan bahwa ujian pasti Allah berikan kepada manusia yang beriman untuk menampakkan siapa yang benar-benar beriman dan siapa yang berdusta dengan keimanannya. Imam Ibnul Qayyim menyebutkan dalam Ighatsatul Lahafan[1] bahwa ujian atau fitnah bagi manusia terbagi menjadi dua, yaitu fitnah syahwat dan fitnah syubhat.
Fitnah Syahwat
Fitnah syahwat adalah fitnah yang berhubungan dengan hawa nafsu dan dorongan duniawi. Di antara bentuk fitnah syahwat adalah fitnah yang dapat berupa wanita, harta, kedudukan, jabatan, popularitas, dan berbagai macam kemaksiatan.
Saat ini, kita menyaksikan fenomena yang menyedihkan di tengah masyarakat. Banyak orang yang malas melaksanakan salat lima waktu dan meremehkan salat. Sebagian muslim, terutama laki-laki, masih banyak yang enggan melaksanakan salat jamaah dan malah cenderung terbiasa mengakhirkan salat hingga di luar waktu yang ditetapkan. Mereka lebih mengutamakan urusan syahwat duniawi daripada memenuhi panggilan Allah ta’ala. Padahal, salat adalah tiang agama dan kewajiban utama bagi setiap muslim, yang menjadi penghubung langsung antara hamba dan Penciptanya. Allah ta’ala berfirman:
إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ كَانَتْ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ كِتَٰبًا مَّوْقُوتًا
“Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa: 103).
Selain itu, akhir-akhir ini, kita ketahui bahwa minuman keras sangat mudah didapat di masyarakat. Para peminum khamr pun tidak malu lagi untuk mengonsumsi minuman keras secara terang-terangan di depan umum, seolah-olah hal tersebut sudah menjadi kebiasaan yang wajar dalam kehidupan sehari-hari.
Padahal, dalam Islam, khamr termasuk perbuatan yang diharamkan karena merusak akal dan menghilangkan kesadaran seseorang sehingga membuatnya mudah melakukan dosa-dosa lain. Selain minuman keras, fenomena perjudian juga semakin merajalela di masyarakat. Perjudian, baik yang dilakukan secara langsung maupun online, menjadi jalan pintas yang dianggap cepat untuk mendapatkan kekayaan. Dalam Al-Qur’an, Allah ta’ala berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِنَّمَا ٱلْخَمْرُ وَٱلْمَيْسِرُ وَٱلْأَنصَابُ وَٱلْأَزْلَٰمُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ ٱلشَّيْطَٰنِ فَٱجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (Q.S. Al-Ma’idah: 90)
Fenomena lainnya yang terjadi di masyarakat yaitu banyak orang yang mengaku muslim, tetapi enggan melaksanakan kewajiban puasa Ramadan dan membayar zakat. Mereka lebih mengutamakan syahwatnya, menuruti keinginan hawa nafsu, dan mengabaikan perintah Allah ta’ala. Puasa yang merupakan salah satu rukun Islam, ditinggalkan begitu saja dengan alasan yang tidak syar’i. Zakat, yang menjadi hak fakir miskin, diabaikan meskipun harta sudah mencukupi. Semua ini adalah contoh fitnah syahwat yang memalingkan manusia dari ketaatan kepada Allah, menjauhkan mereka dari rahmat dan keberkahan-Nya.
Fitnah Syubhat
Sementara itu, fitnah syubhat adalah fitnah yang berhubungan dengan kesesatan pemikiran dan kerancuan dalam memahami agama. Fitnah ini membuat seseorang bingung dalam membedakan antara perkara yang hak dan yang batil, antara yang benar dan yang salah. Fitnah syubhat lebih berbahaya dari fitnah syahwat karena muncul akibat kelemahan dalam memahami agama dan minimnya ilmu tentang agama[2].
Salah satu bentuk fitnah syubhat yang paling berbahaya adalah dalam masalah tauhid dan syirik. Banyak orang yang secara tidak sadar terjerumus dalam syirik, seperti mempercayai hal-hal mistis, meminta pertolongan kepada selain Allah, atau meyakini adanya kekuatan lain selain kekuasaan Allah ta’ala. Padahal, tauhid adalah inti dari ajaran Islam dan syirik merupakan dosa besar yang paling dibenci oleh Allah. Allah berfirman,
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱفْتَرَىٰٓ إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (Q.S. An-Nisa: 48)
Selain itu, terdapat juga fitnah dalam masalah sunah dan bid’ah, di mana masih banyak umat Islam yang kebingungan dalam membedakan mana yang termasuk ajaran sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mana yang merupakan bid’ah yang menyesatkan. Sebagian orang cenderung mengikuti tradisi atau kebiasaan yang tidak ada dasarnya dalam agama dan menganggapnya sebagai ibadah. Padahal, hal tersebut menjauhkan diri dari ajaran Islam yang murni.
Selain itu, fitnah syubhat juga muncul dalam bentuk pemikiran-pemikiran yang menyimpang seperti liberalisme dan sekularisme. Pemikiran liberal akan mengaburkan ajaran Islam, seperti gerakan-gerakan yang menafsirkan Al-Qur’an dan hadis sesuai dengan hawa nafsu atau kepentingan tertentu. Adapun pemikiran sekuler memisahkan agama dari kehidupan sehari-hari. Pemikiran ini berusaha menjauhkan umat Islam dari penerapan syariat dalam kehidupan pribadi dan masyarakat, dengan menganggap agama hanya sebagai urusan individu yang tidak relevan dalam urusan sosial, politik, dan ekonomi. Pemikiran seperti ini jelas bertentangan dengan ajaran Islam yang menuntut keterpaduan antara iman dan amal dalam seluruh aspek kehidupan.
Menjaga Diri dari Fitnah
Dalam menghadapi fitnah tersebut, kita harus memperkuat diri dengan membekali diri kita agar tidak terjerumus ke dalam kemaksiatan dan kesesatan. Berikut ini adalah di antara upaya yang dapat kita lakukan:
1. Berpegang Teguh kepada Al-Qur’an dan Sunah
Di tengah dahsyatnya fitnah syahwat dan syubhat, berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan sunah adalah kewajiban utama kita. Al-Qur’an dan sunah adalah panduan yang tidak akan pernah salah dalam menghadapi segala bentuk fitnah. Ketika godaan hawa nafsu dan pemikiran yang menyimpang datang, hendaklah kita kembali kepada ajaran Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تركتُ فيكم أَمْرَيْنِ لن تَضِلُّوا ما تَمَسَّكْتُمْ بهما : كتابَ اللهِ وسُنَّةَ نبيِّهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ
“Aku telah tinggalkan kepada kalian dua perkara. Kalian tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan sunah Rasul-Nya.” (H.R. Imam Malik dalam Al-Muwatha’ [2/899])[3]
2. Menuntut Ilmu Agama
Menuntut ilmu agama adalah cara terbaik untuk melindungi diri dari fitnah syubhat. Dengan ilmu, kita bisa memahami mana yang benar dan yang salah. Tanpa ilmu, seseorang akan mudah terjerumus dalam kebingungan dan kesesatan. Oleh karena itu, marilah kita selalu belajar dan menguatkan pemahaman agama kita agar selamat dari fitnah syubhat. Menuntut ilmu yang berkaitan dengan masalah agama adalah kewajiban setiap individu muslim, terutama yang berkaitan dengan masalah pokok seperti akidah, fikih, dan muamalah yang kita selalu butuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (H.R. Ath-Thabrani dan Al Baihaqi)[4]
3. Bersabar dan Salat
Dalam menghadapi berbagai bentuk fitnah, baik syahwat maupun syubhat, kesabaran dan salat adalah kunci utama. Allah ta’ala berfirman,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al-Baqarah: 153).
Dengan bersabar, kita akan mampu mengendalikan diri, sehingga tidak mudah tergiur dengan bisikan-bisikan hawa nafsu yang mengajak kepada keburukan. Dengan salat, kita akan senantiasa sadar bahwa kita selalu berada di hadapan Allah ta’ala, yang mengawasi setiap tindakan kita. Ketika kita menjaga salat dengan khusyuk dan tepat waktu, hati kita menjadi lebih tenang dan pikiran kita lebih jernih. Salat juga merupakan benteng terkuat dalam menghadapi fitnah karena ia menjaga kita dari tergelincir ke dalam perbuatan maksiat dan menjaga hati kita tetap terhubung dengan Allah ta’ala. Di dalam Al-Qur’an, Allah berfirman,
إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (Q.S. Al-Ankabut: 45)
4. Memperbanyak Amal Saleh Lainnya
Selain salat, memperbanyak amal saleh di masa fitnah sangatlah penting. Amal saleh akan memperkuat keimanan kita dan menjauhkan kita dari pengaruh buruk fitnah syahwat maupun syubhat. Kesibukan kita terhadap amal saleh akan memalingkan kita dari perkara-perkara lain yang tidak bermanfaat. Amal saleh akan menjauhkan pikiran dan hati kita dari keinginan untuk berbuat maksiat. Dalam hadits disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَادِرُوا بالأعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ المُظْلِمِ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا، أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا، يَبِيعُ دِينَهُ بعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا
“Bersegeralah melakukan amalan saleh sebelum datang fitnah (musibah) seperti potongan malam yang gelap. Yaitu seseorang pada pagi hari dalam keadaan beriman dan di sore hari dalam keadaan kafir. Ada pula yang sore hari dalam keadaan beriman dan di pagi hari dalam keadaan kafir. Ia menjual agamanya karena sedikit dari keuntungan dunia.” (HR. Muslim no. 118)[5]
5. Memperbanyak Doa kepada Allah
Salah satu cara terbaik untuk menghadapi fitnah adalah dengan memperbanyak doa kepada Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kita untuk senantiasa memohon perlindungan dari segala bentuk fitnah. Salah satu doa yang bisa kita panjatkan adalah,
اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
“Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu dari azab Jahannam, dari azab kubur, dari, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan fitnah Masih Ad-dajjal.” (Muttafaqun ‘alaih)[6]
Di akhir tulisan ini, marilah kita bersama-sama senantiasa waspada terhadap berbagai macam fitnah yang semakin nyata di depan mata kita. Oleh karenannya, kita harus senantiasa memperbaiki diri dan menjaga keimanan dengan berpegang teguh kepada ajaran Al-Qur’an dan sunah sampai akhir hayat kita. Jangan pernah kita biarkan fitnah syahwat dan syubhat menguasai diri kita sehingga menjauhkan kita dari Allah ta’ala. Semoga Allah ta’ala memberikan kekuatan kepada kita untuk tetap istikamah di atas ketaatan, menjaga diri dari fitnah, dan senantiasa berada di jalan yang lurus.