Dunia & Akhirat
Oleh: Sheila Nurul Huda, S.Kom., M.Cs.
Ada terlihat di sudut mataku, pemandangan mahasiswa bergerombol membahas soal dan bertukar pendapat tentang materi kuliah. Apalagi pekan ini memasuki masa ujian tengah semester (UTS). Pemandangan yang selalu membuat hatiku optimis, bahwa generasi masa depan akan diisi engkau yang mengedepankan ilmu. Mungkin, Indonesia emas memang pada saatnya akan mewujud, karena para pemuda itu mencintai ilmu dan bersemangat menggapainya.
Kalian generasi muda bangsa ini, telah berada pada perjuangan untuk menyongsong masa depan. Pertanyaannya, masa depan seperti apa yang kalian kejar?
Pada tulisan kali ini, mari kita renungi ayat berikut bersama-sama, yaitu penggalan QS. Al-Baqarah ayat 200, dan ayat 201.
فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّقُوْلُ رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا وَمَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ٢٠٠
وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّقُوْلُ رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ ٢٠١
Di antara manusia ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia,” sedangkan di akhirat dia tidak memperoleh bagian apa pun. Di antara mereka ada juga yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Al-Baqarah: 200-201)
Terkadang kita begitu berambisi untuk meraih kesuksesan dunia. Tidak salah, sebenarnya. Bukankah salah satu poin akreditasi program studi juga terdiri dari prestasi mahasiswa? Namun, bayangkan jika kelak kita sampai di penghujung nafas, saat malaikat maut telah menunggu di sisi kita, dan ajal telah siap menghampiri kita. Dunia yang kita kejar, indeks prestasi kumulatif (IPK) yang sempurna, jabatan di perusahaan yang telah dicapai, dan deretan digit angka di mobile banking, apakah itu semua bisa menunda kematian? Apakah itu semua bisa menyogok malaikat maut untuk menunda nyawa agar tetap di raga? Kullu nafsin dzaiqotul maut (Setiap jiwa pasti akan merasakan kematian). Dan datangnya maut adalah rahasia Illahi yang kita tidak tahu kapannya.
Ternyata, jika semua kesuksesan itu tidak dilandasi dengan keimanan, maka ibarat manusia yang berdoa untuk kebaikan di dunia, sedangkan di akhirat dia tidak memperoleh bagian apapun. Semua yang dicapai, tidak lantas mengantarkan pada akhirat yang selamat.
Allah mengajarkan pada manusia bahwa memohon kebaikan mesti pada keduanya, dunia dan akhirat. Mengejar dunia saja, tanpa memikirkan akhirat, akan membuat kita lupa bahwa hidup ini hanya sesaat. Mengejar dunia saja, membuat kita memosisikan pencapaian duniawi sebagai tujuan akhir, yang kemudian sering menjerumuskan manusia untuk menghalalkan segala cara demi mewujudkannya. Begitu takutnya IPK jatuh, ada segelintir manusia yang memilih tindakan curang. Begitu khawatirnya akan kekurangan harta, muncul sekelompok manusia yang melegitimasi tindakan haram. Begitu inginnya menduduki jabatan dan kekuasaan, beberapa golongan rela memilih jalan munkar. Mengharapkan kebaikan dunia, namun tanpa kebaikan akhirat.
Allah memberi contoh bagaimana mendudukkan dunia dan akhirat, pada posisi yang seimbang, pada penggalan Surat Al-Baqarah ayat 201, yang sering kali kita baca ketika kita berdoa, Rabbanā, ātinā fid dunyā hasanah, wa fil ākhirati hasanah, wa qinā ‘adzāban nār. Kebaikan dunia, dan kebaikan akhirat. Bukan hanya mengejar kebaikan dunia, namun juga bukan hanya memfokuskan diri pada ibadah mahdah dan akhirat semata. Keduanya dimohonkan kebaikan, keduanya berimbang.
Maka, nak, menjadilah mahasiswa yang bersemangat kuliah, menuntut ilmu, dan berprestasi, bukan semata memohonkan kebaikan dunia. Tetapi landasilah perjuangan kalian menuju masa depan ini dengan landasan keimanan. Landasan kebaikan. Yang dengannya, kebaikan dunia ini menjadi keberkahan, membawa kebaikan untuk manusia lainnya, membawa kebaikan untuk lingkungan, membawa kebaikan untuk alam semesta, dan pada akhirnya menjadi kebaikan untuk akhirat kalian kelak. Kita menyebutnya, menjadi rahmatan lil ‘alamin. Bismillah..

