Dunia saat ini tengah menghadapi maraknya perkembangan kemajuan teknologi informasi. Di mana kemajuan ini mendukung arus globalisasi yang semakin mencuat. Informasi dari berbagai belahan dunia mampu kita terima bahkan seolah tanpa batas. Perkembangan teknologi terus berlangsung hampir di semua lini kehidupan. Dan salah satu area yang kini sedang dijamah secara gigih oleh teknologi adalah cross culture.

Bukan suatu kesalahan jika kemudian kita mengenal kebudayaan negara lain. Bahkan ini seharusnya menjadi wadah kita untuk bercermin, mencoba mengisi kekurangan yang ada pada budaya kita dengan apa yang mereka miliki. Kebudayaan sejatinya sebuah warisan yang wajib dan harus kita lestarikan. Mengenali kebudayaan bangsa dan memperkenalkan pada dunia dirasa lebih bijaksana, dibanding mempelajari kebudayaan negara lain apalagi lebih mencintainya.

Teknologi informasi hadir untuk sarana kita belajar. Belajar melihat dunia dari dua sisi yang berbeda. Tidak bisa jika hanya menuruti nafsu karena alasan keren dan kita suka. Tapi perlu memahami apakah informasi itu berguna dan perlu untuk kita bina. Filterisasi penting dilakukan untuk kemudian bisa menciptakan pemikiran yang cerdas. Tidak semua hal, dalam hal ini ilmu-ilmu budaya yang masuk dapat kita serap seutuhnya. Ada kalanya kita perlu kembali, kembali pada jati diri dan budaya yang kita miliki.

Indonesia dengan segudang budaya dan warisan yang dimiliki mengapa tak lebih gencar kita pamerkan pada dunia? Mengapa kita seolah hanya fokus menjadi penikmat dan pemuja budaya luar yang seolah telah luar biasa. Salah satu virus yang saat ini mungkin sudah merajalela di sekitar kita adalah budaya K-Pop. Sama seperti halnya Korea Selatan yang mampu membawa budaya musik K-Pop dan drama mereka ke dunia internasional, mengapa Indonesia tidak mampu menunjukkan keunikan tari dan seni wayangnya?

Pemuda bahkan banyak dewasa yang saat ini berkeinginan untuk pergi melancong ke luar negeri hanya untuk menikmati culture yang mereka rasa tidak didapatkan di Indonesia. Padahal kehidupan dan jiwa kebudayaan yang kita miliki lah yang membangun kita menjadi Indonesia saat ini. Jika bukan kita yang mempelajari dan melestarikan kebudayaan, haruskah kebudayaan itu kita serahkan pada orang luar yang justru lebih berminat?

Dengan teknologi informasi yang saat ini kita kuasai, ayo, gunakan itu untuk mengembangkan kebudayaan yang kita miliki. Mari kita bangun jiwa cinta tanah air yang kuat. Jangan biarkan teknologi informasi menenggelamkan kita pada riuhnya candu yang hanya akan membelenggu. Kita tidak ingin generasi penerus bangsa menjadi lupa akan siapa jati diri kita sebenarnya. Wayang, batik, tari-tarian, dan masih banyak kebudayaan lainnya yang bisa kita kelola untuk kita bawa ke muka dunia. Dimulai dari kita, manfaatkan teknologi dengan bijaksana.


Penulis: Laila Kusuma Wardani
Mahasiswi Prodi Informatika – Program Sarjana Angkatan 2018

Rudi Muslim

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rudi Muslim, salah satu mahasiswa Program Studi Informatika Program Magister, terdapat lima faktor penting yang memengaruhi keberhasilan UKM di Kabupaten Sleman. Di antaranya, yaitu pelanggan, produk, sumber daya manusia, jaringan, dan pengaruh eksternal.

Seperti yang kita tahu, bisnis UKM merupakan salah satu bisnis yang banyak peminatnya, termasuk mahasiswa. Alasannya sebenarnya cukup mudah ditebak, karena modal yang diperlukan untuk UKM tidak terlalu banyak sekaligus risiko kerugian yang juga tidak terlalu tinggi.

Mahasiswa yang mengambil Konsentrasi Sistem Informasi Enterprise (SIE) ini melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pola Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan UKM di Kabupaten Sleman Menggunakan Formal Concept Analysis”. Penelitian ini dilakukan terhadap 14 UKM sebagai responden di Kabupaten Sleman, pada Januari-April 2020, di bawah bimbingan Bapak Ahmad Raf’ie Pratama.

