Oleh: Kurniawan D. Irianto

Pendahuluan

Sudah menjadi naluri manusia bahwa ketika kita ditimpa sebuah musibah atau cobaan, pasti kecenderungan hati kita akan bersandar kepada suatu Dzat. Hal ini dapat terjadi pada orang yang beriman maupun orang yang tidak beriman, seperti halnya kaum musyrikin yang menyembah Tuhan selain Allah ﷻ dan orang ateis yang tidak percaya keberadaan Tuhan Sang Pencipta. Meskipun orang ateis secara lisan mengingkari adanya Tuhan Sang Pencipta, sesungguhnya hati mereka pasti tidak akan mengingkari dan selalu bersandar kepada Tuhan Sang Pencipta.

Hal ini sejalan dengan apa yang diceritakan dalam Al-Qur’an ketika kaum musyrikin berada di atas kapal di tengah lautan. Saat itu mereka sedang dalam kesulitan diterjang badai yang sangat dahsyat. Mereka merasa bahwa jiwa mereka tidak akan terselamatkan dan binasa kecuali dengan pertolongan Allah ﷻ. Kemudian mereka berdoa dan mohon pertolongan kepada Allah ﷻ dan Allah menyelamatkan mereka dari musibah tersebut. Namun, ketika mereka telah sampai di daratan, mereka kembali kufur. Allah ﷻ berfirman: 

فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ

Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah).” (QS. Al-Ankabut: 65)

Sebagai seorang yang beriman dan percaya kepada Allah ﷻ, kita diajarkan untuk selalu berdoa kepada Allah ﷻ secara langsung tanpa perantara, baik dalam keadaan susah maupun keadaan senang. Semua kebutuhan, kesulitan, dan permasalahan kita, hendaknya kita mengadu, berserah diri dan minta pertolongan hanya kepada Allah ﷻ. Percayalah bahwa Allah ﷻ pasti akan mengabulkan semua doa-doa hambanya. Allah ﷻ berfirman di dalam Al-Quran:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Dan Rabbmu berfirman: berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku (berdoa kepada-Ku) akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS. Al-Mu’min: 60)

Bahkan di dalam ayat tersebut dijelaskan pula bahwa orang-orang yang tidak mau berdoa kepada Allah adalah orang-orang yang sombong dan tidak mau beribadah kepada-Nya. Perlu kita ketahui bahwa sesungguhnya doa adalah termasuk dari ibadah. Berdoa kepada Allah juga merupakan sifat hamba-hamba-Nya yang shalih dan dengannya mereka dipuji dalam banyak ayat Al-Qur’an. Read more

Oleh Zulfahmi Kesuma A

Bumi, langit, dan apa saja yang berada di antara keduanya itu diciptakan Allah dalam enam hari (masa). Begitu informasi dari Al-Qur’an dalam surat As-Sajadah ayat keempat, Allah Ta’ala berfirman,

ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِى سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ ٱسْتَوَىٰ عَلَى ٱلْعَرْشِ ۖ مَا لَكُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَلِىٍّ وَلَا شَفِيعٍ ۚ أَفَلَا تَتَذَكَّرُونَ

“Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Tidak ada bagi kamu selain dari pada-Nya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa’at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (QS. As-Sajadah: 4)

Padahal bagi Allah yang Maha Berkehendak dan Maha Berkuasa, bisa saja Allah menciptakan semuanya lebih cepat dari itu. Dalam sekejap. Kun, maka jadilah. Seperti yang ditegaskan di akhir surat Yasin (ayat 82), 

إِنَّمَآ أَمْرُهُۥٓ إِذَآ أَرَادَ شَيْـًٔا أَن يَقُولَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ

“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia.” (QS. Yasin: 82)

Jika Allah menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata “Jadilah!”. Maka jadilah sesuatu itu. Apa susahnya?

