Barang Siapa Bersungguh-sungguh Niscaya akan Berhasil

Flobee Juara 2 Kompetisi Web Apps

Penulis: Ibu Sri Kusumadewi

Setiap orang pasti memiliki harapan atau cita-cita agar masa depan mereka kelak akan menjadi lebih baik. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, terkadang dibutuhkan tahapan yang sangat panjang dan berliku. Banyak kendala yang harus dihadapi. Permasalahan datang silih berganti, sangat cepat, dan tak disangka-sangka. Banyak faktor yang memengaruhi keberhasilan dalam meraih harapan, seperti biaya, waktu yang memadai, dukungan teknologi, atau dukungan pihak lain. Faktor-faktor tersebut dimungkinkan saling memengaruhi satu dengan yang lainnya sehingga tidak adanya dukungan dari salah satu faktor akan mengakibatkan kendala besar dalam meraih cita-cita.

Sebagai ilustrasi, Si Fulan adalah mahasiswa program magister yang sedang menyelesaikan tesis. Pada saat penyusunan proposal, Fulan dihadapkan pada kendala penolakan lokasi penelitian hingga berkali-kali. Setelah mendapatkan lokasi penelitian yang sesuai, ternyata data yang diperoleh tidak tersedia dengan baik. Ketika upaya penyempurnaan data telah dilakukan, Fulan dihadapkan pada kondisi di mana orang tua sudah tidak dapat memberikan dukungan biaya pendidikan karena di-PHK sebagai akibat pandemi Covid-19. Hal ini menyebabkan Fulan harus cuti satu semester untuk mengumpulkan uang dan membantu meringankan beban keluarga. Bukan suatu kebetulan bahwa perusahaan di mana Si Fulan memperoleh data penelitian memberikan tawaran pekerjaan dengan penghasilan yang menarik. Manajemen perusahaan terkesan dengan kepribadian dan kreativitas Fulan selama pengambilan data penelitian. Setelah uang terkumpul dan Fulan dapat kembali melanjutkan kuliah, tiba-tiba laptopnya rusak. Untung semua data sudah tersimpan di cloud. Namun, situasi ini menghambat Fulan untuk bergegas menyelesaikan tesis. Di penghujung masa penyelesaian tesis, alhamdulillah Si Fulan mengerjakan laporan dengan cepat dan mendapatkan respons positif dari semua penguji. Setelah menyelesaikan studi, Si Fulan diterima sebagai karyawan tetap di perusahaan di mana dia mengambil data dan dia diberikan posisi yang tinggi dalam jajaran manajemen.

Dari ilustrasi tersebut, terlihat bahwa Si Fulan mendapatkan ujian yang bertubi-tubi selama mengerjakan penelitian untuk tesisnya. Namun, Fulan terus berupaya tanpa berputus asa. Dalam menghadapi permasalahan sehari-hari, seorang muslim diwajibkan untuk selalu berikhtiar, berdoa, dan tawakal. Kita diminta untuk bersungguh-sungguh dan profesional dalam mengerjakan tugas. Ada suatu ungkapan Arab yang sangat populer “Man Jadda Wa Jada” yang berarti bahwa barang siapa yang bersungguh-sungguh maka dia pasti berhasil. Tentu saja usaha ini diawali dengan niat ikhlas karena Allah. Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an surat Ar-Ra’d ayat 11:

لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٌ مِّنۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِۦ يَحْفَظُونَهُۥ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوْمٍ سُوٓءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥ ۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ

Artinya: Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia (Q.S. al-Ra’d [13]: 11).

Dalam Al-Qur’an surat Al-‘Ankabut ayat 69 juga disebutkan:

وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُوا۟ فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلْمُحْسِنِينَ

Artinya: orang-orang yang berusaha dengan sungguh-sungguh untuk (mencari keridaan) Kami benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat kebaikan. (Q.S. al-Ankabut [29]: 69)

Al-Razi dalam Mafatih al-Ghaib menafsirkan “lanahdiyannahum subulana” dengan barang siapa yang bersungguh-sungguh dalam belajar maka sungguh dia memperoleh petunjuk dari ilmu-Nya, dan penjelasan atas sesuatu dengan sejelas-jelasnya (linashila fihim al-ilm bina wa linubayyina hadza fadhlu bayan) [1].

