Momentum Ramadan hadir tiap tahun membersamai kaum muslimin agar mereka bertakwa. Dalam kesempatan tersebut, kaum muslimin menyambutnya dengan rangkaian acara yang padat bertema ruhiyah. Menumbuhkembangkan keyakinan kepada Allah Swt. melalui beragam aktivitas: ibadah mahdah, kajian Subuh, kultum tarawih, dan tilawah Alquran. Di antara padatnya kegiatan, sebagiannya masih menyempatkan diri untuk menyimak kajian-kajian daring dari para ahli melalui beragam platform aplikasi.

Ramadan adalah waktu di mana kita menambah pemahaman Islam yang dirasa masih sangat sedikit. Islam yang seluas samudera, melingkupi aspek sosial, politik, dan ekonomi, baik dalam urusan personal, masyarakat, maupun dalam perkara-perkara yang hanya boleh dilaksanakan oleh negara. Lengkap dan sempurnanya Islam menjanjikan keselamatan umat manusia dalam bingkai keridaan Allah Swt.

Sadarnya kita akan ilmu yang terbatas menjadi pemantik munculnya dorongan untuk melengkapinya, dengan beragam cara.

Dari Ramadan kita belajar bagaimana waktu sedemikian berharga sehingga kita merasa harus memanfaatkannya dengan optimal. Menjadi pembelajar tangguh, sekaligus kita dilatih oleh Allah Swt. untuk mencicipi sebuah manajemen waktu yang nyaris sempurna. Hidup yang berfokus tidak hanya pada organ duniawi, namun berbagi keseimbangan dengan organ ukhrawi. Mencoba mencukupi setiap kebutuhan dengan memastikannya sesuai dengan koridor keridaan Allah Swt. yang seluas langit dan bumi.

Pemilihan kata mencicipi di sini mengindikasikan bahwa Read more

Dengan munculnya hilal, ummat Islam bergembira menyambut kedatangan bulan Ramadan. Setiap muslim tentu bersyukur, Allah Ta’ala Yang Maha Pengasih masih memberi kesempatan untuk beribadah dengan penuh kegembiraan dan kekhidmatan selama satu bulan. Bulan di mana setan-setan dibelenggu, pintu-pintu surga terbuka dan pintu-pintu neraka ditutup. Segala aktivitas ibadah pribadi maupun sosial menjadi semarak dan riang gembira.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ

“Apabila Ramadan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan dibelenggu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Bulan Ramadan senantiasa dinantikan oleh umat Islam karena di bulan tersebut ada beberapa keutamaan yang dapat diraih, yaitu: Read more

Bulan Ramadhan, bulan mulia dan penuh ampunan, sudah di depan mata. Semoga kita bisa melaluinya dengan ikhlas dan sabar, serta bisa dipertemukan lagi dengan bulan-bulan Ramadhan selanjutnya.

Perintah Berpuasa

Pada bulan Ramadhan, umat muslim diwajibkan berpuasa, seperti yang diperintahkan firman Allah Swt. pada Q.S. Al-Baqarah[2]: 183:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Jadi, umat muslim wajib untuk melaksanakan puasa di bulan Ramadhan.

Keberkahan Sahur

Di bulan Ramadhan, tentunya tak luput dari kegiatan berbuka dan sahur. Di dalam sahur ada keberkahan tersendiri. Dalam sebuah hadits riwayat Anas bin Malik dijelaskan bahwa Rasulullah saw. bersabda: Read more

Saat ini, kita telah memasuki bulan Rajab dalam kalender hijriyah. Tanggal 1 Rajab pada tahun 1443 H bertepatan dengan tanggal 2 Februari 2022 M. Di dalam Islam, kita mengenal istilah bulan haram dan bulan Rajab termasuk salah satunya. Pada kesempatan ini, insyaallah akan sedikit kami kupas mengenai kemuliaan dan keistimewaan bulan Rajab.

Termasuk bulan haram

Bulan Rajab termasuk dalam bulan haram bersama tiga bulan lainnya yakni Dzulqa’adah, Dzulhijjah, dan Muharram. Dalam sebuah hadis dari Abu Bakrah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

”Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadal (akhir) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679).

