Islam dan Disabilitas

Kajian Islam Informatika edisi bulan Maret 2021 dilaksanakan dengan mengangkat tema yang menarik, Islam dan Disabilitas, dan dibawakan oleh Ustaz Dr. Yudi Prayudi, M.Kom.  Kajian rutin bulanan ini juga dihadiri perwakilan adik-adik penghafal Alquran dari Madrasah Tuli Darul Ashom.

Tema Islam dan Disabilitas diangkat guna membahas kehadiran penyandang disabilitas atau orang-orang dengan kemampuan fisik berbeda dalam masyarakat sedari dulu, dan bagaimana posisi mereka dipandang dalam Islam.

Disabilitas dalam Alquran dan Hadis

لَيْسَ عَلَى الْاَعْمٰى حَرَجٌ وَّلَا عَلَى الْاَعْرَجِ حَرَجٌ وَّلَا عَلَى الْمَرِيْضِ حَرَجٌ وَّلَا عَلٰٓى اَنْفُسِكُمْ اَنْ تَأْكُلُوْا مِنْۢ بُيُوْتِكُمْ اَوْ بُيُوْتِ اٰبَاۤىِٕكُمْ اَوْ بُيُوْتِ اُمَّهٰتِكُمْ

“Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu, makan (bersama-sama mereka) di rumah kamu atau di rumah bapak-bapakmu, di rumah ibu-ibumu…” (An Nur: 61)

Dalam potongan Surat An Nur ayat 61 di atas, ditegaskan bagaimana Islam menganggap sama dan setara orang-orang yang dengan keterbatasan fisik dengan orang-orang lainnya. Islam mengecam sikap diskriminatif terhadap penyandang disabilitas. Lebih lagi, sikap diskriminatif termasuk kesombongan dan akhlak buruk.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh seseorang niscaya punya suatu derajat di sisi Allah yang tidak akan dicapainya dengan amal, sampai ia diuji dengan cobaan di badannya, lalu dengan ujian itu ia mencapai derajat tersebut.” (Abu Daud)

Keterbatasan fisik merupakan salah satu ujian yang diberikan Allah kepada hamba-Nya, dan sesuai hadis di atas, dengan ujian inilah, derajat kemuliaan yang tidak bisa dicapai hanya dengan amal akan diberikan.

Tuli, Bisu, Buta

Istilah tuli, bisu, buta juga digunakan sebagai tamsil (umpama) dalam beberapa ayat Alquran.

صُمٌّۢ بُکۡمٌ عُمۡیٌ فَہُمۡ لَا یَرۡجِعُوۡنَ

“Mereka tuli, bisu dan buta, sehingga mereka tidak dapat kembali.” (Al Baqarah: 18)

Dalam ayat di atas, tuli, bisu, dan buta tidaklah membicarakan kondisi fisik tertentu, melainkan sebagai perumpamaan (tamsil). Dalam tafsir, orang munafik tidak hanya seperti orang yang kehilangan cahaya terang, namun juga seperti telah kehilangan indra-indra pokok. Mereka dikatakan tuli karena tidak mendengarkan kebenaran, bisu karena menolak mengucap kebenaran, dan buta karena menolak melihat kebenaran.

Kaidah Fikih Disabilitas

Syekh Ibrahim al-Baijuri dari Al Azhar berkata dalam Hasyiyat al-Baijuri ala Jauharat at-Tahuid,

“Sebagian para imam mazhab Syafi’iyah berkata: ‘Bila Allah menciptakan seorang manusia tunanetra sekaligus tunarungu, maka gugurlah kewajiban berpikir tentang Tuhan dan segala tuntutan hukum baginya.’ Itu adalah pendapat yang sahih, seperti dalam penjelasan penulis.”

Pendapat ini disandarkan kepada firman Allah:

“Dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang Rasul.” (Al Isra: 15)

Ustaz Yudi Prayudi menambahkan perlunya kajian-kajian fikih yang membahas disabilitas mengingat urgensi yang ada dalam masyarakat.

Madrasah Tuli Darul Ashom

Alfatihah bahasa isyarat

Santri tuli mencontohkan Alfatihah dalam bahasa isyarat.

Setelah penyampaian materi, adik-adik penghafal Quran beserta pimpinan pengasuh Madrasah Tuli Darul Ashom ikut memberi penjelasan kegiatan menghafal Alquran di pesantren mereka.

Ustaz Abu Kafi menjelaskan, salah satu kesulitan dalam menghapal Alquran bagi santri tuli adalah harus mengingat huruf per huruf dari ayat yang dibaca. Sebelum mulai menghapal, para santri diajari 26 huruf hijaiyah dalam bahasa isyarat. Beliau menambahkan, rata-rata santri dapat menghapal satu ayat per harinya. Sebagai tahap awal, santri akan menghapal surat Alfatihah selama satu minggu.

Selain menghapal Alquran, adik-adik dari pesantren Darul Ashom juga diajari hal-hal lain seperti salat. Dalam salat, penyandang tuli juga membaca bacaan salat di dalam hati tanpa isyarat fisik.

huruf-huruf hijaiyah dalam bahasa isyarat

Peran Informatika

Keterbatasan yang dialami Teman Tuli ini adalah tantangan bagi teman-teman Informatika untuk berkarya dan menggunakan kemampuan mereka dalam memperbaiki kondisi ini. Beberapa dari banyak karya teknologi yang pernah dihasilkan adalah aplikasi penerjemah SIBI (sistem bahasa isyarat Indonesia) yang dibuat oleh Dr Erdefi Rakun dari Filkom UI, atau aplikasi Quran Isyarat dari tim pengembang UMMI. Tentu, masih banyak hal yang dibutuhkan Teman Tuli yang diharapkan bisa diselesaikan dengan teknologi dan menjadi tantangan teknologi yang perlu diselesaikan.