Juara 3 ARTechno 2017, Mahasiswa Teknik Informatika Membanggakan UII
Mahasiswa Teknik Infomatika Universitas Islam Indonesia (UII) kembali mengukir prestasi di kancah kompetisi nasional. Prestasi kali ini menambah dereta prestasi teknik Informatika UII dalam kompetisi nasional maupun internasional. Awal oktober lalu 3 mahasiswa teknik informatika mengikuti ARTechno 2017 yang diselengarakan di Universitas Sumatera Utara (USU)
Tim UII yang terdiri dari Rizaldi Prasetya, Muhammad Multazam, Galih Rahmadi telah jauh-jauh hari mempersiapakan ide dan proposal untuk mengikuti kompetisi. Artechno 2017 mengangkat tema “Smart Campus”. Kompetisi ini diselenggarakan dari tanggal 10-11 Oktober diawali dengan rangkai seleksi proposal secara online ide aplikasi secara online. Tim dari teknik Informatika menjadi slaah satu tim yang masuk ke babap presentasi
ARTechno 2017 sendiri merupakan kompetisi IT tahunan yang diselenggarakan oleh Universitas Sumatera Utara (USU). Kompetisi ini dimaksudkan sebagai media edukatif bagi perguruan tinggi se-Indonesia dalam memajukan kesadaran akan Teknologi Informasi dan Komunikasi serta pemanfaatannya di Indonesia. Kompetisi diikuti oleh berbagai perguruan tinggi di Indonesia, seperti ITB, IPB, UGM serta berbagai kampus lainnya.
Disampaikan Prasetya selaku ketua tim saat ditemui di Kampus Terpadu UII, Selasa (24/10), di kompetisi ARTEchno 2017 terdapat 4 cabang kategori yang dilombakan, yaitu Competitive Programming, UX Design, Software Development dan Pengembangan Bisnis TIK. “Kategori yang kami ikuti sendiri adalah Software Development,” ujarnya.
Prasetya menjelaskan, berawal dari berbagai ide tentang bagaimana bisa memangkas proses tradisional yang ada di kampus, seperti bimbingan skripsi yang sering kali menghabiskan banyak kertas dan banyak waktu, sulitnya pelaporan fasilitas kampus yang rusak, pemberian saran kepada pihak kampus, dan juga proses absensi yang masih manual. ”Dari berbagai ide tersebut, kemudian di fokuskan untuk mengatasi proses absensi yang masih manual, karena dianggap lebih penting,” ungkapnya.
Menurut Prasetya, dalam proses absensi manual ini jika dimisalkan satu kelas dalam suatu mata kuliah mengeluarkan biaya 300 ribu dalam satu semester, sedangkan total kelas yang diambil mahasiswa dalam suatu universitas jumlahnya bisa mencapai 500. Maka biaya yang dikeluarkan mencapai 150 juta. ”Jadi sebenarnya kita bisa memangkas anggaran sebanyak kurang lebih 150 juta. Salah satunya dengan aplikasi kami yang bernama noTip,” tuturnya.
Untuk cara kerja aplikasi tersebut Multazam menyampaikan, mahasiswa hanya perlu datang kemudian mengkoneksikan smartphonenya, yang mana di tiap-tiap smartphone memiliki mac address yang unik, berbeda di setiap smartphone. Kemudian smartphone di koneksikan ke access point yang ada di universitas. Dari access point tersebut sistem akan mengecek kehadiran dari mahasiswa. “Namun apabila ada mahasiswa yang tidak membawa handphone, karena aplikasi ini berbasis web, dosen dan pihak kemahasiswaan disini punya wewenang di aplikasi tersebut untuk mencentang mahasiswa yang hadir namun tidak membawa handphone tersebut,” jelasnya.
Sementara harapan disampaikan Galih, ia berharap ke depan semakin banyak mahasiswa UII yang tertarik untuk berkompetisi di luar dan berprestasi. “Dari hal tersebut kita bisa sharing ilmu dengan berbagai tim dari universitas lain, karena sudah bukan zamannya kita bersaing di kampus sendiri, sudah saatnya kita berkolaborasi dan bersaing dengan kampus-kampus besar di luar,” ungkapnya. (MDP/RS)