Ramadan: Madrasah Para Pembelajar Sepanjang Hayat

Momentum Ramadan hadir tiap tahun membersamai kaum muslimin agar mereka bertakwa. Dalam kesempatan tersebut, kaum muslimin menyambutnya dengan rangkaian acara yang padat bertema ruhiyah. Menumbuhkembangkan keyakinan kepada Allah Swt. melalui beragam aktivitas: ibadah mahdah, kajian Subuh, kultum tarawih, dan tilawah Alquran. Di antara padatnya kegiatan, sebagiannya masih menyempatkan diri untuk menyimak kajian-kajian daring dari para ahli melalui beragam platform aplikasi.

Ramadan adalah waktu di mana kita menambah pemahaman Islam yang dirasa masih sangat sedikit. Islam yang seluas samudera, melingkupi aspek sosial, politik, dan ekonomi, baik dalam urusan personal, masyarakat, maupun dalam perkara-perkara yang hanya boleh dilaksanakan oleh negara. Lengkap dan sempurnanya Islam menjanjikan keselamatan umat manusia dalam bingkai keridaan Allah Swt.

Sadarnya kita akan ilmu yang terbatas menjadi pemantik munculnya dorongan untuk melengkapinya, dengan beragam cara.

Dari Ramadan kita belajar bagaimana waktu sedemikian berharga sehingga kita merasa harus memanfaatkannya dengan optimal. Menjadi pembelajar tangguh, sekaligus kita dilatih oleh Allah Swt. untuk mencicipi sebuah manajemen waktu yang nyaris sempurna. Hidup yang berfokus tidak hanya pada organ duniawi, namun berbagi keseimbangan dengan organ ukhrawi. Mencoba mencukupi setiap kebutuhan dengan memastikannya sesuai dengan koridor keridaan Allah Swt. yang seluas langit dan bumi.

Pemilihan kata mencicipi di sini mengindikasikan bahwa Ramadan ini baru awal, yang kemudian manusia harus melajutkannya dengan hidangan besar. Yakni sebelas bulan setelah Ramadan, hingga kita bertemu lagi dengannya di tahun depan. Sebuah awal yang harus dilanjutkan dengan perjuangan-perjuangan menghargai waktu, dengan memanfaatkan untuk beragam aktivitas selayaknya Ramadan. Aktivitas keduniaan yang harus terus berjalan sebagai sunnatullah yang diwajibkan bagi manusia, dilengkapi dengan beragam aktivitas ruhiyah dan batiniyah.

Sebelas bulan paska Ramadan yang lengkap dengan kajian-kajian daring dan luringnya, ibadah mahdahnya. Bulan-bulan yang setelah berlatih keras di bulan Ramadan, diaplikasikan hasil latihan tersebut di dalamnya. Menjadi manusia-manusia yang siap untuk menggali ilmu. Manusia-manusia yang siap menjadi pembelajat sepanjang hayat, yang memaknai bulan-bulan lain seberharga Ramadan, meski tidak lagi dilengkapi dengan janji-janji pahala yang berkali.

Ibnu Rajab menyampaikan dalam kitab Lathaif Al Ma’arif:
كانوا يدعون الله تعالى ستة أشهر أن يبلغهم رمضان يدعونه ستة أشهر أن يتقبل منهم
“Dulu para sahabat, selama enam bulan sebelum datang Ramadan, mereka berdoa agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan Ramadhan. Kemudian, selama enam bulan sesudah Ramadan, mereka berdoa agar Allah menerima amal mereka selama bulan Ramadan.”

Kita dapat membayangkan jikalau para pambelajar sepanjang hayat ini telah tumbuh, masjid akan terus penuh meski Ramadan telah berlalu meninggalkan kita. Manusia-manusia yang haus akan ilmu akan menuntut diteruskannya beragam kajian. Menuntut dibukanya kelas-kelas: dasar, menengah, juga lanjut untuk mencukupi kebutuhan mereka akan ilmu. Bekal bagi mereka untuk beramal, melanjutkan sisa kehidupan muamalah mereka. Sungguh, sebuah pemandangan yang saya yakin akan disyukuri banyak orang.

Kelas para pembalajar sepanjang hayat.


Penulis: Ari Sujarwo