Doa Sebagai Wujud Bakti Kepada Orang Tua

Mari kita renungkan sejenak mengenai kondisi diri kita saat ini. Kita sudah bisa berbicara, kita bisa berjalan, kita bersekolah, kita bekerja, dan kita mampu meraih cita-cita kita. Tidakkah kita merenung bahwa semua ini merupakan karunia Allah yang luar biasa? Kemudian setelah itu, mari kita renungkan kembali, bahwa di balik semua capaian kita sampai detik ini ada jasa yang sangat besar yang sangat berpengaruh pada diri kita yaitu jasa dari kedua orang tua kita.

Kedua orang tua kita tak pernah jemu mendoakan kita agar hidup kita lebih baik dari mereka. Keduanya mendoakan kita di setiap waktu agar kita menjadi anak yang sukses di dunia dan akhirat. Barangkali dari doa-doa yang mereka panjatkan di sepertiga malam terakhir kita dapat merasakan kenikmatan kehidupan di dunia ini. Barangkali doa yang terucap dari lisan merekalah kita bisa terhindar dari keburukan.

Oleh karenanya, hendaklah kita bersyukur kepada Allah atas karunia ini dan juga kita bersyukur kepada kedua orang tua kita. Allah Ta’ala mengabadikan wasiat Luqman kepada anaknya dalam QS. Luqman 14,

وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْناً عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

“Dan Kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang tuamu, hanya kepada-Ku kalian akan kembali.” (Luqman : 14)

Dalam ayat lainnya Allah berfirman,

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Rabbku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. Berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.” (QS. Al-Ahqaf: 15)

 

Ibu kita mengandung selama sembilan bulan, kemudian menyusui selama kurang lebih dua tahun. Menemani kita agar kita dapat tidur nyenyak. Ia senantiasa terjaga di malam hari ketika kita jatuh sakit. Ibulah orang pertama yang mengenalkan kita bahasa dengan lisan lembutnya mengajari kita berbicara dan menuntut kita agar kita dapat berjalan. Ibu, ia selalu memperhatikan kondisi kita. Ibu menyiapkan pakaian, uang saku, bekal, dan perlengkapan sekolah kita. Ibu juga yang tak bosan menunggu kita pulang dari sekolah, pulang bekerja hingga senja atau bahkan larut malam.

Ayah kita, ia adalah orang yang mungkin terkadang tampak cuek di hadapan kita. Tapi percayalah wahai saudaraku, di balik sifat ayah yang cenderung cuek tersebut ada rasa cinta yang sangat besar kepada anak-anaknya. Saudara sekalian, ayah adalah orang yang juga sangat besar jasanya dalam kehidupan kita. Siang malam ayah bekerja, ia berjuang agar kita tetap terus bisa fokus belajar dan fokus bersekolah. Keberadaan ayah menjadi pelindung bagi kita, anak-anaknya.

Kedua orang tua kita telah menghabiskan banyak biaya mulai dari kita di dalam kandungan, kita lahir, sampai dengan dewasa. Keduanya dengan rela memberikan hasil jerih payahnya hanya untuk diberikan kepada kita secara cuma-cuma. Mereka tak berharap dan menagih seperserpun kepada kita dari apa yang mereka keluarkan untuk kehidupan kita.

Apabila kita ingat pengorbanan kedua orang tua kita, tentunya kita akan sadar bahwa kita tidak akan pernah bisa membalas segala kebaikan dan jasa mereka. Imam Bukhari rahimahullah pernah meriwayatkan, dari Abi Burdah, ia melihat melihat Ibnu Umar dan seorang penduduk Yaman yang sedang thawaf di sekitar ka’bah sambil menggendong ibunya di punggungnya. Orang itu bersenandung,

“Sesungguhnya diriku adalah tunggangan ibu yang sangat patuh. Apabila tunggangan yang lain lari, maka aku tidak akan lari.”

