Peran Pendidik Tak Akan Tergantikan oleh Kecerdasan Buatan

Oleh: Ahmad Fathan Hidayatullah, S.T., M.Cs., Ph.D.

AI Mengubah Lanskap Pendidikan

Perkembangan kecerdasan artifisial atau artificial intelligence (AI) telah mengubah berbagai aspek kehidupan manusia secara signifikan. Teknologi ini menghadirkan kemudahan, kecepatan, dan efisiensi dalam banyak aktivitas. Beragam AI tools hadir, seperti ChatGPT dari OpenAI, Copilot dari Microsoft Bing, Gemini (sebelumnya Google Bard), dan Claude dari Anthropic.

ChatGPT, sebagai salah satu platform AI paling populer, telah menjadi alat bantu yang sangat fleksibel dalam pendidikan. Dengan kemampuan memahami konteks, menjawab pertanyaan, dan menyusun teks secara koheren, ChatGPT mampu mendampingi pendidik dalam menyiapkan materi pelajaran, mengembangkan soal, serta memberikan umpan balik atas tugas. Bagi siswa, ChatGPT juga menjadi asisten belajar yang mampu menjelaskan topik pelajaran, memecah konsep sulit menjadi lebih sederhana, bahkan membantu menyusun draf tugas dengan cepat dan terstruktur.

AI Sebagai Mitra Pendidik dan Peserta Didik

Dalam konteks pendidikan, AI menawarkan beragam kemudahan yang dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas proses belajar mengajar. Bagi pendidik seperti guru dan dosen, AI dapat membantu dalam merancang materi pembelajaran yang lebih terstruktur, membuat soal evaluasi berdasarkan level kognitif tertentu (misalnya taksonomi Bloom), hingga mengoreksi tugas secara otomatis dengan analisis berbasis rubrik. AI juga mampu memberikan saran penyempurnaan materi atau metode penyampaian yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, terutama dalam pembelajaran daring dan adaptif.

Adapun bagi peserta didik, keberadaan tools AI dapat berperan sebagai mitra belajar yang tanggap dan fleksibel. AI mampu merespons pertanyaan, menyederhanakan informasi kompleks, serta memvisualisasikan ide dalam bentuk teks, diagram, atau kode. Hal ini sangat membantu siswa dalam memahami konsep abstrak atau teknis dengan lebih cepat dan mendalam. Selain itu, AI juga dapat digunakan sebagai alat bantu brainstorming dalam membangun ide kreatif. Misalnya, saat siswa diminta untuk menulis esai, membuat proyek inovatif, atau menyusun skrip presentasi, AI dapat memunculkan berbagai sudut pandang, contoh kasus, bahkan mengusulkan struktur penulisan yang logis. Kemampuan ini sangat bermanfaat dalam mendorong kreativitas siswa dan menghindari kebuntuan ide (writer’s block).

Sentuhan Pendidik Tidak Akan Tergantikan

Di tengah pesatnya perkembangan kecerdasan buatan, penting untuk disadari bahwa tidak semua aspek dalam pendidikan dapat digantikan oleh teknologi. AI memang memiliki keunggulan dalam memproses informasi, menyajikan data, dan membantu dalam penyusunan materi pembelajaran. Namun, pendidikan sejatinya bukan hanya soal penyampaian pengetahuan, tetapi juga proses pembentukan karakter, emosi, dan relasi kemanusiaan. Di sinilah peran pendidik menjadi sangat penting dan tidak tergantikan oleh teknologi secanggih apa pun. Terdapat dimensi-dimensi yang hanya bisa dilakukan oleh manusia, khususnya dalam hal membina interaksi, memberi keteladanan, dan memotivasi peserta didik secara utuh. Berikut ini beberapa hal yang berkaitan dengan peran pendidik yang tidak dapat digantikan dengan teknologi AI:

1. Interaksi Emosional dan Relasi Manusiawi

Kita tahu bahwa AI tidak memiliki empati, intuisi, atau kepekaan emosional. Dalam konteks pendidikan, hubungan antara pendidik dan peserta didik bukan hanya sekadar transaksi informasi, melainkan juga interaksi batin yang membentuk rasa percaya, nyaman, dan aman dalam proses belajar. Kehadiran pendidik secara langsung mampu menangkap sinyal-sinyal nonverbal dari siswa yang tidak dapat ditangkap oleh AI. Sebagai manusia, siswa terkadang merasakan kebingungan, kelelahan, atau memiliki rasa ketertarikan terhadap sesuatu. Pendekatan secara personal dari seorang pendidik dalam menangkap sinyal-sinyal tersebut dapat membantu dalam menciptakan iklim belajar yang suportif dan bermakna. Hal tersebut akan menjadikan siswa lebih merasa dihargai sebagai manusia, bukan sekadar penerima materi saja.

2. Motivasi dan Penguatan Nilai-Nilai Positif

Seorang pendidik memiliki peran penting sebagai sumber motivasi dan pembentuk semangat belajar. Ucapan sederhana dari seorang pendidik, seperti “kamu pasti bisa” atau pengakuan atas kemajuan kecil dari siswa, dapat memberikan dampak besar bagi perkembangan mereka. AI mungkin bisa menyampaikan kalimat-kalimat motivasi. Akan tetapi, AI tidak memiliki rasa dan kedalaman emosional dalam menyampaikan dorongan tersebut. Selain itu, pendidik juga mampu menanamkan nilai-nilai positif, seperti tanggung jawab, kerja sama, dan ketekunan kepada siswanya. Penanaman nilai-nilai tersebut hanya dapat diperoleh melalui proses interaksi langsung dalam perilaku sehari-hari, yang jauh melampaui fungsi algoritmik AI.

3. Keteladanan dan Penanaman Akhlak

Pendidikan yang ideal tidak hanya berorientasi pada aspek kognitif, tetapi juga mencakup dimensi afektif dan moral. Dalam hal ini, AI tidak mampu menggantikan peran pendidik sebagai figur keteladanan. Sikap jujur, disiplin, sabar, dan adil yang ditunjukkan oleh pendidik dalam keseharian menjadi pelajaran nyata yang secara perlahan mampu membentuk karakter dan akhlak siswa. Penanaman karakter bukan hanya hasil dari instruksi teks semata, melainkan juga dari pengamatan, pengalaman, dan pembiasaan yang didapat melalui hubungan langsung antarmanusia. Dengan demikian, pendidikan tetap membutuhkan kehadiran pendidik yang utuh sebagai pembimbing kehidupan, bukan hanya pengajar materi.

Penutup

Sebagai penutup, AI telah membawa perubahan besar dalam dunia pendidikan dengan memberikan banyak manfaat. AI memberikan kemudahan akses informasi, efisiensi dalam pengajaran, dan dukungan dalam pengembangan ide. Meskipun demikian, secanggih apa pun teknologi yang hadir, peran pendidik sebagai pembimbing, motivator, dan teladan tetap tidak tergantikan. Pendidikan sejati adalah proses membentuk manusia seutuhnya. Bukan hanya dari aspek kognitif saja, akan tetapi juga afektif dan moral yang hanya dapat dicapai melalui sentuhan manusiawi dari sosok pendidik.