Fenomena Food Waste dari Sudut Pandang Islam
Fenomena makanan yang terbuang percuma telah menjadi isu global. Menurut UN Food and Agriculture Organizations (FAO), 1.3 miliar ton makanan terbuang percuma di seluruh dunia tiap tahunnya. Sampah makanan yang membusuk akan menghasilkan gas metan yang menjadi salah satu penyebab meningkatnya pemanasan global. Emisi yang dihasilkan sampah makanan ini dapat melonjak dari 0.5 Giga Ton setara karbon dioksida, menjadi 1,9 – 2.5 GT per tahun pada pertengahan abad ini (Guardian, 2016).
Di beberapa negara berpenduduk mayoritas Muslim, kondisi yang sama juga menjadi isu nasional. Jumlah sampah makanan di negara-negara ini meningkat, utamanya di bulan Ramadan. Uni Emirates Arab menghasilkan 500 ton sampah makanan per hari pada bulan Ramadan, meningkat 2 kali lipat dibandingkan hari-hari biasa (Zafar, 2016). Di UAE sendiri, sampah makanan tahunannya senilai 4 milyar USD atau setara dengan 53,2 trilyun rupiah (Baldwin, 2017).
Lain lagi di Arab Saudi. Kota Mekah pada 3 hari pertama bulan Ramadan, telah menghasilkan 5.000 ton sisa makanan (Zafar, 2016). Selain itu, laporan dari College of Food and Agricultural Sciences (CFAS) King Saud University menyebutkan di seluruh Arab Saudi sendiri, setidaknya makanan senilai 1,2 juta Real (4,2 miliar rupiah) terbuang setiap harinya (Tago, 2016). Sementara menurut Solid Waste And Public Cleansing Corporation (SWCorp), di Malaysia sebanyak 270.000 ton makanan terbuang selama bulan Ramadan atau 9.000 ton setiap harinya (Digest, 2016). Hal ini menempatkan Malaysia di posisi ke-3 pada 10 Negara dengan tingkat Food Waste tertinggi (Waterlow, 2017).
Pembaca rahimakumullah,
Fakta-fakta tersebut tentunya perlu menjadi perhatian serius bagi kita sebagai umat Islam terutama di bulan Ramadan ini. Kondisi tersebut sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam Islam terutama terkait dengan pola konsumsi kita. Apalagi di bulan Ramadan ini kita sangat dianjurkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan serta memperbanyak pengendalian diri utamanya berkaitan dengan nafsu, termasuk untuk tidak makan makanan yang berlebihan.
وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ وَلَا تُسْرِفُوٓا۟ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُسْرِفِينَ
“ … makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf (7): 31)
Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga melarang kita menyisakan makanan, bahkan kita juga dianjurkan untuk menjilati jari-jari kita setelah makan, karena kita tidak mengetahui di mana letak berkah Allah dalam makanan yang kita makan.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ طَعَامًا, فَلَا يَمْسَحْ يَدَهُ, حَتَّى يَلْعَقَهَا, أَوْ يُلْعِقَهَا». مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
“Apabila salah seorang dari kalian makan, janganlah menyisakanan dia mengusap (membersihkan) tangannya sampai dia menjilatinya atau meminta orang lain untuk menjilatinya.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dalam riwayat lain disebutkan,
أنَّ النبيَّ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ أَمَرَ بلَعْقِ الأصَابِعِ وَالصَّحْفَةِ، وَقالَ: إنَّكُمْ لا تَدْرُونَ في أَيِّهِ البَرَكَةُ
Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk menjilati jari-jari dan piringnya. Kemudian beliau bersabda,”Sesungguhnya kalian tidak mengetahui di mana keberkahan pada makanan tersebut” (HR. Muslim)
Para pembaca yang berbahagia,
Perilaku berlebih-lebihan dalam makan tersebut merupakan salah satu bentuk perilaku konsumtif yang banyak dipengaruhi oleh budaya kapitalisme. Pada budaya kapitalisme, komsumsi merupakan titik sentral kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat (Syafi’i, n.d.). Perilaku konsumtif ini semakin diperparah dengan berbagai macam iklan di berbagai jenis media, mulai cetak, TV, hingga media sosial. Tidak heran jika ada joke yang menyebutkan bahwa untuk mengetahui bahwa sebentar lagi akan masuk bulan Ramadan, cukup melihat televisi apakah iklan sirup Marjan dengan tema Ramadan sudah tayang atau belum. Perilaku konsumtif sendiri merupakan perbuatan yang dilarang dalam Islam.
