Yuk, kenalan dengan Andri Wahyu Ahmad Ruslam. Mahasiswa yang lahir dan besar di Poso, Sulawesi Tengah, ini berhasil meraih IPK Tertinggi dalam Wisuda Periode I & II Tahun Akademik 2021/2022. Andri berhasil memperoleh IPK 3,97 dengan masa studi kurang dari 4 tahun. 

Selama menempuh pendidikan di Program Studi Informatika Program Sarjana, Andri banyak memfokuskan kegiatan pada hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan kemampuan teknis. Mulai dari menjadi asisten lab, mengikuti UKM Robotik, menjadi bagian dari tim inkubasi Startup, dan menjalani magang di salah satu perusahaan yang ada di Jogja. Melalui kegiatan-kegiatan tersebut, ia mendapat banyak pengalaman, seperti menjadi kontestan tingkat Nasional Lomba Kontes Robot Indonesia, mengerjakan proyek-proyek perusahaan, dan menjadi partisipan dalam ASEAN Virtual Entrepreneurship Hackathon. Seluruh pengalaman tersebut sangat membantunya dalam mengasah kemampuan hardskill maupun softskill yang ia miliki. 

“Bagi saya, berani mengexplore hal-hal baru, konsisten terhadap apa yang kita inginkan serta mampu mengatur dan memaksimalkan waktu yang kita punya merupakan salah satu kunci agar dapat menjadi yang terbaik dalam banyak hal termasuk menjadi wisudawan terbaik,” ujar Andri.

Andri mengungkapkan bahwa ia mengangkat sebuah topik berjudul “Factor Analysis Keberlanjutan Pengguna Jala Menggunakan Factor Analysis” dalam tugas akhirnya. Judul ini didasari oleh pengalamannya selama magang di salah satu perusahaan di Yogyakarta. Dari seluruh proyek yang ia kerjakan di sana, proyek ini menjadi proyek yang dapat membuat seluruh stakeholder antusias ketika ia mempresentasikannya. Selain itu juga, proyek ini masih sangat mungkin untuk dikembangkan dengan variabel-variabel berbeda yang tentu saja akan sangat bermanfaat bagi perusahaan. Oleh karena itu, Andri mengangkat judul ini sehingga pekerjaannya dapat terdokumentasi dan dapat dijadikan referensi dalam pengembangan proyek yang sama dengan variabel yang berbeda ke depan.

Secara garis besar, “Faktor Analisis Keberlanjutan Pengguna Menggunakan Factor Analysis” dilatarbelakangi oleh munculnya anomali pada data pengguna perusahaan. Dari data yang didapatkan, terlihat bahwa jumlah pengguna baru yang menggunakan sistem/aplikasi perusahaan terus meningkat. Namun, pengguna yang konsisten untuk terus menggunakan sistem, bahkan untuk berlangganan, tidak sebanding dengan angka pengguna baru. Berdasarkan fakta tersebutlah diinisiasi proyek ini untuk mencari tahu sebenarnya faktor-faktor apa saja yang menyebabkan pengguna dapat terus menggunakan sistem perusahaan dengan parameter satu bulan pertama penggunaan. 

“Hasil akhir dari proyek ini berupa informasi faktor-faktor apa saja yang paling mempengaruhi keberlanjutan pengguna dalam menggunakan sistem perusahaan,” lanjut Andri.

Andri bersyukur dapat berkuliah di Informatika UII sehingga ia dapat belajar dari rekan-rekan Informatika lainnya yang tentunya juga tidak kalah berpengalaman. Selain itu, menurutnya, salah satu hal yang paling seru, tetapi sulit dilakukan, saat menjadi mahasiswa Informatika adalah ketika terdapat beberapa proyek akhir sekaligus dalam satu semester. 

“Hal ini yang membuat kami sebagai mahasiswa harus banting tulang menyelesaikannya. Namun, proyek-proyek akhir ini sangat bermanfaat bagi kami, karena kami belajar banyak hal salah satunya adalah bekerja secara tim yang menjadi pengalaman berharga selama masa perkuliahan,” tambahnya.

