Sebanyak 46 guru perwakilan tingkat pendidikan SD, SMP, dan SMA yang terbagi dalam 10 kelompok di DIY diberikan pendampingan untuk mengembangan kurikulum mata pelajaran informatika (Kurikulum K12 Informatika). Guru-guru tersebut memasuki tahap melaporkan perkembangan penerapan kurikulum melalui seminar yang digelar di FTI UII pada hari Kamis (8/8). Ini merupakan akhir dari pelaksanaan hibah yang telah berjalan 2 bulan. Sebelumnya, para guru telah diberikan beragam pelatihan kurikulum K12 dan sudah dipraktikkan di sekolah masing-masing. Selain guru, Dinas Pendidikan se-DIY, Google, Instruktur Kurikulum Informatika Nasional, Guru-guru Informatika se DIY yang belum ikut hibah juga menjadi peserta seminar ini.
Diseminasi Kurikulum K-12 Informatika
Pertemuan ini bertujuan untuk mendiseminasikan persiapan Kurikulum K-12 Informatika. Harapannya, bisa menjadi referensi sekolah yang lain dalam menerapkan pelajaran informatika yang lebih disenangi siswa. Mengingat dalam pertemuan itu juga diwakili sekolah lain yang belum tersasar program hibah penerapan kurikulum K12.
Bapak Hanson Prihantoro, Dosen Prodi Teknik Informatika UII menilai kendala yang masih sering dihadapi adalah terkait pengetahuan guru yang sebelumnya masih berbasis pelajaran TIK, tetapi saat ini diubah menjadi informatika yang lebih banyak pada tataran praktik. “Kalau sebelumnya TIK kan hanya menggunakan software saja. Namun, sekarang informatika ini tetapi juga bisa memanfaatkan software itu untuk menyelesaikan berbagai persoalan, temuan terkait informatika,” ucap beliau.
Dukungan Rektor UII
Rektor UII Fathul Wahid menyatakan, UII menjadi salah satu dari total empat perguruan tinggi di Jogja yang dipercaya menjalankan program Grant Implementasi Kurikulum K-12 Informatika melalui Bebras Indonesia. Ia memastikan, program itu sepenuhnya didukung oleh Google Indonesia dengan memberikan pelatihan informatika agar bisa mengembangkan kemampuan berpikir komputasional. Melalui cara berfikir itu, diharapkan bisa membekali siswa agar lebih siap dalam menghadapi persaingan global ke depannya.
“Dengan berpikir komputasional ini adik-adik SD, SMP, SMA dilatih untuk berpikir secara berbeda dan sangat membantu ketika terjun ke teknologi informasi yang membutuhkan coding, pemrograman, banyak manfaatnya. Ini bisa mendorong orang tidak hanya sebagai pemakai tetapi juga creator atau produsen,” ujar beliau.
Mengingat selama ini, kata Fathul, mata pelajaran TIK hanya lebih diarahkan pada pengenalan perangkat menggunakan aplikasi. Tetapi kurikulum ini mengajak siswa berpikir komputasional atau memecahkan masalah dengan langkah tertentu dan mengenali pola masalah dan mendapatkan solusinya. “Selama ini belum ada, ini [kurikulum] memang baru diujicobakan, program ini didukung google Indonesia,” katanya.
Seminar berjalan dengan setiap kelompok menyiapkan dokumen rancangan pembelajaran informatika yang telah disusun beserta poster untuk ditampilkan/dipamerkan. Kemudian mereka juga mempresentasikan secara terbuka, termasuk menampilkan video hasil pembelajaran mereka di kelas, dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab.
Sumber: harianjogja.com
Beberapa disunting oleh Teknik Informatika UII