Pohon durian di belakang rumah saya setelah lima tahun ditanam, belum membuahkan hasil. Tidak saya pupuk, cuma saya wiridkan. Kok, durian? Read more

Penulis: Ibu Sri Kusumadewi

Setiap orang pasti memiliki harapan atau cita-cita agar masa depan mereka kelak akan menjadi lebih baik. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, terkadang dibutuhkan tahapan yang sangat panjang dan berliku. Banyak kendala yang harus dihadapi. Permasalahan datang silih berganti, sangat cepat, dan tak disangka-sangka. Banyak faktor yang memengaruhi keberhasilan dalam meraih harapan, seperti biaya, waktu yang memadai, dukungan teknologi, atau dukungan pihak lain. Faktor-faktor tersebut dimungkinkan saling memengaruhi satu dengan yang lainnya sehingga tidak adanya dukungan dari salah satu faktor akan mengakibatkan kendala besar dalam meraih cita-cita.

Sebagai ilustrasi, Si Fulan adalah mahasiswa program magister yang sedang menyelesaikan tesis. Pada saat penyusunan proposal, Fulan dihadapkan pada kendala penolakan lokasi penelitian hingga berkali-kali. Setelah mendapatkan lokasi penelitian yang sesuai, ternyata data yang diperoleh tidak tersedia dengan baik. Ketika upaya penyempurnaan data telah dilakukan, Fulan dihadapkan pada kondisi di mana orang tua sudah tidak dapat memberikan dukungan biaya pendidikan karena di-PHK sebagai akibat pandemi Covid-19. Hal ini menyebabkan Fulan harus cuti satu semester untuk mengumpulkan uang dan membantu meringankan beban keluarga. Bukan suatu kebetulan bahwa perusahaan di mana Si Fulan memperoleh data penelitian memberikan tawaran pekerjaan dengan penghasilan yang menarik. Manajemen perusahaan terkesan dengan kepribadian dan kreativitas Fulan selama pengambilan data penelitian. Setelah uang terkumpul dan Fulan dapat kembali melanjutkan kuliah, tiba-tiba laptopnya rusak. Untung semua data sudah tersimpan di cloud. Namun, situasi ini menghambat Fulan untuk bergegas menyelesaikan tesis. Di penghujung masa penyelesaian tesis, Read more

Oleh R. Teduh Dirgahayu, Ketua Jurusan Informatika FTI UII

Selamat tahun baru 2023!

Tahun baru seringkali dikaitkan dengan rencana baru. Istilah populernya adalah “resolusi tahun baru”. Dalam resolusi itu, orang membuat janji kepada dirinya sendiri untuk melakukan beberapa perbaikan dalam hidupnya. 

Rencana baru tak hanya berlaku untuk individu. Bagi organisasi, rencana bahkan merupakan suatu syarat perlu agar dapat sukses dalam mencapai visi dan mengemban misinya. 

Rencana organisasi sering didasarkan pada tahun anggaran yang sama seperti tahun kalender. Demikian juga di semua unit di Universitas Islam Indonesia, termasuk di Jurusan Informatika dan program-program studi di dalamnya. Pada Januari 2023 ini, Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) 2023 sudah mulai dilaksanakan. 

Perencanaan organisasi merupakan hal penting karena akan membantu organisasi dalam menentukan tujuan, mengidentifikasi sumber daya yang dibutuhkan, menentukan tindakan yang harus diambil, dan memantau kemajuannya. Perencanaan juga dapat menghindarkan organisasi dari masalah-masalah yang mungkin terjadi. Hal ini akan membuat organisasi melakukan seluruh aktivitasnya secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuannya.

Ketiadaan rencana organisasi yang baik dapat menimbulkan beberapa masalah, antara lain: Read more

Allah Ta’ala mengutus Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menurunkan Al-Qur’an sebagai mukjizat yang agung. Al-Qur’an adalah pedoman bagi seluruh manusia yang berisi kabar gembira, peringatan, dan kisah-kisah umat terdahulu. Al-Qur’an adalah cahaya bagi seluruh manusia, memberikan keberkahan dalam kehidupan, serta memberikan petunjuk kepada jalan kebenaran.

