Dalam perjalanan kembali ke Yogyakarta, tempatnya menempuh ilmu, gadis itu menatap jendela kereta malam hari. Gelap, seperti juga rasa gundah di hatinya.
Banyak tanya dan resah bermunculan di benaknya, bermuara pada pertanyaan, ‘Mengapa hidup terasa sulit?’
Bukan, bukan berarti ia ingin mengakhiri hidup, ia hanya sedang merasa gundah dengan segala permasalahan hidupnya.
Dari jendela kereta, lampu-lampu berkelebatan, sementara di langit bintang dan bulan menemani perjalanannya. Bukan gulita pekat, selalu ada kerlip cahaya yang tampak. Begitu pula isi hatinya, bukan kegundahan mutlak, selalu ada yang ia syukuri dalam hidupnya. Tapi tidak pula terang benderang seperti siang hari, seperti kehidupan teman-temannya. Atau begitulah yang ia kira..
Apakah kamu pernah berada pada posisi seperti gadis itu? Saat entah mengapa ada rasa gundah dan ragu, yang sulit untuk didefinisikan. Benar, pastilah semua manusia pernah (atau sedang) menjumpai masalah dalam hidupnya. Tidak ada manusia yang tanpa masalah. Manusia berjuang untuk menemukan kebahagiaan dalam hidupnya, tetapi apakah kebahagiaan itu?
Filosofi Mulur Mungkret Ki Ageng Suryomentaram
Ki Ageng Suryomentaram merupakan putra dari Sri Sultan Hamengku Buwono VII dan Bendoro Raden Ayu Retnomandojo, putri Patih Danurejo VI. Ia kemudian melepas kebangsawanannya untuk hidup menjadi rakyat biasa sebagai petani. Ia menulis buku Kawruh Begja Sawetah, yang berisikan nasehat menuju jalan kebahagiaan. Read more