Balasan berlipat untuk amal saleh dan dosa

Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhuma mengatakan bahwa Allah menjadikan mereka bulan-bulan yang suci dan kesuciannya begitu diagungkan, dan menjadikan dosa di dalamnya juga besar, sebagaimana pula Dia menjadikan amal saleh dan balasannya lebih besar[1]. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At Taubah: 36)

Seperti yang dinyatakan dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat di atas, pada bulan haram, umat Islam dilarang menganiaya diri sendiri. Maksudnya janganlah kamu menganiaya dirimu dengan mengerjakan perbuatan yang dilarang atau melakukan maksiat pada bulan itu karena dosanya lebih besar. Termasuk menganiaya diri adalah melanggar kehormatan bulan itu dengan mengadakan peperangan.

Amalan Sunnah di Bulan Rajab

Bulan Rajab bisa menjadi momen terbaik untuk mempersiapkan diri kita dalam menyambut bulan Ramadhan, karena hanya berjarak sekitar dua bulan sebelum Ramadhan. Namun, tidak terdapat riwayat shahih yang bisa dijadikan dasar tentang keutamaan bulan Rajab, baik puasa sebulan penuh atau puasa di tanggal tertentu di bulan Rajab maupun melaksanakan shalat tahajud di malam-malam tertentu. Mayoritas ulama menjelaskan bahwa hadits yang menyebutkan amalan di bulan Rajab adalah hadits bathil dan tertolak (Imam Abu Ismail Al Harawi dalam Tabyinul Ujub bimaa warada fii Fadli Rajab).

Imam Ibnu Rajab menegaskan bahwa tidak ada satupun hadits shahih dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang keutamaan puasa bulan Rajab secara khusus. Hanya terdapat riwayat dari Abu Qilabah, bahwa beliau mengatakan: “Di surga terdapat istana untuk orang yang rajin berpuasa di bulan Rajab.” Namun perlu kita ingat, riwayat bukanlah suatu hadits. Imam Al Baihaqi mengomentari keterangan Abu Qilabah: “Abu Qilabah termasuk Tabi’in senior, beliau tidak menyampaikan riwayat itu selain hanya kabar tanpa sanad.” (Lathaiful Ma’arif, hal. 213)

Terkait masalah shalat tertentu di bulan Rajab, Imam Ibnu Rajab mengatakan: “Tidak terdapat dalil yang shahih, yang menyebutkan adanya anjuran shalat tertentu di bulan Rajab. Adapun hadis yang menyebutkan keutamaan shalat Raghaib di malam Jum’at pertama bulan Rajab adalah hadis dusta, bathil, dan tidak shahih. Shalat Raghaib adalah bid’ah menurut mayoritas ulama.” (Lathaiful Ma’arif, hal. 213). Lantas apa saja amalan yang bisa diamalkan di bulan-bulan haram seperti bulan Rajab? Berikut ini beberapa hal yang perlu menjadi perhatian kita terkait dengan amalan yang dilakukan di bulan Rajab.

  1. Puasa Sunnah Bulan Haram

Jika seseorang melaksanakan puasa di bulan Rajab dengan niat puasa sunnah di bulan-bulan haram maka ini dibolehkan, bahkan dianjurkan. Diriwayatkan bahwa beberapa ulama salaf berpuasa di semua bulan haram, di antaranya adalah Ibnu Umar, Hasan Al Bashri, dan Abu Ishaq As Subai’i.

Mengingat sebuah hadits yanng diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Daud, Al Baihaqi dan yang lainnya, bahwa suatu ketika datang seseorang dari suku Al Bahili menghadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia meminta diajari berpuasa. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menasehatkan: “Puasalah sehari tiap bulan.” Orang ini mengatakan: “Saya masih kuat, tambahkanlah!” “Dua hari setiap bulan”. Orang ini mengatakan: “Saya masih kuat, tambahkanlah!” “Tiga hari setiap bulan.” orang ini tetap meminta untuk ditambahi. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Puasalah di bulan haram dan berbukalah (setelah selesai bulan haram).”

  1. Mengkhususkan Umrah di Bulan Rajab

Diriwayatkan bahwa Ibnu Umar pernah mengatakan, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan umrah di bulan Rajab. Kemudian ucapan beliau ini diingkari Aisyah dan beliau diam saja. (HR. Al Bukhari & Muslim).

