Saat ini teknologi telah berkembang dengan begitu pesat. Kita telah sampai pada era di mana kita tidak perlu lagi memasukkan data secara manual ke dalam Microsoft Excel. Kita tidak perlu lagi memulai dari awal ketika ingin memodifikasi suatu kode. Kita tidak perlu lagi menerjemahkan suatu riset secara manual dan kesulitan dalam memahaminya. Semua hal ini telah digantikan dengan automasi yang ditawarkan oleh perkembangan AI atau Artificial Intelligence.
Salah satu bukti nyata dari perkembangan AI tersebut adalah kemunculan suatu aplikasi ajaib serbabisa bertenagakan AI yang disebut ChatGPT. Semenjak kemunculannya di akhir tahun 2022, ChatGPT telah merevolusi kehidupan manusia di berbagai bidang, mulai dari pekerjaan korporat, kesehatan, hingga pendidikan. AI menawarkan kemudahan yang praktis dan efisien seperti mengerjakan pekerjaan administratif rutin, analisis penyakit dan kesehatan, hingga memberikan materi pembelajaran adaptif yang lebih personal dan efektif untuk murid.
Namun sayangnya, banyak orang, terutama pelajar baik SD, SMP, SMA, bahkan mahasiswa yang keliru dalam memanfaatkan kemampuan AI. Banyak di antara mereka yang menggunakan AI untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka tanpa melibatkan pemikiran dan usaha mereka sendiri. Peserta didik sama sekali tidak belajar dan berusaha untuk mengerjakan tugasnya. Padahal, tentu saja perbuatan ini menyalahi etika dan integritas akademik. Peserta didik berbohong kepada gurunya bahwa merekalah yang mengerjakan tugas tersebut.
Lantas, bagaimana kita sebagai intelektual muslim dalam menyikapi hal terebut? Pertama-tama, tentu saja kita harus menyadari dan mensyukuri perkembangan AI yang begitu luar biasa ini sebagai suatu nikmat yang diberikan oleh Allah. Apabila digunakan dengan benar, AI dapat membantu kita menjadi lebih produktif dan kreatif. Nah, perlu kita ingat bahwa setiap nikmat yang diberikan di dunia ini kelak akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Yang Maha Pemberi Nikmat.
Allah Taala berfirman: Read more