Dalam kehidupan ini, setiap umat Islam dihadapkan dengan berbagai macam ujian, cobaan, kesenangan, dan kesulitan yang datang silih berganti. Semua itu merupakan bagian dari takdir Allah subhanahu wa ta’ala yang telah ditentukan sebelum kita dilahirkan. Sebagai seorang muslim, kita diajarkan untuk selalu memiliki prasangka baik terhadap setiap takdir-Nya, baik itu berupa kebahagiaan maupun kesedihan, kelapangan maupun kesempitan, kenikmatan maupun penderitaan. Hal ini bukan hanya penting untuk menjaga ketenangan hati, tetapi juga merupakan bagian dari iman yang dapat menguatkan hubungan kita dengan Allah subhanahu wa ta’ala.
Allah subhanahu wa ta’ala, sebagai Sang Pemilik segala sesuatu di alam semesta, memiliki hikmah yang tak terjangkau oleh akal manusia. Dalam kehidupan, takdir-Nya tidak selalu tampak sesuai dengan keinginan atau harapan kita. Namun, sebagai seorang muslim, kita diajarkan untuk memiliki prasangka baik kepada Allah subhanahu wa ta’ala karena setiap takdir-Nya mengandung hikmah yang terkadang tidak langsung kita pahami.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an, surat Al-Baqarah (2:216) yang artinya:
“Diwajibkan atasmu berperang, padahal itu kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”
Ayat ini mengingatkan kita bahwa apa yang kita anggap sebagai kesulitan, cobaan, atau sesuatu yang buruk, bisa jadi merupakan kebaikan yang kita tidak ketahui. Begitu juga dengan apa yang kita anggap sebagai kenikmatan dan kebahagiaan, mungkin mengandung bahaya yang tidak kita sadari. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk senantiasa memiliki prasangka baik terhadap segala ketentuan-Nya. Read more