Mari kita renungkan sejenak mengenai kondisi diri kita saat ini. Kita sudah bisa berbicara, kita bisa berjalan, kita bersekolah, kita bekerja, dan kita mampu meraih cita-cita kita. Tidakkah kita merenung bahwa semua ini merupakan karunia Allah yang luar biasa? Kemudian setelah itu, mari kita renungkan kembali, bahwa di balik semua capaian kita sampai detik ini ada jasa yang sangat besar yang sangat berpengaruh pada diri kita yaitu jasa dari kedua orang tua kita.
Kejadian kiamat atau akhir zaman memang menarik untuk dipelajari, karena ternyata banyak umat Islam yang hanya sering membaca Al-Qur’an saja, tetapi tidak membaca atau memahami artinya. Banyak kejadian di akhir zaman yang kita tidak ketahui. Terdapat tiga surat pertama pada Juz 30 di dalam Alquran yang membahas tentang kiamat atau akhir zaman, yaitu QS. An Naba’, QS. An Nazi’at, dan QS. At Takwir.
Sebagai seorang muslim, sudah sepatutnya kita bersyukur bisa tinggal di negeri mayoritas muslim seperti Indonesia. Kita bisa mendengar suara azan berkumandang bersahut-sahutan setiap waktu salat. Makanan halal pun tidak perlu susah-susah dicari. Beda halnya jika kita tinggal di negeri di mana Islam adalah minoritas. Kita tidak akan mendapatkan privileges ibadah seperti di negeri muslim. Namun, tentu kita perlu membiasakan diri dengan kondisi susah seperti itu, terutama jika kita ingin tinggal di negeri non muslim demi menuntut ilmu.
Permasalahan inilah yang diangkat pada Kajian Islam Informatika edisi Januari 2021, yang dibawakan oleh Bapak Ahmad Munasir Rafi’e Pratama, ST., MIT., Ph.D. dengan judul “Bagaimana Mempertahankan Nilai-nilai Islam di Negeri Mayoritas Non Muslim”
Ibadah di Negeri Minoritas Muslim
Satu hal yang pasti dirasakan saat berada di negeri di mana muslim adalah minoritas, adalah sulitnya menemukan masjid. Berbeda dengan negeri muslim seperti Indonesia, yang kita bisa menemukan masjid di setiap komplek perumahan, di negeri non muslim sangatlah sulit menemukan masjid. Masjid-masjid yang ada pun ukurannya kecil-kecil, sangatlah beruntung jika menemukan masjid yang ukurannya besar. Sama halnya dengan musala yang jarang bisa kita temukan di bangunan perkantoran atau mall.
Tapi yang harus kita ingat adalah, di mana pun kita berada, ibadah tetap harus dijalankan. Yang utama harus dilakukan saat berada di negeri non muslim adalah berusaha mencari tempat yang layak untuk melaksanakan salat.
Makanan
Bukan hanya perihal ibadah, makanan pun adalah hal penting yang harus diperhatikan saat berada di negeri non muslim. Di Indonesia, kita tidak perlu susah-susah untuk hal yang satu ini, karena makanan halal bisa ditemukan di mana saja. Namun di negeri minoritas muslim, kita harus hati-hati dalam memilih makanan, karena susahnya mencari makanan halal. Biasanya pula, makanan lain pun diolah dengan mencampur daging-dagingan yang tidak boleh dimakan oleh seorang muslim. Inilah yang harus dihindari.
Untuk masalah ini, banyak muslim yang memilih untuk hanya memakan buah-buahan atau sayur-sayuran, roti, nasi, dan makanan non-daging lainnya untuk menghindari makanan yang tidak halal.
Hidup Sebagai Minoritas
Memang, dengan segala kesulitan yang pasti dialami di negeri non muslim, kita harus pandai-pandai mengatur strategi untuk tetap dapat beribadah dan hidup sesuai dengan tuntunan Islam.
Di mana pun kita berada, kita harus ingat identitas kita sebagai muslim. Hidup sebagai seorang muslim di negeri non muslim bukan hanya soal mencari tempat salat dan makanan halal, namun juga bagaimana tetap bermuamalah dengan lingkungan sekitar. Identitas kita sebagai seorang muslim sangat penting untuk dipertahankan, juga agar kita menjadi contoh yang baik kepada dunia luar, tentang islam dan bagaimana menjadi seorang muslim.
Seperti kata Syaikh Muhammad Abduh:
“Islam tertutupi oleh kaum muslimin.”
Orang akan menilai islam dari bagaimana kita berperilaku, bukan bagaimana kita beribadah. Saat kita berperilaku buruk, nama Islam juga akan dianggap buruk. Begitulah sebaliknya, jika kita berperilaku baik, orang akan mengenal Islam sebagai sesuatu yang baik. Inilah pentingnya kita menjaga identitas kita sebagai seorang muslim.