Terus, apa, sih, tujuan dari penelitian Rudi Muslim ini? 

Nah, dengan penelitian Rudi Muslim ini, kita bisa mengetahui pola dan faktor-faktor yang memiliki pengaruh lebih penting dan tidak begitu penting terhadap keberhasilan UKM di Kabupaten Sleman. Penelitian ini menggunakan menggunakan metode Formal Concept Analysis (FCA)  dan iceberg concept lattices sebagai filter hasil concept lattices.

Berdasarkan hasil analisis data UKM menggunakan kedua metode tersebut, ditemukan ada lima faktor yang lebih penting dalam memengaruhi keberhasilan UKM di Kabupaten Sleman, yaitu pelanggan, produk, sumber daya manusia, jaringan, dan pengaruh eksternal. Sedangkan enam faktor lainnya yang dinilai tidak begitu penting dalam memengaruhi keberhasilan UKM di Kabupaten Sleman, yaitu karakteristik UKM, keuangan, pasar, pesaing, teknologi, dan kebijakan pemerintah.

Nah, dicatat, ya, buat kalian para pelaku UKM di Kabupaten Sleman. Melalui penelitian ini, kalian bisa mempertahankan keberhasilan bisnis dan meningkatkan daya saing usaha kalian dengan memerhatikan faktor-faktor tersebut. 

Intinya, sih, ke-11 faktor ini telah terbukti memiliki peran penting dalam keberhasilan UKM berdasarkan hasil studi literatur yang dilakukan Mas Rudi. Yang penting, kita harus pintar-pintar menentukan prioritas. Faktor yang lebih penting harus didahulukan sebelum memperhatikan faktor-faktor lain yang tidak begitu penting, ya. Semangat!

Yusuf AsyhariYusuf Asyhari, salah satu mahasiswa Konsentrasi Informatika Medis Program Studi Informatika Program Magister, berhasil menemukan “Alat Pengukur Kecemasan di Ketinggian”. Alat ini merupakan perpaduan Virtual Reality (VR) dan Electroencephalography (EEG) berbasis Brain Computer Interface (BCI).

Kecemasan terhadap ketinggian memang bukan masalah yang akan berdampak langsung, namun harus tetap diperhatikan. Sebab, bila terus-terusan diabaikan, penderita bisa saja mengalami gejala yang serius, misalnya serangan panik, hingga pingsan.

Selama ini, memang diketahui bahwa para penderita ketakutan pada ketinggian mengalami kecemasan. Hal ini berdasarkan pengukuran menggunakan Visual Height Intolerance Severity Scale (VHISS).

Namun, menurut Mas Yusuf sendiri, metode VHISS ini kurang dapat dibuktikan sehingga menjadikan pengukuran tersebut menjadi lemah dan kurang bermakna.

Untuk mengatasi kekurangan metode VHISS tersebut, ditemukanlah Alat Pengukur Kecemasan di Ketinggian ini. Alat telah diuji ke 107 partisipan yang berusia 16-17 tahun. Pengujian dilakukan dengan melakukan pembacaan aktivitas listrik pada otak manusia menggunakan EEG berbasis BCI ketika partisipan diberikan VR yang disediakan.

Nah, pembacaan biometrik berupa gelombang per waktu dan magnitudo ini ternyta memiliki hubungan dengan VHISS. Hasilnya, semakin tinggi jumlah gelombang per waktu, semakin tinggi magnitudo, maka semakin tinggi skala VHISS. 

Penelitian Mas Yusuf ini dilakukan di SMA Negeri 1 Karangjati, Ngawi selama 6 bulan. Para siswa yang bersekolah di sekolah itu menjadi responden dari penelitian ini. Sekolah ini dipilih karena terletak cukup jauh dari pegunungan atau lingkungan yang cukup tinggi. Mayoritas siswa tumbuh dan berkembang di dataran rendah sehingga responden memiliki tingkat kecemasan terhadap ketinggian yang lebih besar.

Studi ini dapat memberikan alternatif pengukuran tingkat kecemasan terhadap ketinggian secara visual. Dengan deteksi dini, penderita kecemasan terhadap ketinggian bisa ditangani lebih cepat. Selain itu, temuan ini juga dapat digunakan untuk rehabilitasi akibat dari stroke, stabilitas tubuh tidak seimbang, kemungkinan shock dan stress, gangguan mental, gangguan fisik, hingga kualitas hidup dapat ditangani lebih cepat dan tepat. 

