Sebagai warga negara yang baik, kita tentu ingin bahwa negara Indonesia menjadi negara yang terus maju ke arah yang lebih baik, aman, tenteram, adil, dan makmur. Kita juga tentu berharap agar negeri ini dipimpin oleh orang-orang yang bertakwa, yang dapat menjalankan roda kepemimpinan yang berintegritas. Ketika kita menginginkan pemimpin yang baik, terlebih dahulu hendaklah kita berkaca pada diri kita sendiri.
Merenungi Firman Allah tentang Keadilan Kepemimpinan
Marilah kita coba renungkan firman Allah ta’ala berikut,
وَكَذَٰلِكَ نُوَلِّى بَعْضَ ٱلظَّٰلِمِينَ بَعْضًۢا بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ
“Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi penguasa bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.” (Al-An’am: 129)
Mengutip dari tafsir “Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an” [1], dijelaskan bahwa ketika rakyat melakukan perbuatan zalim, berbuat kerusakan, dan melalaikan kewajiban, orang-orang zalim akan diangkat menjadi penguasa mereka. Akibatnya, mereka akan mendapatkan keburukan karena tidak memenuhi hak-hak Allah dan juga hak-hak para hamba Allah. Namun sebaliknya, jika senantiasa istikamah dalam kebaikan, niscaya Allah akan memperbaiki kondisi mereka dan mengangkat pemimpin yang adil bagi mereka.
Oleh karena itu, sebelum harapan kita untuk mendapatkan pemimpin yang baik dapat terwujud, marilah kita bersama-sama introspeksi diri terlebih dahulu. Ada sebuah kaidah mengungkapkan,
كَمَا تَكُوْنُوْنَ يُوَلَّى عَلَيْكُمْ
“Bagaimanapun keadaan kalian (rakyat), maka begitulah keadaan pemimpin kalian.”