Andri juga mengaku belajar banyak hal dari dosen-dosen yang mumpuni di bidangnya. Baik dosen maupun tenaga administratif sangat sigap dalam membantu dan mengarahkan ketika terdapat masalah berkaitan dengan perkuliahan. “Selain itu, fasilitas yang diberikan kampus sangat membantu saya dalam mengeksplorasi hal-hal baru.” 

Kini, Andri sedang fokus mengembangkan softskill dan hardskill terutama dalam bidang Data Engineer agar dapat bisa memberikan kontribusi di masyarakat maupun industri dalam pengelolaan dan pemanfaatan data.

Andri berharap Informatika UII dapat terus menjadi lebih baik dengan meningkatkan modul-modul pada kurikulum serta menyesuaikan dengan kebutuhan industri saat ini sehingga lulusan dapat lebih siap lagi menghadapi dunia industri di bidang teknologi ke depan.

Sebagai penutup, ia berpesan, “Manfaatkan waktu kalian selama menjadi mahasiswa, ikuti kontes-kontes yang dapat mengasah skill kalian sebanyak mungkin, dan manfaatkanlah seluruh fasilitas kampus untuk mengembangkan diri kalian. Maksimalkan setiap waktu kalian untuk menghasilkan karya-karya terbaik.”

Yuk, kenalan dengan Moch. Fathi Siddiqi, lulusan dengan IPK Tertinggi Periode 1 Tahun Akademik 2021/2022. Fathi berhasil lulus dengan IPK 3,89. Alhamdulillah.

“Sebenarnya, aku nggak tau ternyata terpilih sebagai lulusan terbaik. Semua itu atas izin Allah. Namun, memang selama kuliah, aku suka dan semangat dalam mempelajari hal yang baru,” aku Fathi yang pernah aktif sebagai programmer di Student Staff Informatika ini.

Tidak hanya Student Staff Informatika, ternyata selama kuliah Fathi aktif dalam berbagai kegiatan, loh. Misalnya saja Asisten Laboratorium Terpadu Informatika dan Mualim FTI.

Pada tahun keempatnya, Fathi menempuh Jalur Perintisan Bisnis. Beliau bersama teman-temannya merintis Ubaform, sebuah startup bergerak dalam layanan pembuatan formulir secara online. Hal ini dilatarbelakangi ketertarikannya pada dunia startup dan software engineering.

Melalui tugas akhir yang berjudul “Implementasi Bisnis Model Software as a Service (SaaS) untuk Layanan Pengolahan Dokumen Digital (Studi Kasus di Startup Ubaform)”, beliau akhirnya bisa menyelesaikan pendidikan sarjana dan memperoleh IPK tertinggi di periodenya.

Permasalahan yang diangkat Fathi terkait pengolahan dokumen dari yang awalnya masih konvensional menjadi digital. Metode konvensional ini tentunya berdampak pada efektivitas dan efisiensi dalam pengolahan dokumen sehingga dibentuklah ide dasar startup untuk pengolahan dokumen digital. Hasil dari tugas akhir tersebut adalah ide bisnis, prototype, dan strategi untuk pertumbuhan startup itu sendiri.

Fathi merasa senang bisa berkuliah di Informatika. Beliau mempelajari banyak hal fundamental khususnya di bidang teknologi informasi yang tentunya berguna setelah lulus kuliah. “Kalau dukanya mungkin ketika awal kuliah terasa sulit menyesuaikan belajar tentang teknologi informasi, misalnya pemrograman dan struktur data,” tutup Fathi.

 

Hai IT Solution Enabler! Kalian ada yang cita-cita pengen kerja di industri tech? Kebetulan banget nih, Minfor mau bagiin cerita dari salah satu alumni kita yang bekerja di salah satu Unicorn Indonesia, Tokopedia Siapa ya? Yuk, kenalan dulu sama Mas Randy Varianda. Beliau adalah alumni Informatika UII yang sekarang bekerja sebagai User Interface Designer di Tokopedia. Kira-kira seperti apa ya perjalanannya sampai bisa kerja di sana?