Perempuan di dalam Islam harus dimuliakan dan dijaga martabat dan kehormatannya. Islam mengharamkan segala bentuk kekerasan dan penindasan termasuk kejahatan seksual. Allah SWT berfirman,
“… Dan janganlah kamu paksa hamba sahaya perempuanmu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri menginginkan kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan kehidupan duniawi.” (QS. An-Nur: 33).
Di saat menghadapi masalah dan harus merelakan sesuatu yang kita anggap berharga, mungkin banyak di antara kita yang sering mendengar kalimat berikut: “udah ikhlasin aja”. Jika kita lihat lebih dalam, secara etimologis ikhlas memiliki arti jujur, tulus dan rela. Sedangkan dalam bahasa Arab, ikhlas merupakan masdar dari “akhlasa” yang berarti “memurnikan niat; memilih” yang mana kata dasarnya sendiri adalah khalaṣa yang berarti “selamat; sampai; menjadi murni”. Ikhlas sendiri bisa didefinisikan sebagai sebuah perbuatan yang sengaja dilakukan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT dan mengharapkan ridha-Nya serta menghapus segala bentuk keburukan yang ada. Sederhananya, ikhlas adalah suatu sikap untuk merelakan sesuatu yang kita anggap paling baik dengan harapan mendapatkan ridha dari Allah SWT.
Pada tulisan kali ini akan membahas berkaitan dengan siapa yang sepatutnya kita cintai dan siapa sosok yang pantas menjadi idola kita sebagai seorang muslim yang beriman. Tema ini didasari rasa prihatin penulis pribadi selaku orang tua, pendidik, dan orang yang diamanahi untuk berdakwah. Mudah-mudahan tema ini dapat menggugah hati dan jiwa kita agar kita dapat memilih sosok yang tepat untuk kita cintai dan kita jadikan panutan dalam hidup ini.
Waktu masih anak-anak, barangkali masih teringat bahwa kita seringkali mendendangkan lagu rukun Islam ini:
Rukun Islam yang 5..
Mengucapkan dua kalimat syahadat..
Sembahyang sholat wajib dikerjakan..
Ibadah puasa bila Ramadhan tiba..
Bagi yang kaya membayarkan zakatnya..
Bila datang panggilan tanah suci, menunaikan tugas ibadah haji..
Husnuzan adalah salah satu sifat terpuji yang wajib dimiliki oleh semua umat muslim. “Kita sebagai umat muslim memiliki kewajiban untuk selalu husnuzan kepada Allah Ta’ala”. Dari pernyataan itu, ada dua hal yang perlu kita ketahui. Pertama, apa itu husnuzan? Kedua, kenapa kita harus selalu husnuzan kepada Allah Ta’ala?
Pernahkah kita melihat tulisan di dinding sebuah kantor bahwa ruang ini dipasang CCTV? Tentu saja sering kita saksikan. CCTV memiliki fungsi utama sebagai alat melihat dan mengawasi. Mengawasi keamanan dari pihak-pihak yang akan melakukan kejahatan. Juga melihat kinerja karyawan di lapangan. Orang yang akan melakukan kejahatan akan berpikir lebih keras agar supaya perbuatannya tidak tertangkap oleh CCTV. Demikian pula karyawan yang akan melakukan kecurangan, tentu berpikir keras agar terhindar dari pengawasan CCTV. Sebaliknya, karyawan yang rajin dan memiliki kinerja baik akan diuntungkan oleh kehadiran CCTV karena melalui rekaman itu akan mudah terdeteksi siapa yang berkinerja baik dan kurang. Alat ini mampu melihat setiap orang yang tertangkap kamera secara kasat mata.
Islam tidak hanya mengajarkan loyalitas kepada agama, namun juga kepada tanah air tempat kelahiran. Seperti yang dicontohkan Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam dan para sahabat. Pembahasan inilah yang diangkat pada Kajian Islam Informatika edisi bulan Juli kemarin yang dibawakan oleh Ustaz Abdullah Sunono, dengan tema “Islam dan Ke-Indonesiaan”.
JURUSAN INFORMATIKA
Gedung KH. Mas Mansyur Lantai 2
Universitas Islam Indonesia
Jl. Kaliurang KM. 14,5 Sleman Yogyakarta 55584
Telepon: +62 274 895287 ext. 122
Faks: +62 274 895007
Email:
Jurusan: [email protected]
Prodi Informatika Program Sarjana: [email protected]
Prodi Informatika Program Magister : [email protected]
Prodi Informatika PJJ : [email protected]
Instagram: @informatics.uii