Alhamdulillah, selamat Mas Yusuf Asyhari! Semoga penelitian ini dapat terus bermanfaat, ya!

 

Semula dikhawatirkan terkena Drop Out (DO), tapi alhamdulillah mahasiswa ini akhirnya lulus dengan IPK 3,00

Performa kuliah masa lalu bisa menjadi bahan prediksi kelulusan, tetapi terkadang hasil akhirnya pun masih misteri.

Sebagai seorang dosen wali (atau dosen PA/Pembimbing Akademik), banyak suka duka yang pernah saya alami. Di suatu masa, saya pernah mendapat amanah sebagai dosen wali. Ada seorang anak wali (sebut saja Alif) yang punya Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) cukup, tetapi sayang, performanya menurun di tahun ke-3, bahkan Indeks Prestasi Semester (IPS) nya berkali-kali menembus nasakom (nasib satu koma).

Karena IPK makin jeblok, pemantauan rutin pun berubah menjadi monitoring khusus. Saya panggil Alif secara khusus untuk membicarakan kesulitannya, saya bantu buatkan rencana pengambilan matakuliah dan target-targetnya agar tidak terkena Drop Out (DO), bahkan saya sering cek kehadirannya di sistem presensi mata kuliah. Saya juga aktif memantau kemajuan kuliah si Alif ini kepada dua teman sekosnya yang juga merupakan mahasiswa bimbingan Tugas Akhir saya.

Ikhtiar-ikhtiar ini terus berlangsung selama beberapa purnama, bahkan hingga beberapa semester. Hingga pada suatu titik, saya pun merasa putus asa dan lelah, karena IP 0 (nol) bulat pun pernah diperoleh Alif. Akhirnya, saya pun menelpon keluarganya untuk “mengembalikan” amanah mengurus Alif ini kepada keluarganya. Saya juga sampaikan maaf bahwa saya sudah tidak mampu mengurus Alif lagi di kampus. Saya hanya bisa mendoakan Alif lulus, meski di atas kertas, hal itu sungguh sulit karena banyaknya matakuliah yang harus diulang, terbatasnya jatah jumlah matakuliah yang bisa diulang per semester, dan syarat-syarat lainnya. Read more

Apa itu Startup?

Belakangan ini kita sering banget nih denger kata startup. Ya, benar sekali, startup akhir-akhir ini sering diperbincangkan karena diangkat menjadi salah satu judul dari sebuah drama Korea. Sejak awal penayangannya sudah banyak menyita perhatian dari berbagai kalangan khususnya yang tertarik untuk membangun startup. Sebenarnya apa sih startup itu? Mungkin sebagian dari kalian sudah tidak asing dengan istilah startup atau yang biasa dikenal juga dengan sebutan perusahaan rintisan. Dikutip dari Wikipedia, startup adalah istilah yang ditujukan kepada semua perusahaan yang belum lama beroperasi. Sebagian perusahaan-perusahaan ini merupakan perusahaan yang baru didirikan dan berada dalam fase pengembangan dan penelitian untuk menemukan pasar yang tepat. Startup dulunya ditujukan untuk segala jenis bisnis yang baru saja berkembang dan berjalan kurang dari lima tahun. Saat ini istilah startup merujuk pada sebuah usaha yang baru berjalan dengan menerapkan inovasi teknologi untuk penyelesaian masalah.

Tren membangun startup terjadi di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri banyak sekali perusahaan startup yang menyandang gelar Unicorn. Maka dari itu, tidak heran banyak orang yang berlomba-lomba membangun startup agar usahanya juga sukses. Tapi, tau gak sih, di saat membangun startup, kita tidak hanya memikirkan inovasi produk apa yang ingin kita buat, kita juga harus memikirkan bagaimana agar bisnis kita juga berkembang.

Kembangkan Ide dan Target Pasar

Persaingan dalam dunia bisnis sangatlah ketat, kita harus memikirkan sebuah inovasi baru yang tidak pernah ada sebelumnya, biasanya ketika kita memiliki sebuah inovasi baru pastinya banyak orang yang akan tertarik dengan ide yang kita kembangkan, sehingga tidak hanya menarik perhatian pengguna tetapi juga menarik perhatian investor. Kita juga harus mengenali produk kita ditargetkan untuk pasar yang mana, dengan kita mengetahui target pasar, produk kita akan tepat sasaran sehingga mengetahui penyelesaian masalah apa yang tepat dikembangkan.