Sebagai umat Islam, membaca Al-Qur’an sudah tentu menjadi salah satu aktivitas yang rutin dilakukan. Membaca Al-Qur’an, mendengarkan, merenungi maknanya, serta mengamalkan isi kandungannya akan berbuah kebaikan. Berinteraksi dengan Al-Qur’an dengan membacanya merupakan bentuk perniagaan yang tidak pernah merugi. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ ٱلَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَٰبَ ٱللَّهِ وَأَقَامُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَنفَقُوا۟ مِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَٰرَةً لَّن تَبُورَ

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. (QS. Fathir: 29)

Namun sayangnya, masih ada sebagian dari umat muslim yang kurang peduli terhadap Al-Qur’an. Merasa berat membacanya, tidak mentadaburinya, enggan mempelajarinya atau bahkan meninggalkan Al-Qur’an sama sekali. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengadukan kondisi umatnya tersebut kepada Allah yang termuat dalam firman-Nya,

وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَٰذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا

Rasul berkata, “Ya Rabbku, sesungguhnya kaumku menjadikan al-Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan.” (QS. Al-Furqan: 30)

Di sisi lain, Allah telah menerangkan bahwa Al-Qur’an ini mudah. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا ٱلْقُرْءَانَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ

Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (QS. Al-Qamar: 17)

Syaikh Abdurrahman As Sa’di dalam kitab tafsirnya[1] menjelaskan mengenai makna ayat di atas bahwa Allah Ta’ala memudahkan kata-kata di dalam Al-Qur’an untuk dihafal dan dijelaskan untuk dipahami dan diketahui. Al-Qur’an memuat kata-kata terbaik dengan makna yang paling benar dan penjelasannya paling gamblang. Barang siapa mempelajari Al-Qur’an, maka akan diberi kemudahan oleh Allah untuk mencapai tujuannya dengan sangat mudah.

Syaikh ‘Adil Muhammad Khalil menerangkan tentang makna kata mudah pada ayat tersebut dalam kitab Awwal Marrah at-Tadabbaru al-Quran[2]. Setidaknya, ada empat kemudahan yang tercakup dari firman Allah tersebut, yaitu kemudahan untuk dibaca, dihafal, dipahami, dan diamalkan. Dari penjelasan tersebut dapat kita simpulkan bahwa sekadar membaca Al-Qur’an saja tidak cukup karena ia perlu untuk direnungi maknanya dan diamalkan dalam keseharian kita. Karena sejatinya Al-Qur’an diturunkan untuk dipahami dan direnungi maknanya. Allah Ta’ala berfirman,

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا

Maka apakah mereka tidak merenungkan Al-Qur`an ataukah hati mereka terkunci? (QS. Muhammad: 24).

Dalam Majmu’ Fatawa, Ibnu Taimiyyah mengatakan, “Yang semestinya dilakukan terhadap Al-Qur’an ialah memahami makna dan mengamalkan isi kandunganya. Jika hal tersebut bukan tujuan utama dari seorang penghafal Al-Qur’an, maka ia tidak akan menjadi orang yang ahli ilmu dan ahli dalam agama.”[3]

Oleh karenanya, melalui tulisan ini semoga kita kembali bersemangat untuk terus membaca Al-Qur’an, mentadaburinya, mempelajarinya, dan berupaya semaksimal mungkin untuk mengamalkan isi kandungannya. Semoga Allah memberikan taufik dan kemudahan kepada kita sehingga kita semua termasuk ke dalam ahli Al-Qur’an. Amin Ya Rabbal ‘alamin.

Wallahu a’lam bishshawab.

Kulon Progo, 29 November 2022.

Ahmad Fathan Hidayatullah


[1] https://tafsirweb.com/10255-surat-al-qamar-ayat-17.html

[2] Khalil, ‘Adil Muhammad. Awwal Marrah at-Tadabbaru al-Quran.

[3] https://muslim.or.id/68662-wajibnya-mempelajari-dan-mentadabburi-al-quran.html

Bagi kita umat Islam, kalimat لَا إِلَهَ إِلاَّ الله merupakan kalimat yang sangat mulia dan memiliki keutamaan yang agung. Kalimat tersebut merupakan kalimat tauhid yang menjadi pondasi utama agama Islam. Selain itu, kalimat tersebut juga merupakan wujud persaksian yang diucapkan bersanding dengan kalimat muhammadur rasulullah. Persaksian tersebut merupakan rukun yang pertama dari rukun Islam. Dengan kalimat tersebut, Allah menciptakan para makhluk, mengutus para rasul, dan menurunkan kitab-kitab. Dengan kalimat tersebut pula manusia dapat dibedakan menjadi mukmin atau kafir, menjadi ahli surga atau menjadi ahli neraka. Allah Ta’ala berfirman,

شَهِدَ ٱللَّهُ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَأُو۟لُوا۟ ٱلْعِلْمِ قَآئِمًۢا بِٱلْقِسْطِ ۚ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ

“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imran: 18)

Dalam tafsir Al-Muyassar dijelaskan bahwa Allah mempersaksikan bahwa Read more

Playing a game is the voluntary effort to overcome unnecessary obstacles.

