Percaya kepada Keputusan Allah
Kita semua pernah merasakan kekecewaan ketika hasil yang kita capai tidak sesuai dengan harapan, baik dalam bentuk kegagalan, hambatan, atau hasil yang jauh dari impian. Namun, di balik setiap kegagalan, tersembunyi hikmah yang mungkin belum kita sadari atau pahami. Allah, Yang Maha Bijaksana, tidak pernah memberikan ujian atau cobaan di luar batas kemampuan hamba-Nya. Apa yang kita anggap sebagai kegagalan atau kemunduran, sejatinya merupakan bagian dari rencana terbaik yang Allah gariskan bagi kita untuk menempuh perjalanan hidup ini. Dengan menerima ketetapan-Nya dan bersikap ikhlas dalam setiap takdir yang telah ditentukan, hati kita akan dipenuhi dengan kedamaian. Dari situlah muncul kekuatan yang mendorong kita untuk bangkit, melangkah maju, dan berusaha menjadi lebih baik. Kegagalan bukanlah akhir, tetapi awal dari kesempatan baru untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Ujian Tidak Melebihi Kemampuan
Allah Swt. berfirman:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari kebajikan yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), ‘Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.'” (QS. Al-Baqarah: 286).
Ayat tersebut menegaskan bahwa setiap cobaan yang kita hadapi sudah diukur oleh Allah sesuai dengan kemampuan kita. Tidak ada ujian yang terlalu berat yang diberikan kepada kita tanpa diberikannya kekuatan untuk menghadapinya. Keyakinan ini mengajarkan kita untuk tetap optimis, meski hasil yang kita dapatkan tidak sesuai dengan keinginan.
Hikmah di Balik Ketetapan Allah
Selanjutnya, Allah Swt. juga berfirman:
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).
Ayat ini menggambarkan bahwa ketetapan Allah sering kali melampaui pemahaman manusia. Apa yang kita anggap baik belum tentu baik untuk kita. Juga sebaliknya, apa yang kita anggap buruk mungkin justru merupakan jalan terbaik yang diberikan Allah. Allah memiliki kemampuan untuk mengetahui apa saja yang terbaik untuk kita. Sementara itu, kita sebagai manusia memiliki keterbatasan dalam memahami hikmah di balik setiap peristiwa.
Menerima Keputusan Allah dengan Iman
Untuk bisa benar-benar percaya kepada keputusan Allah, kita harus menguatkan iman dan menyerahkan segala urusan kepada-Nya. Iman yang kuat mengajarkan kita untuk menerima dengan ikhlas setiap takdir yang telah digariskan, baik itu berupa kebahagiaan ataupun cobaan. Ketika harapan kita tidak terwujud, kita diajarkan untuk bersabar dan yakin bahwa Allah memiliki rencana yang lebih baik dari apa yang kita bayangkan. Dengan mengingat kebesaran-Nya, kita belajar untuk menggantungkan harapan hanya kepada Allah.
Ketika kita telah meyakini bahwa keputusan Allah adalah yang terbaik, kita akan mampu melihat hikmah di balik setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup. Proses ini mungkin tidak mudah. Namun, dengan berusaha memahami bahwa setiap ujian merupakan cara Allah untuk mendekatkan kita kepada-Nya, kita akan merasakan ketenangan batin. Menerima takdir dengan lapang dada bukan berarti pasrah tanpa usaha, melainkan terus berusaha dan bertawakal, yakin bahwa setiap langkah yang kita tempuh adalah bagian dari rencana Allah yang penuh hikmah dan yang terbaik untuk kita.
Penulis: Muhammad Haekal Riza Sampoerna (Mahasiswa S-1 Informatika UII)