Mas Randy memulai karirnya sebagai UI/UX designer di Qasir.id. Di sana, Randy mengembangkan hard skill dan soft skill sebagai desainer selama 3 tahun sebelum akhirnya memutuskan resign. Setelah itu, mulai deh perjalanan karirnya di Tokopedia. Wah mulus banget karirnya? Gak dong! Mas Randy sempat ditolak berkali-kali sebelum akhirnya diterima, lho~

Nah, kalau kultur kerja di sana pada penasaran gak? Kata Mas Randy, tim product design Tokopedia sangat terstruktur dan terbagi dari berbagai role tim desainer, seperti UI, UX, UX Writer, dan UX Researcher. Kolaborasi antara tim Product Manager, Tech, dan Bisnis juga sangat suportif. Di sana, tiap bulan rutin ngadain Townhall buat update kerja masing-masing tim, sekaligus sharing dan seru-seruan!

Terus, kira-kira apa syarat utama untuk bisa kerja di Tokopedia?
“Harus punya 3 DNA ini: focus on consumer, growth mindset, make it happen & make it better. Apa sih itu? Bisa cek disini ya https://www.tokopedia.com/careers/.”, jawab Mas Randy.

 

Nah, terakhir beliau berpesan untuk mempersiapkan portofolio sebagus mungkin jika mau bekerja di industri tech seperti dirinya.


“Secara gampangnya di portofolio itu berisi cerita proses desain dari projek yang kamu kerjakan. Jadi bisa kamu ceritakan kenapa kamu akhirnya memutuskan untuk desainnya seperti ini, kenapa pake component desain ini, saat melakukan eksplorasi desain kenapa akhirnya kamu memutuskan untuk pakai desain yang ini, dsb nya. intinya kita pengen tau gimana proses kamu saat melakukan sebuah desain, gak cuman ngasih liat hasil desainnya aja.”

 

Nah, gimana sudah puas belum sama cerita dari Mas Randy Varianda? Tunggu cerita-cerita lainnya dari alumni kita yang gokil semua ya!

cerita bamaKadang, kita suka dibikin penasaran sama cerita-cerita kakak-kakak alumni saat kuliah dulu, tentang gimana mereka bisa hadapin beban kuliah yang lumayan ini sampai bisa berkarir setelah lulus. Nah, salah satu alumni Informatika UII mau cerita nih soal pengalamannya kuliah dulu. Gimana sih cerita Bama kuliah di Informatika UII?

Bamasatya Hendraprasta, atau kerap disapa Bama adalah alumni Informatika UII angkatan 2016. Sebenarnya, Bama mengaku pada awalnya tidak tertarik untuk kuliah di program studi Informatika. Namun, setelah mencari referensi dan juga didorong keinginannya untuk belajar hal baru, Bama pun memutuskan untuk kuliah di Informatika UII. Pilihan yang tepat, ya, bisa dibilang. Karena terbukti, sebelum lulus pun udah ditawari kerja di Badan Sistem Informasi UII. Kantornya gak jauh, nih, dari ruang kuliahnya dulu.

Terus, kenapa, ya, Mas Bama sampai milih Informatika UII? 🤔
Kalau katanya Mas Bama, yang terpenting adalah “Apa yang bisa saya dapatkan di Informatika UII selama studi di sini”. Menurutnya, selama kuliah, ia banyak mendapatkan keunggulan dari Informatika UII, mulai dari fasilitas, dosen yang berpengalaman, hingga relasi-relasi yang didapatnya. Tentunya unggul banget dong karena UII adalah universitas swasta terbaik se-Indonesia, ya, gengs!

Selama kuliah, Bama sebenarnya mengaku kalau ia bukan mahasiswa yang terlalu aktif mengikuti kegiatan kemahasiswaan. Namun ia tetap mencoba kegiatan-kegiatan lain yang bisa mengembangkan kemampuannya. Menurutnya, tugas akhir dan Informatics Expo sangat bermanfaat, loh, dalam mengasah berbagai macam skill. Salah satu prestasi yang pernah didapatnya adalah juara 2 Gameloft Game Development Competition di tahun 2018.