~Bernard Suites, Grasshopper: Games, Life, and Utopia (Boston: David R. Godine,1990) ~

Hambatan yang Tidak Perlu!

Suites memberikan sebuah definisi singkat mengenai “playing a game”, suatu upaya sukarela untuk mengatasi hambatan yang tidak perlu. Iya, Anda tidak salah baca, hambatan yang tidak perlu! Sebuah gim memiliki elemen formal, yang salah satunya adalah goals (tujuan). Dalam mencapai tujuan tersebut, terdapat aturan yang harus diikuti pemain. Adanya aturan menyebabkan hambatan (yang tidak perlu!) untuk mencapai tujuan tersebut.

Misalnya, dalam bermain catur, Read more

Sebagian orang mungkin berpikir, informatika hanya sebatas mengutak-atik komputer dan menuliskan beberapa baris kode. Padahal, informatika sebagai sebuah bidang keilmuan jauh melebihi anggapan tersebut. Bidang keilmuan ini tidaklah hanya berfokus pada output/luaran teori atau utak-atik komputer. Informatika adalah bidang yang sarat akan ekspektasi untuk memberikan solusi terhadap permasalahan kehidupan yang muncul. Sebagai ilmuwan informatika, kita diharapkan untuk bisa terus memberikan masukan-masukan berupa solusi teknologi yang memberikan dampak positif bagi kehidupan manusia. Ilmuwan informatika dituntut untuk memberikan nilai-nilai sosial yang unik pada setiap teknologi yang dihasilkan.

Read more

Kehidupan manusia secara garis besar terbagi menjadi tiga tahapan. Tahap sebelum kehidupan dunia, tahap kehidupan dunia, dan tahap setelah kehidupan dunia. Bagi umat muslim, tahap kehidupan dunia merupakan tahap yang sangat krusial. Tahap tersebut merupakan poin penting yang akan menentukan baik buruknya tahap selanjutnya, yaitu tahap setelah kehidupan dunia. Oleh karena itu, tujuan utama dalam hidup seorang muslim adalah untuk beribadah kepada Allah Swt. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Az-Zariyat ayat 56 yang berbunyi:

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku”

Beribadah kepada Allah merupakan ikhtiar umat muslim untuk menggapai kehidupan yang baik setelah kematian. Definisi dari kehidupan yang baik setelah kematian itu tidak lain adalah kehidupan di surga Allah. Tidak ada satu pun umat muslim di dunia yang tidak ingin masuk surga. Surga itu sendiri banyak disebutkan dalam berbagai riwayat. Beberapa di antaranya menyebutkan bahwa surga dapat digapai melalui delapan pintu. Apa sajakah pintu-pintu tersebut? Read more

Dewasa ini, teknologi memiliki peran yang sangat krusial dalam kehidupan umat manusia. Tidak jarang, teknologi dimanfaatkan sebagai media untuk mewujudkan tujuan dan ambisi dari berbagai pihak atau individu di dunia ini. Dampak negatif yang diberikan pun tidak sedikit. Banyaknya beredar berita bohong di internet, adanya web jual beli barang-barang terlarang, maraknya judi online, sudah biasanya ditemukan web pornografi, prostitusi online yang tidak kunjung mereda, dan berbagai hal negatif sejenisnya merupakan bukti dari banyaknya dampak negatif yang dapat dilakukan melalui media teknologi.

Bukan berarti teknologi adalah hal yang perlu kita hindari, melainkan bagaimana kita bijaksana dalam menggunakan teknologi tersebut. Teknologi ibarat sebuah pisau yang sangat tajam. Ia bisa digunakan untuk berperang di jalan Allah, bisa juga digunakan untuk melukai saudaranya sendiri. Hal yang perlu diperhatikan dalam memanfaatkan teknologi sebagai media yang positif adalah bagaimana kita dapat mengintegrasikan teknologi informasi di dalam dunia dakwah atau keislaman.

Dalil Wajib Berdakwah

Allah Swt. berfirman di dalam Al-Qur’an surah An-Nahl ayat 125: Read more