Marhaban Yaa Ramadhan

Bulan Ramadhan, bulan mulia dan penuh ampunan, sudah di depan mata. Semoga kita bisa melaluinya dengan ikhlas dan sabar, serta bisa dipertemukan lagi dengan bulan-bulan Ramadhan selanjutnya.

Perintah Berpuasa

Pada bulan Ramadhan, umat muslim diwajibkan berpuasa, seperti yang diperintahkan firman Allah Swt. pada Q.S. Al-Baqarah[2]: 183:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Jadi, umat muslim wajib untuk melaksanakan puasa di bulan Ramadhan.

Keberkahan Sahur

Di bulan Ramadhan, tentunya tak luput dari kegiatan berbuka dan sahur. Di dalam sahur ada keberkahan tersendiri. Dalam sebuah hadits riwayat Anas bin Malik dijelaskan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Sahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam sahur terdapat barakah.” (Muttafaqun ‘alaih)

Keberkahan sahur itu di antaranya:

  1. Waktu sahur merupakan waktu yang mustajab untuk berdoa, apalagi di bulan mulia bulan Ramadhan.
  2. Makan sahur merupakan sunnah Rasulullah saw.
  3. Makan sahur merupakan syi’ar Islam dalam membedakan umat Islam dengan umat-umat sebelumnya.
  4. Dengan sahur, fisik lebih kuat menjalankan puasa.
  5. Mendapatkan sholawat dari Allah Swt. dan doa dari para malaikatnya, seperti hadist berikut ini:
    Dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda yang artinya,
    “Makan Sahur adalah makan penuh berkah, janganlah kalian meninggalkannya walau seteguk air karena Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada orang yang makan sahur” (HR. Ahmad 3:44)
  6. Waktu makan sahur adalah waktu yang diberkahi karena Allah Swt. turun ke langit dunia.
    Dari Abu Hurairah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, yang artinya:
    “Rabb kita tabaroka wa ta’ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Dia berfirman, “Siapa saja yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.” (HR. Bukhori no 1145 dan Muslim no. 758)

Sunnah Rasulullah saw. Ketika Berbuka Puasa

Selain sahur, sunnah saat puasa yaitu berbuka puasa. Adapun beberapa amalan sunnah yang diajarkan Rasulullah saw. saat berbuka puasa:

  1. Menyegerakan Berbuka Puasa

Rasulullah saw. bersabda yang artinya: “Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama menyegerakan berbuka.” (HR. Bukhari no 1957 – Muslim no. 1098)

Sebelum menyegerakan berbuka puasa, tunggulah sampai kalimat pertama adzan selesai, baru kita membatalkan puasa atau berbuka puasa. Menyegerakan berbuka puasa juga untuk membedakan umat Islam dengan umat-umat sebelumnya.

  1. Berbuka Puasa dengan Kurma

Rasulullah saw. berpesan: “Apabila salah seorang di antara kalian berbuka, hendaklah berbuka dengan kurma karena dia adalah berkah. Apabila tidak mendapatkan kurma, maka berbukalah dengan air karena dia adalah bersih.” (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud)

Kita disunnahkan untuk berbuka puasa dengan kurma. Jika tidak menemukan kurma, bisa diganti dengan air putih, baru setelahnya menikmati hidangan yang sudah tersedia.

Jika dalam perjalanan sudah masuk waktu berbuka dan tidak mendapatkan air atau makanan untuk berbuka, maka cukup dengan niat untuk membatalkan puasa.

  1. Berdoa Sebelum Berbuka Puasa

Adapun urutan berdoa sebelum berbuka puasa yaitu:

  1. Membaca basmalah sebelum membatalkan puasa
  2. Makan kurma atau minum air putih
  3. Berdoa berbuka puasa

Saat berbuka puasa, Rasulullah SAW berdoa:

“Dhahaba zh-zhama’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah.”

Artinya: “Rasa haus telah hilang dan urat-urat telah basah, dan pahala telah ditetapkan insya Allah,” (HR. Abu Daud No. 2357, hadits hasan).

Selain itu, waktu berbuka puasa juga waktu yang mustajab untuk berdoa memohon kepada Allah Swt.

Dalam sebuah hadis dijelaskan: “Dari Abu Hurairah, dari Nabi saw.: ‘Ada tiga orang yang tidak akan tertolak doanya, yaitu: seorang yang puasa ketika sedang berbuka, seorang imam yang adil, dan do’a seorang yang terzholimi.’” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban).

 

Wallahu ‘alam Bis-shawab.

———————————————–

Penulis: Sulis Setyaningsih

Editor: Fayruz Rahma