Perhatikan Branding Product dan Marketing

Dalam membangun sebuah perusahaan kita pastinya ingin perusahaan kita mendapatkan keuntungan, untuk mendapatkan keuntungan kita harus memasarkan produk kita tersebut. Sebuah produk yang berkualitas tidak akan menarik perhatian apabila tidak diiringi dengan branding product dan marketing yang tepat. Kita harus mengetahui hal apa saja yang sedang populer belakangan ini. Salah satu marketing yang dapat menarik banyak peminat adalah melalui media sosial, dari media sosial tersebut kita dapat mengamati bagaimana ketertarikan seseorang terhadap sesuatu. Media sosial merupakan platform yang pastinya digunakan semua orang, dengan memanfaatkan media sosial kita dapat membantu perusahaan yang kita bangun agar terus berkembang.

Jangan Takut Gagal dan Terus Belajar

Tidak ada salahnya dalam membangun perusahaan kita biasa menemukan kegagalan. Tidak semua orang yang baru saja membuat sebuah bisnis akan langsung mendapatkan keuntungan yang banyak, kadang kita juga dapat menemukan kerugian. Dari semua kegagalan yang dihadapi janganlah membuat kita menjadi orang yang gampang putus asa, dengan kegagalan tersebut kita dapat belajar dan mengevaluasi kegagalan kita dimana agar kita terus berkembang. Dengan kita terus belajar dan berkembang kita jadi lebih tau proses sebuah perusahaan rintisan menjadi perusahaan yang sukses.


Penulis: Alya Jelita Nurrahmania
Mahasiswa Prodi Informatika – Program Sarjana Angkatan 2018

 

Awal 2020 lalu, kita dikejutkan dengan berita kebocoran data 91 juta pengguna Tokopedia. Informasi yang bocor bervariasi, mulai dari nama hingga kata sandi si pengguna. Data yang bocor ini kemudian dijual di forum-forum peretas. Ngeri, ya?

Kali ini, kita kembali dikejutkan dengan dugaan penjualan data pengguna aplikasi Muslim Pro ke pihak militer Amerika Serikat. Kabar ini dikonfirmasi oleh pihak militer Amerika Serikat namun dibantah oleh Muslim Pro. Lalu, apa pengaruh bocornya data-data ini ke kita, si pengguna aplikasi?

Kalau kamu sudah membayangkan rekeningmu akan dibobol dan jatuh miskin secara tiba-tiba, kamu sedikit lebay. Efeknya mungkin tak akan seburuk itu, tergantung data apa saja yang bocor. Dalam kasus ini, data yang diduga dijual pihak Muslim Pro adalah lokasi dan kebiasaan pengguna saat menggunakan aplikasi.

Data Is The New Oil

Kamu pasti pernah mendengar ungkapan “Data is the new oil”, bukan? Ungkapan ini sedikit mengada-ada, namun semakin terbukti kebenarannya. Di era ekonomi digital, data bisa disebut sebagai tulang punggung kelancaran sebuah bisnis. Semakin jeli kamu membaca dan menggunakan data, akan semakin baik pula bisnis yang kamu jalankan. Oleh karenanya, pengelolaan data sangat diutamakan oleh perusahaan-perusahaan masa kini.

Mari kita perjelas. Pernahkah kamu membicarakan sesuatu yang kamu inginkan, atau barang yang ingin kamu beli, dan tiba-tiba kamu menemukan iklan barang itu di media sosial kamu? Ini disebut dengan personalized ads, di mana iklan-iklan yang ditampilkan akan disesuaikan dengan perilaku kamu dalam menggunakan gawai dan aplikasi-aplikasinya.

Kalau masih bingung, coba tanya Google atau Facebook, deh! Merekalah pengguna strategi iklan ini. Lalu, apa hubungannya dengan penjualan data oleh Muslim Pro? Setidaknya, ini membuktikan bahwa data, dalam bentuk apa pun, sangatlah penting. Militer AS mengatakan data yang mereka beli digunakan untuk operasi militer di luar negeri. Kabar ini bisa benar bisa juga salah. Namun tetaplah berhati-hati dalam menggunakan gawai.

