Al-Qur’an sebagai Solusi dari Quarter Life Crisis

Al-Quran

Quarter Life Crisis adalah fase krisis seperempat abad yang bisa diartikan sebagai kondisi psikologis yang tidak stabil. Krisis tersebut biasanya terjadi pada seseorang ketika menginjak usia 20-30 tahun. Individu yang sedang mengalami quarter life crisis sering kali mengalami berbagai masalah emosional seperti perasaan kekhawatiran berlebih, depresi, bahkan frustrasi karena merasa terjebak dalam ketakutan akan masa depan seputar karir, hubungan asmara, dan kondisi finansial.

Alasan saya mengambil tema di atas karena saat ini saya sedang berada dalam fase kehidupan tersebut dan tidak dipungkiri dalam waktu-waktu tertentu saya sering merasakan kekhawatiran tentang masa depan seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Oleh karena itu, saya ingin berusaha untuk mencari dan berbagi solusi untuk menghadapinya.

Salah satu tips untuk menghadapi Quarter Life Crisis adalah dengan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup karena sejatinya Al-Qur’an memiliki segala solusi dari permasalahan hidup yang dialami umat manusia. Berikut beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menghadapi Quarter Life Crisis dengan berpedoman kepada Al-Qur’an:

1. Berikhtiar

Al-Qur’an mengajarkan manusia untuk senantiasa berusaha dan berikhtiar dalam situasi apa pun. Dengan usaha yang dilakukan, manusia berupaya sekuat mungkin untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Allah Swt. berfirman yang artinya,

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar-Ra’d: 11).

2. Bertawakal

Selain memiliki sikap optimisme dan melakukan ikhtiar, langkah selanjutnya adalah bertawakal kepada Allah Swt. Dari Al-Qur’an, Allah berfirman yang artinya,

“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal pada-Nya” (QS. Ali Imran: 159).

Dalam konteks Quarter Life Crisis, tawakal membantu kita untuk tidak terpengaruh dengan faktor-faktor eksternal seperti pencapaian orang lain. Dengan bertawakal, kita dapat fokus terhadap pencapaian diri dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan di masa lalu.

3. Bersabar

Dalam setiap ujian hidup yang Allah berikan kepada hamba-Nya, pasti akan diiringi dengan kemudahan bagi mereka yang meyakini bahwa Allah tidak akan memberikan ujian di luar batas kemampuan hamba-Nya. Mereka yang dapat bersabar dalam menghadapi suatu ujian adalah orang-orang yang beruntung karena Allah senantiasa memberikan pertolongan kepada orang yang sabar. Seperti yang tercantum pada Surat Al-Baqarah ayat 153 dan Surat Ali-Imran ayat 200 yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153).

“Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” (QS. Ali-Imran: 200).

Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang beriman harus berupaya untuk selalu bersabar dalam menghadapi berbagai ujian yang dialami saat Quarter Life Crisis.

4. Bersyukur

Salah satu kunci ketenangan dalam hidup adalah senantiasa mensyukuri segala nikmat yang telah Allah berikan kepada kita sekecil apapun itu bentuknya. Kita sering terlalu fokus melihat suatu ujian dari sisi negatifnya saja dan tidak menyadari bahwa ada banyak hal di sekitarnya yang merupakan suatu nikmat dari Allah yang tak ternilai harganya. Sesederhana kita masih diberikan nikmat hidup dengan sehat wal’afiat adalah nikmat berharga yang terkadang suka lupa untuk kita syukuri. 

Dalam surat Ibrahim ayat 7 Allah berfirman,

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim: 7)

Maka dari itu, ketika kita menghadapi Quarter Life Crisis ini, jangan lupa untuk selalu mengingat bahwa pasti ada banyak hal yang bisa kita syukuri dan dapat dijadikan motivasi hidup untuk semangat dalam menjalani hari-hari.

Referensi

Penulis: Farras Rana Pradhana (Staf Program Studi Informatika – Program Magister, FTI UII)