Beberapa kisah nyata memberikan bukti betapa kesungguhan yang dilakukan oleh orang-orang ternama membuahkan hasil yang manis. Kita dapat belajar dari kisah sukses enam orang ternama ini [2]: 1) Dr. Seuss, ilustrator dan penulis dongeng anak-anak yang terkemuka; 2) Walt Disney, animator Mickey Mouse dan Disneyland; 3) Steven Spielberg, produser film yang sukses;. 4) Stephen King, penulis cerita horor dan misteri yang telah menerbitkan buku-buku best seller; 5) Thomas Alva Edison, penemu bola lampu; dan 6) Kolonel Harland Sanders, pemilik usaha ayam goreng krispi KFC. Mereka semua pernah mengalami kegagalan yang bertubi-tubi sebelum akhirnya meraih kesuksesan. Misalnya: Walt Disney sempat mendapat 302 penolakan ketika mencari investor untuk membiayai pembangunan Disneyland, Thomas Alva Edison telah mengalami 1.000 kali kegagalan saat mencoba menyempurnakan bola lampu ciptaannya, dan Kolonel Harland Sanders sempat mengalami kegagalan berkali-kali saat menciptakan resep 11 bumbu rahasia untuk ayam goreng krispinya dan ditolak oleh 1.000 investor saat mencoba menjual resep tersebut. Semua kisah sukses tersebut tidak terlepas dari kerja keras dan kesungguhan. Satu kegagalan berarti pengalaman baru yang dapat digunakan sebagai referensi untuk memutuskan langkah ke depan.

Sebagai seorang muslim, usaha yang sungguh-sungguh ini juga harus disertai dengan doa, memohon kepada Allah Ta’ala atas keberhasilan ikhtiar kita. Doa akan membawa kaum muslimin terhindar dari rasa sombong dan merasa serba bisa. Doa juga menumbuhkan rasa tenteram di hati karena kita percaya bahwa pertolongan Allah pasti akan datang.

Lalu bagaimana jika kita telah bekerja keras dan berdoa namun hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan harapan kita, bahkan bisa dikatakan gagal? Episode terakhir dalam menghadapi permasalahan adalah tawakal. Tawakal adalah suatu sikap terpuji seseorang yang menyandarkan hati dan berserah kepada Allah Ta’ala dalam rangka meraih kebaikan, baik di dunia maupun di akhirat [3]. Apa pun hasil dari ikhtiar yang kita lakukan terjadi atas kehendak Allah Ta’ala. Hal-hal yang terkadang kita anggap tidak baik, tidak menyenangkan, tidak sesuai harapan, bahkan mengecewakan, pasti memiliki sisi baik di mata Allah. Manusia memiliki kemampuan yang sangat terbatas. Manusia hanya dapat menilai sesuatu dari apa yang terjadi saat ini. Kita tidak memiliki kemampuan untuk melihat masa depan. Sebagai ilustrasi, Si Fulan bisa jadi sangat kecewa ketika dia ditolak di beberapa perusahaan untuk mendapatkan data penelitian. Waktu itu dia tidak pernah menyangka bahwa pada masanya nanti, dia akan berjodoh dengan suatu perusahaan yang memberikan peluang untuk berkarier dengan baik. Barangkali ketika Si Fulan lulus tidak tepat waktu karena harus cuti untuk membantu menafkahi keluarga, dia sangat kecewa. Dia tidak menyangka bahwa waktu kelulusan dia sangat tepat karena di saat yang bersamaan perusahaan membutuhkan kompetensinya untuk duduk di jajaran manajerial.

Allah Maha Pengatur hidup yang terbaik. Manusia hanya diminta untuk berupaya dengan sungguh-sungguh dan berdoa. Hanya Allah sajalah yang memiliki hak prerogatif untuk menentukan kehidupan manusia. Tawakal adalah sikap yang harus dimiliki oleh setiap umat Islam yang bertakwa. Tak lupa, kita harus selalu berpikiran positif dan rendah hati terhadap takdir yang terjadi dalam kehidupan ini, karena kita sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk meneropong masa depan.

Wallahu a’lam bishshawab.

Referensi:

[1]      “Surah Al-Ankabut Ayat 69: Bersungguh-sungguh dalam Belajar.” https://tafsiralquran.id/surah-al-ankabut-ayat-69-bersungguh-sungguh-dalam-belajar/ (accessed Jan. 16, 2023).

[2]      “6 Tokoh Dunia Ini Gagal Berkali-Kali sebelum Mereguk Sukses | merdeka.com.” https://www.merdeka.com/gaya/6-tokoh-besar-dunia-ini-gagal-berkali-kali-sebelum-meraih-sukses.html (accessed Jan. 18, 2023).

[3]      “Penjelasan dan Arti Tawakal dalam Agama Islam dan Contoh.” https://mediaindonesia.com/humaniora/504168/penjelasan-dan-arti-tawakal-dalam-agama-islam-dan-contoh (accessed Jan. 18, 2023).


Editor: Ahmad Fathan H.