Berikut beberapa tips yang bisa kamu coba agar privasimu selama menggunakan gawai tetap terjaga dan terhindar dari kebocoran data:
1. Perhatikan izin aplikasi yang kamu unduh. Misalnya, tak logis jika aplikasi
pencatat keuangan untuk meminta izin akses lokasimu.
2. Hanya gunakan aplikasi yang terdaftar di Play Store atau App Store.
3. Hanya menggunakan aplikasi dari pengembang terpercaya.
4. Selalu mengganti kata sandi akun.
5. Selalu gunakan versi terbaru aplikasi

Artikel ini merupakan Pemenang Kompetisi Menulis Artikel Web Informatika UII 2020 - Periode 4

Akhir-akhir ini salah satu game online, Among Us, sedang ramai dibicarakan warganet. Permainan yang masuk di kategori “bluffing game” ini berhasil diminati oleh banyak orang, dari anak-anak hingga dewasa. Meskipun game jenis ini sebenarnya sudah ada sejak lama (Werewolf, Saboteur, dll.), Among Us berhasil dikemas dengan baik sehingga mendapatkan popularitas yang tinggi. Bumbu “online game” dan desain antarmuka yang unik dan menarik menjadi satu dari sekian banyak nilai plus keseruan game ini.

Nah, sebagai penggiat IT yang suka main game, kita seharusnya mendorong diri kita untuk lebih dari sekadar pemain game. Karena sebenarnya ada banyak elemen menarik pada game yang bisa menjadi bahan diskusi atau bahkan sampai skripsi: Read more

Artikel ini merupakan Pemenang Kompetisi Menulis Artikel Web Informatika UII 2020 - Periode 3

Informasi biasanya hanya terkesan sebagai kumpulan huruf dan angka (sangat membosankan). Bayangkan jika informasi itu berubah menjadi sebuah suara dengan perpaduan warna dan gerakan. Akankah hal tersebut menjadi lebih menarik untuk diamati? Apalagi ditambah dengan kemampuan user interface semacam AI sederhana. “Halo selamat pagi sayang :3” Jadi tambah semangat menjalani pagi.

Tentu saja sejak perkembangan era 4.0 ini, fleksibilitas dan kemudahan lebih diutamakan, bahkan untuk sekadar membaca. Maka dari itu, bagaimana cara mengubah data atau informasi menjadi lebih menarik untuk dilihat tanpa menghilangkan muatan informasi di dalamnya dan tentu saja efisien? Pernahkan kamu merangkum daftar keuangan kuartal pertama, kedua, ketiga, keempat.. Tidak paham?

Saya berikan contoh bagi orang awam, manakah yang lebih kamu sukai: membaca daftar keuangan per bulan saat tengah malam atau mendengarkannya selagi menikmati senja dengan secangkir kopi T*rabik*. Baik, tadi itu bercanda. Namun kau paham pointnya, kan? Saya jelaskan menurut keuntungannya saja. Beragam hal positif bisa kita dapatkan hanya dengan mengubah bentuk informasi. 

Keuntungan dari pengaplikasian informasi berbasis gambar animasi:

  1. Lebih menarik perhatian
    Dengan penggunaan animasi, kita dapat menarik minat dari kalangan milenial. Kamu tahu iklan po*ari sw*et yang terbaru? Ya semacam itulah.
  2. Dapat meningkatkan profit
    Lanjut dari poin pertama, dengan banyaknya perhatian yang kita dapat, berkemungkinan mendatangkan profit yang meningkat pula.
  3. Kreativitas tanpa batas
    Perubahan ini akan menjadi media bagi para penggerak ekonomi di bidang kreativitas untuk mengenalkan talentanya.
  4. Dapat menciptakan penghubung antara ahli informatika dengan animator/ ilustrator
    Kerja sama saling menguntungkan pihak satu sama lain dengan berupaya menambah networking yang luas ke perantara selanjutnya.

Namun, bak air bersih, pasti ada saja pengotornya… Pemikiran seperti mahal lah, ribet lah, dll. pasti akan ada. Hal tersebut tidak akan berubah sebelum kita sendiri yang mengubahnya. Jadi, mengapa tidak berjalan sendiri dengan keyakinan di mana tapak ku tapak mu juga.


Penulis: Kesatria Koecheng. September 2020.

Artikel ini merupakan Pemenang Kompetisi Menulis Artikel Web Informatika UII 2020 - Periode 2

Halo Sobat Informatika, kali ini saya ingin berbagi cerita tentang keamanan data.
Menurut kalian, penting tidak mengamankan data pribadi kita di dunia maya?