Walau dikenal karena kemampuannya selama kuliah, bukan berarti Bama gak pernah mengalami masa-masa kritis, loh. Lulusan yang juga pernah menjadi bagian dari Student Staff Informatika sebagai Full-Stack Developer ini juga bercerita tentang Quarter Life Crisis yang dialaminya setelah lulus. Pada saat itu, Bama mengaku sangat ragu dengan kemampuannya. Tapi, seperti cerita susah pada umumnya, Mas Bama juga berhasil menghadapi krisis itu. Menurutnya, kunci utamanya adalah yakin dan berani mencoba hal baru.
“Belajar hal-hal baru mungkin kita anggap susah, tapi ketika kita sudah terbiasa, kata ‘susah’ akan menjadi ‘mudah’”, katanya.

Terakhir, Mas Bama memberikan pesan bagi mahasiswa lainnya, baik yang baru memulai hidupnya sebagai pejuang, maupun yang sedang dalam tahap akhir perjuangan.

“Terus semangat, terus berjuang, kalian bisa, kalian mampu, jangan males-malesan, pantang menyerah, yakin pada kemampuan yang ada pada diri sendiri. Percayalah bahwa hasil tidak akan mengkhianati usaha yang telah kita upayakan.”

Nah, udah disemangatin gitu masa masih mau malas-malasan? Ayo balik belajar lagi!

Ridho Imam Pratama

Yuk, kenalan dengan Ridho Imam Pratama, Wisudawan IPK Tertinggi pada Wisuda Informatika Periode II Tahun Akademik 2020/2021. Mas Ridho berhasil meraih IPK 3,83, loh! MasyaAllah.

Selama kuliah di Informatika UII, alumni yang lahir dan besar di Bogor ini pernah beberapa kali ikut kepanitiaan. Selain itu, ia juga sempat menjadi asisten dosen dan mengikuti beberapa pelatihan pemrograman secara online. 

Dalam tugas akhirnya, Mas Ridho mengangkat judul “Sistem Pendeteksi Bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan Penentu Tingkat Penyakit TBC”. Alasannya, cukup sederhana. Selain tertarik dengan image processing, ia merupakan orang yang senang bereksperimen sehingga sewaktu melakukan pemecahan masalah tersebut, antusiasme untuk mencari metode yang paling tepat sangat besar. 

“Ya, walaupun ujung-ujungnya susah juga, tapi banyak hal baru yang bisa aku temukan dan aku pelajari dari mengerjakan itu (tugas akhir),” ujar Mas Ridho.

Secara garis besarnya, tujuan dari sistem tersebut, yakni untuk membuat komputer mengenali sebuah objek pada citra yang diberikan. Nah, dalam hal ini, bakteri yang menyebabkan penyakit TBC pada citra mikroskopis menjadi objek yang akan dikenali melalui aplikasi. Kemudian, setelah komputer mampu mengenali objek tersebut, komputer akan menentukan tingkat keparahan melalui seberapa banyak jumlah bakteri yang ditemukan pada sejumlah citra yang diberikan. Keren banget, kan?

Terus, gimana, ya, kiat Mas Ridho Imam Pratama bisa jadi Wisudawan IPK Tertinggi? 

Bagi Mas Ridho, kiat pertama yang harus kita lakukan, yaitu memahami diri kita sendiri, guys. Kita harus paham, nih, metode belajar apa yang efektif buat kita dan apa yang yang membuat kita semangat untuk mengerjakan sesuatu. Nah, kalau pondasinya sudah kokoh, kita jadi bisa lebih baik dalam menerima materi. Materi apapun itu, tidak hanya kuliah.

Ke depannya, Mas Ridho berharap agar apa yang dikerjakan sekarang dapat berguna, baik bagi diri sendiri dan orang lain. Selain itu, ia juga berharap semoga orang-orang di sekitarnya senantiasa diberikan kesehatan, kemudahan, dan kelapangan hati.