Orang itu lalu berkata, “Wahai Ibnu Umar apakah aku telah membalas budi kepadanya?” Ibnu Umar menjawab, “Belum, walaupun setarik napas yang ia keluarkan ketika melahirkan.” (HR. Bukhari)

Oleh karena itu, Allah memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada kedua orang tua kita. Dalam banyak ayat Allah menyandingkan tentang kewajiban menunaikan hak kedua orang tua kita setelah menunaikan hak Allah. Setelah kita mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah, kemudian kita diperintahkan untuk berbakti kepada kedua orang tua. Allah Ta’ala berfirman dalam beberapa ayat-Nya:

وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua. “ (An Nisaa’:36)

 

وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.“ (Al Isra’: 23)

Kita sadar bahwa kita tidak mungkin membalas semua budi baik orang tua kita. Lantas apa yang kita bisa lakukan untuk membalas jasa keduanya?

Salah satu di antara cara kita berbakti kepada orang tua adalah dengan senantiasa mendoakan keduanya. Dari ‘Abdullah bin ‘Umar dan Jabir bin Abdillah Al Anshary, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ

“Siapa saja yang berbuat baik pada kalian, maka balaslah. Jika kalian tidak bisa membalas kebaikannya, maka doakanlah kebaikan untuknya sampai engkau merasa telah membalas budinya.” (HR. Abu Daud no. 1672 dan Tirmidzi no. 203, shahih menurut Syaikh Al Albani).

Ketika menafsirkan QS. Luqman ayat 14, Sufyan bin Uyainah mengatakan:

مَنْ صَلَّى الصَّلَوَاتِ الْخَمْسَ فَقَدْ شَكَرَ اللَّهَ وَمَنْ دَعَا لِلْوَالِدَيْنِ فِيْ أَدْبَارِ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ فَقَدْ شَكَرَ الْوَالِدَيْنِ

“Siapa saja yang mengerjakan shalat lima waktu sungguh dia telah bersyukur kepada Allah. Siapa yang mendoakan kedua orang tuanya di dubur sholat sungguh dia telah berterimakasih kepada kedua orang tuanya.” (Tafsir al-Baghawi 3/509, Dar Thibah)

Dari penjelasan di atas, maka salah satu momen yang tepat untuk mendoakan keduanya yaitu ketika di akhir shalat. Doa bisa kita panjatkan setelah kita selesai membaca tahiyat akhir dan salawat atau bisa kita baca setelah selesai membaca zikir shalat lima waktu.

Kemudian di antara doa yang hendaknya kita baca adalah sebagaimana yang tercantum di dalam firman Allah,

وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

“Dan ucapkanlah: “Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil” (Al Isra’: 24)

Sebagai penutup, kami memohon kepada Allah agar kita semua menjadi hamba yang dapat untuk terus istikamah di dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, menjadi hamba yang diberikan kesempatan untuk berbakti dan selalu mendoakan kebaikan kepada kedua orang tua kita.

Mudah-mudahan, orang tua kita diberikan balasan pahala terbaik oleh Allah, bagi yang masih hidup diberikan kesehatan, umur yang berkah, dan petunjuk kepada jalan yang lurus. Bagi yang sudah pergi mendahului kita, semoga mendapatkan ampunan di sisi-Nya dan diluaskan kuburnya. Semoga kita kelak dapat bersama-sama berjumpa dengan kedua orang tua kita di jannah yang paling tinggi, yaitu surga Firdaus. Amin.

 

Jumat, 24 Desember 2021/19 Jumadil Awwal 1443 H

 


Penulis: Ahmad Fathan Hidayatullah
Dosen Informatika UII

Jurusan Informatika UII menerima kiriman artikel untuk ditampilkan pada Pojok Informatika dan Pojok Dakwah. Ketentuan dan prosedur pengiriman dapat dilihat pada laman berikut.

 

1 reply

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *