Lima Perkara sebelum Lima Perkara

Lima perkara sebelum lima perkara
Oleh: Fajar Setiawan (Laboran Jurusan Informatika UII)

Kita sering lupa dengan sesuatu hal yang sangat penting bagi kehidupan kita. Persoalan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya merupakan persoalan yang sangat penting dan mendasar. Untuk itu, Nabi memberikan peringatan kepada umat Islam dengan wasiatnya yang sangat terkenal dan sering kita dengar, agar benar-benar memperhatikan momen-momen penting dalam kehidupan dan memanfaatkannya dengan sebaik mungkin.

Imam Al-Hakim dalam kitabnya Al-Mustadrak kemudian Imam Al-Baihaqi dalam kitabnya Syu’abul Iman serta yang lainnya meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Nabi memberi nasehat kepada seseorang dengan bersabda,

 

اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هِرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاءَكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

“Manfaatkanlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara: masa mudamu sebelum masa tuamu, masa sehatmu sebelum sakitmu, masa kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum masa sibukmu dan masa hidupmu sebelum kematianmu.”
(H.R. Ibnu Abi Ad-Dunya, Al-Hakim no. 7846, dan Al-Baihaqi no.10248)

Nabi memberikan arahan kepada umatnya agar memanfaatkan berbagai kesempatan dalam hidup ini untuk beramal demi akhirat dengan mengisi waktu dengan ketaatan karena hal itu merupakan umur manusia di dunia ini dan simpanannya di akhirat nanti.

Dalam hadis ini, Nabi memberitahu lima area dalam hidup yang bisa diambil manfaatnya sebelum datangnya lima halangan yang diperkirakan akan datang di masa depan:

1. Masa mudamu sebelum masa tuamu

Manfaatkanlah masa kuatmu saat usia muda untuk beribadah dan amal kebaikan lainnya sebelum masa tuamu dan masa lemahmu untuk melakukan ketaatan. Jika ketika muda sudah malas beribadah, jangan harap ketika tua bisa rajin ibadah.

2. Masa sehatmu sebelum masa sakitmu

Manfaatkanlah masa sehatmu dengan berbagai amal saleh sebelum penyakit menghalangimu dari melakukan berbagai amal saleh. Saat sakit, seseorang tidak mampu untuk beramal atau merasa lemah untuk beramal. Ada penderitaan yang sedang dia rasakan dan dia sibuk dalam pengobatan dan penyembuhan. Bila seseorang di masa sehat senantiasa beramal saleh secara rutin dan disiplin karena Allah, di saat sakit dan tidak mampu mengamalkan amalan yang biasa dia lakukan, dia tetap ditulis mengamalkan amalan tersebut. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu. Bahwasannya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إذَا مَرِضَ العَبْدُ، أوْ سَافَرَ، كُتِبَ له مِثْلُ ما كانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا

“Apabila seorang hamba sakit atau sedang safar, ditulis untuknya amalan yang biasa dia kerjakan di saat masih sehat dan tidak bepergian.” (H.R. Bukhari no. 2996)

3. Masa kayamu sebelum masa miskinmu

Manfaatkanlah kemampuanmu untuk melakukan berbagai ibadah dan kebaikan dengan harta. Misalnya memenuhi kebutuhan anak istri, orang-orang miskin, bersedekah di berbagai pintu kebaikan seperti membangun masjid, membuat sumur, wakaf Al-Qur’an dan lain-lain.

4. Masa luangmu sebelum masa sibukmu

Hendaklah seseorang menyibukkan dirinya dengan berbagai ketaatan dan kebaikan di waktu luangnya sebelum berbagai kesibukan datang seolah tanpa henti seperti menikah, kelahiran anak, mendidik anak, mencari rezeki dan seterusnya.

5. Masa hidupmu sebelum masa matimu

Manfaatkanlah berbagai amal saleh dalam hidup ini sebelum kematian menghalangimu untuk beramal. Karena syarat mati itu tidak harus tua. Ketika sudah sampai ajal, kita tidak mampu meminta penundaan.

Hendaklah kita menyadari bahwa dunia ini adalah tempat singgah bukan tempat untuk menetap. Dunia ini fana dan bakal sirna. Kita akan segera meninggalkannya.

Kita saat ini sedang melakukan perjalanan menuju akhirat setiap hari, tanpa ada satu pun kekuatan yang bisa menghentikan perjalanan ini.

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata,

ارْتَحَلَتْ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً، وَارْتَحَلَتْ الْآخِرَةُ مُقْبِلَةً، وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُونَ، فَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الْآخِرَةِ وَلَا تَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا، فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلَا حِسَابَ وَغَدًا حِسَابٌ وَلَا عَمَلٌ

”Dunia berjalan menjauhi kita dan akhirat datang menjelang di hadapan kita. Dunia dan akhirat masing-masing memiliki anak-anak. Maka, jadilah kalian anak-anak akhirat dan jangan menjadi anak-anak dunia. Sesungguhnya hari ini adalah masa beramal dan tidak ada hisab (perhitungan) sedangkan besok adalah masa hisab dan tidak ada amal.”1

Orang yang cerdas adalah orang yang mampu menundukkan hawa nafsunya dan senantiasa beramal untuk kehidupan setelah mati. Sementara itu, orang yang lemah akalnya adalah orang yang senantiasa menuruti hawa nafsunya dan mengangankan dari Allah Ta’ala dengan berbagai macam angan-angan.

Lima perkara sebelum lima perkara

Lima perkara sebelum lima perkara


Referensi

1 https://dareliman.or.id/2023/12/27/mutiara-indah-perkataan-para-salaf-bab-2-sesuatu-yang-akan-pergi-berlalu/

/[AFH]