Pandemi Covid-19, selain menyebabkan timbulnya banyak sekali hambatan bagi kita untuk melakukan aktivitas normal seperti biasanya, ternyata juga menawarkan kesempatan besar untuk berkembang pesat bagi yang cepat beradaptasi dan mampu memanfaatkan momentum. Teguh Topo (29), alumni Informatika UII angkatan 2012 tahu betul soal itu.

Selama pandemi, bukannya kehilangan mata pencaharian, bisnis penjualan sapi yang dijalankan oleh dirinya beserta keluarga mengalami peningkatan omzet secara pesat. Dalam satu bulan selama pandemi, Teguh mampu mendapatkan omzet antara Rp 40 juta hingga Rp 60 juta.

Ekspansi Teguh untuk melakukan pemasaran dan penjualan sapi di internet merupakan sebuah inisiatif yang dilakukan setelah membaca peluang bahwa sejak pandemi, semua orang makin akrab dengan internet. Teguh mengaku bahwa pemanfaatan internet dalam bisnisnya sangatlah membantu. Sebab, dirinya mampu menjangkau pasar lebih luas daripada saat berjualan secara konvensional saja.

Ia mengaku bahwa sebenarnya sudah mencoba menggunakan internet untuk berjualan sapi sejak sebelum pandemi. Namun, barulah setelah pandemi, grafik penjualan meningkat secara pesat karena banyak orang takut pergi ke pasar untuk mencari ternak. Sehingga, pelanggan lebih memilih untuk melakukan aktivitas jual-beli melalui media sosial.

Teguh bercerita bahwa pelanggan yang berminat untuk membeli sapi saat ini bukan hanya petani dan peternak. Ada kalangan lain dari pehobi, ASN, pejabat, TKI, dan perantau yang mulai minat membeli sapi. Mereka yang tidak mungkin membeli sapi ke pasar atau turun langsung ke petani itulah yang menjadi sasaran utama penjualan melalui media sosial.

Media yang Teguh manfaatkan untuk berjualan adalah forum jual-beli di Facebook, sebab di sana banyak forum jual-beli sapi online dari seluruh kota. Kecuali itu, dirinya juga melakukan pemasaran di akun YouTube dan Instagram @sapi_pedia. Di Channel YouTube-nya, Teguh memasarkan sapi dagangannya dengan mengunggah video masing-masing sapi beserta spesifikasi, kualitas, postur, jenis sapi, umur, jenis kelamin, dan harga. Dengan menjual 20 ekor per hari, teguh mampu menjual total 200 ekor sapi dalam satu bulan.

Rizal Hamdan Arigusti

Rizal Hamdan Arigusti berhasil menjadi peraih IPK Tertinggi Periode I TA 2020/2021 dengan IPK 4.00 dan masa studi kurang lebih 4 tahun.

Rizal Hamdan Arigusti, atau yang akrab disapa Mas Rizal, merupakan salah satu mahasiswa Informatika UII angkatan 2016. Ia berhasil menjadi peraih IPK Tertinggi Periode I TA 2020/2021 dengan IPK 4.00 dan masa studi kurang lebih 4 tahun.

Selama berkuliah di UII, Mas Rizal sempat mengikuti beberapa kegiatan seperti PSC, Gapoera, CLI, bahkan joint degree program ke  Nanjing Xiaozhuang University (NXU), China. 

Baginya, tidak ada kiat khusus dalam belajar. Ia hanya belajar seperti halnya yang lain belajar. “Yang terpenting, pinter-pinter memilih prioritas yang sesuai dengan tujuan kuliah dan karir ke depannya saja,” ujarnya.

Kini, Mas Rizal sudah bekerja sebagai Backend Developer di salah satu perusahaan. Meskipun ia sudah bekerja, ia tetap menyempatkan diri untuk belajar terkait tech stack baru dan konsep-konsep yang mungkin ia lewatkan selama masih berkuliah. Selain itu, Mas Rizal juga turut memperdalam kemampuan berbahasa asing.

Belajar secara tim untuk mengerjakan proyek Informatics Expo ternyata meninggalkan kesan bagi Mas Rizal. Ia dan teman-temannya pernah mengerjakan proyek di H-1 eksposisi. “Sepuluh orang mengerjakan secara bersama di kamarku (kost) yang sebenarnya kecil banget,” kenangnya.