Umar bin Khatab dan beberapa sahabat lainnya menganjurkan umrah di bulan Rajab. Ibnu Sirin menyatakan bahwa para sahabat melakukan umrah di bulan Rajab karena rangkaian haji dan umrah yang paling bagus adalah melaksanakan haji dalam satu perjalanan sendiri dan melaksanakan umrah dalam satu perjalanan yang lain, selain di bulan haji. (Al Bida’ Al Hauliyah, hal 119)

Dari penjelasan Ibnu Rajab menunjukkan bahwa melakukan umrah di bulan Rajab hukumnya dianjurkan. Beliau berdalil dengan anjuran Umar bin Khatab untuk melakukan umrah di bulan Rajab dan dipraktikkan oleh A’isyah dan Ibnu Umar. Diriwayatkan Al Baihaqi, dari Sa’id bin Al Musayib, bahwa A’isyah Radhiallahu ‘anha melakukan umrah di akhir bulan Dzulhijjah, berangkat dari Juhfah, beliau berumrah bulan Rajab berangkat dari Madinah, dan beliau memulai Madinah, namun beliau mulai mengikrarkan ihramnya dari Dzul Hulaifah. (HR. Al Baihaqi dengan sanad hasan)

Namun, ada sebagian ulama yang menganggap umrah di bulan Rajab tidak dianjurkan karena tidak ada dalil khusus terkait umrah bulan Rajab. Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh mengatakan, bahwa para ulama mengingkari sikap mengkhususkan bulan Rajab untuk memperbanyak melaksanakan umrah. (Majmu’ Fatawa Syaikh Muhammad bin Ibrahim, 6/131)


Demikian pembahasan mengenai amalan di bulan Rajab dan beberapa amalan yang tidak dianjurkan dilakukan di bulan Rajab. Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan hidayah kepada kita dan menuntun kita ke jalan kebenaran agar tidak keliru dalam melaksanakan amalan kebaikan.

[1] https://tafsirweb.com/3052-surat-at-taubah-ayat-36.html

Penulis: Dhoni Mukhlisin
Editor: Ahmad Fathan H.

Ketika belajar tentang komputer, barangkali yang diperkenalkan pertama kali ke kita adalah istilah hardware (perangkat keras) dan software (perangkat lunak). Sesuai dengan namanya, hardware merupakan serangkaian komponen (fisik) yang menyusun sebuah komputer. Adapun software adalah bagian komputer yang tidak berwujud, berupa data yang disimpan dan diformat secara digital agar komputer dapat dioperasikan dengan baik. Jika komputer dianalogikan dengan manusia, hardware adalah jasad kita yang terdiri dari organ-organ penyusunnya, sedangkan software adalah hati dan pikiran yang bertugas mengontrol jasad kita agar bisa berfungsi sebagaimana mestinya.

Read more

Informasi yang tidak kredibel atau yang biasa disebut “hoaks” adalah fenomena atau kejadian yang umum terjadi di masyarakat. Hoaks adalah suatu berita yang bertujuan untuk mengaburkan atau bahkan menutupi informasi yang sesungguhnya. Ini sangat berbahaya bagi kehidupan bermasyarakat, khususnya di Indonesia yang memiliki beragam budaya, suku, dan agama. Hoaks menyebar dengan luas karena perkembangan media sosial, seperti Facebook, WhatsApp, Twitter, dan lain sebagainya. Masyarakat zaman sekarang memiliki kebebasan tersendiri untuk menyampaikan, mencari, dan menerima informasi-informasi bahkan sampai lupa akan etika-etika dalam berkomunikasi.

Read more

Mari kita renungkan sejenak mengenai kondisi diri kita saat ini. Kita sudah bisa berbicara, kita bisa berjalan, kita bersekolah, kita bekerja, dan kita mampu meraih cita-cita kita. Tidakkah kita merenung bahwa semua ini merupakan karunia Allah yang luar biasa? Kemudian setelah itu, mari kita renungkan kembali, bahwa di balik semua capaian kita sampai detik ini ada jasa yang sangat besar yang sangat berpengaruh pada diri kita yaitu jasa dari kedua orang tua kita.

Read more

Kejadian kiamat atau akhir zaman memang menarik untuk dipelajari, karena ternyata banyak umat Islam yang hanya sering membaca Al-Qur’an saja, tetapi tidak membaca atau memahami artinya. Banyak kejadian di akhir zaman yang kita tidak ketahui. Terdapat tiga surat pertama pada Juz 30 di dalam Alquran yang membahas tentang kiamat atau akhir zaman, yaitu QS. An Naba’, QS. An Nazi’at, dan QS. At Takwir.

