Berislam di Negeri Minoritas Muslim
Sebagai seorang muslim, sudah sepatutnya kita bersyukur bisa tinggal di negeri mayoritas muslim seperti Indonesia. Kita bisa mendengar suara azan berkumandang bersahut-sahutan setiap waktu salat. Makanan halal pun tidak perlu susah-susah dicari. Beda halnya jika kita tinggal di negeri di mana Islam adalah minoritas. Kita tidak akan mendapatkan privileges ibadah seperti di negeri muslim. Namun, tentu kita perlu membiasakan diri dengan kondisi susah seperti itu, terutama jika kita ingin tinggal di negeri non muslim demi menuntut ilmu.
Permasalahan inilah yang diangkat pada Kajian Islam Informatika edisi Januari 2021, yang dibawakan oleh Bapak Ahmad Munasir Rafi’e Pratama, ST., MIT., Ph.D. dengan judul “Bagaimana Mempertahankan Nilai-nilai Islam di Negeri Mayoritas Non Muslim”
Ibadah di Negeri Minoritas Muslim
Satu hal yang pasti dirasakan saat berada di negeri di mana muslim adalah minoritas, adalah sulitnya menemukan masjid. Berbeda dengan negeri muslim seperti Indonesia, yang kita bisa menemukan masjid di setiap komplek perumahan, di negeri non muslim sangatlah sulit menemukan masjid. Masjid-masjid yang ada pun ukurannya kecil-kecil, sangatlah beruntung jika menemukan masjid yang ukurannya besar. Sama halnya dengan musala yang jarang bisa kita temukan di bangunan perkantoran atau mall.
Tapi yang harus kita ingat adalah, di mana pun kita berada, ibadah tetap harus dijalankan. Yang utama harus dilakukan saat berada di negeri non muslim adalah berusaha mencari tempat yang layak untuk melaksanakan salat.
Makanan
Bukan hanya perihal ibadah, makanan pun adalah hal penting yang harus diperhatikan saat berada di negeri non muslim. Di Indonesia, kita tidak perlu susah-susah untuk hal yang satu ini, karena makanan halal bisa ditemukan di mana saja. Namun di negeri minoritas muslim, kita harus hati-hati dalam memilih makanan, karena susahnya mencari makanan halal. Biasanya pula, makanan lain pun diolah dengan mencampur daging-dagingan yang tidak boleh dimakan oleh seorang muslim. Inilah yang harus dihindari.
Untuk masalah ini, banyak muslim yang memilih untuk hanya memakan buah-buahan atau sayur-sayuran, roti, nasi, dan makanan non-daging lainnya untuk menghindari makanan yang tidak halal.
Hidup Sebagai Minoritas
Memang, dengan segala kesulitan yang pasti dialami di negeri non muslim, kita harus pandai-pandai mengatur strategi untuk tetap dapat beribadah dan hidup sesuai dengan tuntunan Islam.
Di mana pun kita berada, kita harus ingat identitas kita sebagai muslim. Hidup sebagai seorang muslim di negeri non muslim bukan hanya soal mencari tempat salat dan makanan halal, namun juga bagaimana tetap bermuamalah dengan lingkungan sekitar. Identitas kita sebagai seorang muslim sangat penting untuk dipertahankan, juga agar kita menjadi contoh yang baik kepada dunia luar, tentang islam dan bagaimana menjadi seorang muslim.
Seperti kata Syaikh Muhammad Abduh:
“Islam tertutupi oleh kaum muslimin.”
Orang akan menilai islam dari bagaimana kita berperilaku, bukan bagaimana kita beribadah. Saat kita berperilaku buruk, nama Islam juga akan dianggap buruk. Begitulah sebaliknya, jika kita berperilaku baik, orang akan mengenal Islam sebagai sesuatu yang baik. Inilah pentingnya kita menjaga identitas kita sebagai seorang muslim.
Terima kasih,info yng sangat menarik, ditunggu artikel berikutnya