Ke depannya, Mas Rizal berharap Jurusan Informatika dapat terus menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan teknologi. Selain itu, untuk teman-teman mahasiswa, selalu ingat bahwa ilmu di kuliah saja tidak cukup. “Keep up to date dengan teknologi dan ilmu-ilmu baru,” tutup Mas Rizal.

Rizki Syawaldi

Rizki Syawaldi

Rizki Syawaldi merupakan mahasiswa Jurusan Informatika angkatan 2015 yang berhasil lulus dengan IPK membanggakan, yakni 3.94. Dengan nilai yang nyaris sempurna ini, Mas Rizki berhasil menjadi Wisudawan IPK Tertinggi Periode VI TA 2019/2020.

Selama berkuliah di UII, Mas Rizki pernah aktif di sebagai asisten laboratorium untuk mata kuliah Basis Data, PSD, PABW, PWEB, Sistem Operasi, dan Jaringan Komputer. Kini, ia sibuk membangun portofolio yang lebih baik, entah dengan belajar secara otodidak sampai ikut kegiatan magang.

“Yakin dengan kemampuan diri sendiri!” Itulah sececah kiat untuk menjadi yang terbaik ala Mas Rizki. Baginya, sebelum menuntut ilmu, kita harus memantapkan niat dan yakin dengan diri kita sendiri. Setelah itu, kenali kelebihan dan kekurangan kita. Poin penting selanjutnya, gunakan metode belajar yang sesuai dengan kita.

Mas Rizki sangat berterima kasih kepada dosen dan teman-temannya selama di UII. Baginya, kuliah di UII membuatnya menjadi pribadi yang lebih baik, dari yang tidak peduli terhadap orang lain menjadi lebih peduli. 

Pria yang berasal dari Samarinda ini juga berharap, ke depannya, Jurusan Informatika dapat terus berkembang mengikuti perkembangan teknologi dan menghasilkan sumber daya manusia yang bermanfaat, cerdas, dan berakhlak mulia. 

“Jangan takut untuk mencoba hal-hal baru, selalu bantu orang yang membutuhkan, dan jangan pernah menyerah menghadapi masalah dalam kehidupan,” tutupnya.

Wildan Maulana, alumni Informatika UII angkatan 2013, yang kini menjadi CEO Delokal, sebuah perusahaan rintisan di bidang pariwisata.

Wildan Maulana, alumni Informatika UII angkatan 2013, yang kini menjadi CEO Delokal.

Sektor pariwisata merupakan penyumbang devisa terbesar bagi negara kita. Tak heran, banyak perusahaan berlomba-lomba mengembangkan pariwisata, salah satunya dengan melakukan pendekatan teknologi . Seperti halnya Wildan Maulana, alumni Informatika UII angkatan 2013, yang kini menjadi CEO Delokal, sebuah perusahaan rintisan di bidang pariwisata.

Delokal  adalah sebuah perusahaan rintisan di bidang pariwisata yang saat ini telah mendapatkan pendanaan dari Angel Investor untuk mengembangkan Delokal Smart Village (DSV), salah satu produk Delokal berupa platform manajemen kawasan ekowisata yang saat ini telah bermitra dengan beberapa kementrian di Indonesia. Selama pandemi Covid-19, Delokal sendiri masih tetap berjalan dengan mengerjakan versi 2 dari DSV dan menunggu waktu yang tepat untuk kembali memasarkan produk lainnya di website delokal.com.

Namun sebenarnya, selain sibuk di Delokal, Mas Wildan juga tengah menekuni dan mengembangkan Gidicode, sebuah software house yang jaringan mitranya telah sampai di kancah internasional.

Selama berkuliah di Informatika UII, Mas Wildan memang memiliki cita-cita untuk menjadi seseorang yang berpengaruh di bidang teknologi informasi, dan mampu menjadi technopreneur yang dapat menciptakan karya teknologi yang bermanfaat bagi banyak orang.