إِنَّ ٱلْمُبَذِّرِينَ كَانُوٓا۟ إِخْوَٰنَ ٱلشَّيَٰطِينِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا،
“……Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan ….” (QS. Al Israa’ (17): 26-27)
“Semakin tahun, budaya tersebut semakin berakar dan sulit diubah. Budaya ini semakin menjadi-jadi ketika menjelang akhir Ramadan mendekati Idul Fitri, di mana sebagian besar masyarakat Muslim berlomba-lomba membeli barang-barang baru untuk dipakai di hari raya tersebut. Budaya konsumtif selama Ramadan sampai lebaran ini sepertinya sudah mulai mengakar di masyarakat kita sehingga menjadi semacam permakluman publik “ (Syafi’i, n.d.)
Pembaca rahimakumullah,
Sebagai penutup, marilah kita bersama-sama menjauhi perilaku konsumtif semacam ini. Terlebih di bulan Ramadan ini, marilah kita mengurangi jumlah makanan yang terbuang percuma. Jika ¼ saja dari makanan yang terbuang percuma tersebut bisa diselamatkan, maka menurut FAO cukup untuk memberi makan 870 juta orang kelaparan di seluruh dunia. Selain itu, dengan menguranginya, kita juga turut serta dalam mengurangi pemanasan global yang diakibatkan oleh emisi dari sampah-sampah makanan.
Harus kita sadari bahwa esensi kita melaksanakan puasa di bulan Ramadan adalah untuk melatih kita hidup sederhana, menahan segala hawa nafsu serta mampu merasakan kesulitan dan kekurangan yang dirasakan oleh orang-orang yang lemah secara ekonomi. Dengan demikian, tujuan dari shaum Ramadan yakni mencapai takwa bisa kita peroleh. Selain itu, dengan melaksanakan hal tersebut, akan semakin menguatkan keimanan kita, bahwa Islam adalah diin yang benar. Ad-diin yang lengkap dan sempurna. Bahwa Islam sejak 1400 tahun yang lalu sudah memberikan langkah preventif atas permasalah pemanasan global saat ini yang diakibatkan banyaknya sampah atau limbah.
Wallahu a’lam bish shawab.
Referensi
Baldwin, D. (2017). UAE urges residents to cut food waste during Ramadan. http://gulfnews.com/news/uae/government/uae-urges-residents-to-cut-food-waste-during-ramadan-1.2031241
Digest, M. (2016). Ramadan: 9,000 Tonnes Of Unfinished Food Being Thrown Away Daily. http://www.malaysiandigest.com/frontpage/282-main-tile/614898-ramadan-9-000-tonnes-of-unfinished-food-being-thrown-away-daily.html
Guardian, T. (2016). Reducing food waste would mitigate climate change, study shows.
Syafi’i, A. (n.d.). GLOBALISASI DAN BUDAYA KONSUMTIVISME DALAM TILIKAN ILMU USHUL FIQH. https://abidponorogo.wordpress.com/artikel-pilihan/budaya-konsumtif-dalam-tilikan-ushul-fiqh/
Tago, A. H. (2016). A third of Ramadan food is wasted. http://www.arabnews.com/node/941786/saudi-arabia
Waterlow, R. (2017). Top 10 Countries with Highest Rate of Food Wastage. http://www.worldstopmost.com/2017-2018-2019-2020/news/countries-with-highest-rate-food-wastage-top-10-popular-list/
Zafar, S. (2016). Food Waste and the Spirit of Ramadan. http://www.ecomena.org/food-waste-and-the-spirit-of-ramadan/
Penulis: Hendrik
Dosen Informatika UII
Jurusan Informatika UII menerima kiriman artikel untuk ditampilkan pada Pojok Informatika dan Pojok Dakwah. Ketentuan dan prosedur pengiriman dapat dilihat pada laman berikut.