Kalau bagi saya, privasi adalah segalanya. Ini penting banget, karena data kita adalah sebuah privasi yang harus kita jaga, termasuk menjaga data pribadi dari pacar kita. Mungkin Sobat informatika yang sedang memiliki pasangan saling bertukar password akun media sosial pasangannya. Wah itu bahaya loh sobat! Tahu tidak kenapa bahaya buat sobat? Kalau menurut saya, misal kita sudah tidak bersamanya, bisa saja akun kita disalahgunakan untuk hal yang tidak baik. Atau bisa saja handphone pasangan kita dipinjam temannya dan temannya iseng dengan akun kita tersebut. Sangat merugikan kita banget, kan, Sobat?

Ada banyak hal yang bisa mengakibatkan data kita bocor di dunia maya, Sobat. Contoh lainnya bisa terjadi karena kita mengakses sebuah website dan kita mengklik dengan sembarangan. Maka, bisa saja peretas (hacker) diam-diam memasang virus trojan yang bisa mengambil data penting kita tanpa sepengetahuan kita. Wah, saya sih tidak ingin itu terjadi pada saya dan kalian. Maka dari itu, sangat penting bagi kita paham dan peduli dengan keamanan data yang kita miliki. Yuk Sobat Informatika tercinta, simak tips-tips menjaga keamanan data pribadi dari kejahatan dunia maya. Read more

Artikel ini merupakan Pemenang Kompetisi Menulis Artikel Web Informatika UII 2020 - Periode 1

Mbuh Pie Carane” adalah kiasan singkat dari beberapa orang sebagai pengembang aplikasi, sekalipun ada tolak ukur yang harus dilihat (waktu, biaya, dan jumlah SDM). Pengembang aplikasipun tidak dilahirkan dengan pemahaman “jika mau punya anak 9 dalam 9 bulan maka nikahlah dengan 9 wanita” (semoga kalian paham dengan dunia pengembangan aplikasi pada konteks pemahaman seperti ini).

Jadi bagaimana kalau kiasan bertemu dengan pemahaman yang barusan kita bahas?

Solusinya adalah paralelkan pengembangan aplikasi yang akan dilakukan.

Contoh sederhananya, si klien minta dibuatkan aplikasi dengan waktu singkat dan spesifikasi hasil
sebagai berikut:

  • Mobile Apps (Android dan iOS)
  • Front End (Halaman yang dikunjungi oleh pengguna)
  • Back End (Halaman admin dan API)

Maka, sebagai developer, yang dapat dilakukan si Project Manager adalah memparalelkan tugas tim,
singkatnya sebagai berikut:

  1. Project Manager men-deliver kebutuhan klien kepada System Analyst.
  2. System Analyst mendesain flow, desain user experience dan kebutuhan lainnya, selanjutnya
    mengirim ke klien atas persetujuan Project Manager.
  3. Sesi paralel 1:
    1. Selagi menunggu hasil review dari klien, System Analyst dapat membuat Mockup API.
    2. Desainer user interface dapat memulai desain menggunakan user experience yang telah
      dibuat.
  4. Jika klien tidak setuju atau ada revisi, kembali ke poin 2. Jika setuju, lanjut poin 5.
  5. Sesi paralel 2:
    1. Mockup API diserahkan ke Mobile Apps, Front End sebagai standar end point, request dan response API (hanya membuat Engine cara mengonsumsi API dan membuat interface dengan standar desain berdasarkan user experience). Khusus Backend membuat API dan halaman admin menggunakan standar Mockup API.
    2. Desain user interface diserahkan ke klien atas persetujuan Project Manager. Ini pasti memakan waktu. Selagi menunggu, poin 5.1 dapat diselesaikan.
  6. Sesi parelel 3:
    1. Proses review ke klien telah selesai. Selanjutnya, Mobile Apps, Front End, dan Back End mengikuti perubahan desain user interface dengan asset yang telah dibuat oleh user interface.
    2. Tester menguji setiap end point API yang telah dibuat oleh Back End. Jika ada kesalahan, diperbaiki di tahap ini segera sebagai prioritas tinggi.
    3. Back end membuat halaman admin.
  7. Mobile Apps, Front End mengonsumsi API dari Backend.
  8. Tester menguji semua aplikasi.
  9. Poin selanjutnya adalah revisi, user accepted test dan sampai pengembangan aplikasi selesai.

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk memparalelkan pengembangan aplikasi, yang terpenting peran aktif seluruh anggota tim, dan cara leader memaksimalkan tim tanpa harus membuat tim menjadi terasa sangat berat dan terasa kaku.

Penulis: Cahyo DR (Alumni Magister Informatika UII)
Agustus, 2020