Read more

Sebagai seorang muslim, sudah sepatutnya kita bersyukur bisa tinggal di negeri mayoritas muslim seperti Indonesia. Kita bisa mendengar suara azan berkumandang bersahut-sahutan setiap waktu salat. Makanan halal pun tidak perlu susah-susah dicari. Beda halnya jika kita tinggal di negeri di mana Islam adalah minoritas. Kita tidak akan mendapatkan privileges ibadah seperti di negeri muslim. Namun, tentu kita perlu membiasakan diri dengan kondisi susah seperti itu, terutama jika kita ingin tinggal di negeri non muslim demi menuntut ilmu.

Permasalahan inilah yang diangkat pada Kajian Islam Informatika edisi Januari 2021, yang dibawakan oleh Bapak Ahmad Munasir Rafi’e Pratama, ST., MIT., Ph.D. dengan judul “Bagaimana Mempertahankan Nilai-nilai Islam di Negeri Mayoritas Non Muslim”

 

 

Ibadah di Negeri Minoritas Muslim

Satu hal yang pasti dirasakan saat berada di negeri di mana muslim adalah minoritas, adalah sulitnya menemukan masjid. Berbeda dengan negeri muslim seperti Indonesia, yang kita bisa menemukan masjid di setiap komplek perumahan, di negeri non muslim sangatlah sulit menemukan masjid. Masjid-masjid yang ada pun ukurannya kecil-kecil, sangatlah beruntung jika menemukan masjid yang ukurannya besar. Sama halnya dengan musala yang jarang bisa kita temukan di bangunan perkantoran atau mall.

Tapi yang harus kita ingat adalah, di mana pun kita berada, ibadah tetap harus dijalankan. Yang utama harus dilakukan saat berada di negeri non muslim adalah berusaha mencari tempat yang layak untuk melaksanakan salat.

Makanan

Bukan hanya perihal ibadah, makanan pun adalah hal penting yang harus diperhatikan saat berada di negeri non muslim. Di Indonesia, kita tidak perlu susah-susah untuk hal yang satu ini, karena makanan halal bisa ditemukan di mana saja. Namun di negeri minoritas muslim, kita harus hati-hati dalam memilih makanan, karena susahnya mencari makanan halal. Biasanya pula, makanan lain pun diolah dengan mencampur daging-dagingan yang tidak boleh dimakan oleh seorang muslim. Inilah yang harus dihindari.

Untuk masalah ini, banyak muslim yang memilih untuk hanya memakan buah-buahan atau sayur-sayuran, roti, nasi, dan makanan non-daging lainnya untuk menghindari makanan yang tidak halal.

Hidup Sebagai Minoritas

Memang, dengan segala kesulitan yang pasti dialami di negeri non muslim, kita harus pandai-pandai mengatur strategi untuk tetap dapat beribadah dan hidup sesuai dengan tuntunan Islam.

Di mana pun kita berada, kita harus ingat identitas kita sebagai muslim. Hidup sebagai seorang muslim di negeri non muslim bukan hanya soal mencari tempat salat dan makanan halal, namun juga bagaimana tetap bermuamalah dengan lingkungan sekitar. Identitas kita sebagai seorang muslim sangat penting untuk dipertahankan, juga agar kita menjadi contoh yang baik kepada dunia luar, tentang islam dan bagaimana menjadi seorang muslim.

Seperti kata Syaikh Muhammad Abduh:

“Islam tertutupi oleh kaum muslimin.”

Orang akan menilai islam dari bagaimana kita berperilaku, bukan bagaimana kita beribadah. Saat kita berperilaku buruk, nama Islam juga akan dianggap buruk. Begitulah sebaliknya, jika kita berperilaku baik, orang akan mengenal Islam sebagai sesuatu yang baik. Inilah pentingnya kita menjaga identitas kita sebagai seorang muslim.

Perempuan di dalam Islam harus dimuliakan dan dijaga martabat dan kehormatannya. Islam mengharamkan segala bentuk kekerasan dan penindasan termasuk kejahatan seksual. Allah SWT berfirman,

“… Dan janganlah kamu paksa hamba sahaya perempuanmu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri menginginkan kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan kehidupan duniawi.” (QS. An-Nur: 33).

Read more