Saat ditanya apakah selama kuliah di Informatika itu menikmati atau tidak, ia mengaku bahwa dirinya merasa sangat enjoy meskipun di awal masa kuliah masih belum paham dengan pelajarannya. “Walaupun saya memulai masuk dunia pemrograman dari 0, saya bisa mengikuti bahkan saat ini saya bersama tim bisa menciptakan sebuah entitas bisnis yang bergerak di bidang teknologi”, pungkasnya. Menurutnya, hal yang paling membuat kuliah di Informatika menjadi pengalaman yang seru adalah karena dunia teknologi itu cepat sekali berubah, sehingga akan selalu ada tantangan baru setiap hari yang memaksa untuk terus belajar tanpa henti.

Selama masih menjadi mahasiswa, ternyata Mas Wildan juga memiliki banyak sekali pengalaman di bidang akademik, kompetisi, dan keorganisasian. Misalnya, paling tidak dirinya telah terbang ke Madrid, Madinah, dan Turki untuk mengikuti berbagai macam konferensi. Sementara itu, dalam dunia organisasi, dulu ia aktif di UII Ayo Mengajar yang saat ini menjadi salah satu lembaga dakwah DPPAI yang paling berkembang dan telah masuk generasi ketiga.

Nah, kemudian di bidang bisnis, ternyata Mas Wildan sudah memulai petualangannya di tahun keempat, yaitu saat ia dan tim mendirikan Gidicode dan merintis Gidsnesia yang sekarang menjadi Delokal. Saat itu, Gidsnesia mendapatkan kesempatan untuk mewakili Indonesia pada kompetisi Startup Istanbul 2018. Gidsnesia lolos sebagai salah satu dari 100 startup terbaik dari puluhan ribu pendaftar dari berbagai penjuru dunia saat itu.

Mustafa Widiarto Heryatno, peraih IPK tertinggi dalam kelulusan Program Studi Informatika Periode V Tahun Akademik 2019/2020.

Mustafa Widiarto Heryatno, peraih IPK tertinggi dalam kelulusan Program Studi Informatika Periode V Tahun Akademik 2019/2020.

Mustafa Widiarto Heryatno, atau akrab disapa Mustafa, merupakan peraih IPK tertinggi dalam kelulusan Program Studi Informatika Periode V Tahun Akademik 2019/2020.

“Selama itu baik, jangan kebanyakan mikir! Jika merasa ada yang salah, segera tinggalkan.” Itu prinsip pria yang lahir di Pati dan besar di Jayapura ini ketika ditanya soal kiat sukses menjadi peraih IPK tertinggi.

Mustafa memegang teguh prinsipnya selama mengenyam pendidikan tinggi. Kadangkala, terlalu banyak berpikir hanya membuat kita tidak bertindak apa-apa. Selain itu, menurutnya, jika merasa ada yang salah pada sesuatu yang kita kerjakan atau kita tidak bisa membayangkan akhirnya, lebih baik segera berhenti daripada membuang waktu untuk hal yang sia-sia.

Saat berbagi tips sukses meraih IPK tertinggi di Program Studi Informatika Program Sarjana UII, Mustafa menjawab dengan mantap. Bagi Mustafa, pembagian waktu sangatlah penting. Tidak membawa tugas ke waktu istirahat dan tidak istirahat di waktu mengerjakan tugas akan membuat proses belajar lebih efektif dan efisien.

Mustafa juga merupakan tipe orang yang berani melakukan hal-hal yang tidak beliau sukai asalkan hal tersebut dapat bermanfaat ke depannya. Misalnya, tidak suka menjadi MC, berarti harus menjadi MC! Tidak suka jadi koordinator, berarti harus jadi koordinator! Menurut Mustafa, semakin kita “dipaksa” untuk melakukannya, semakin kita berkembang.

Selama kurang lebih 4,5 tahun di UII, Mustafa aktif di beberapa kegiatan kepanitiaan, Laboratorium Informatika, dan Centris FTI. Saat ini, Mustafa bekerja di Badan Sistem Informasi UII sejak Oktober 2019 lalu.

Berkuliah di UII ternyata menyimpan kesan tersendiri bagi Mustafa. UII mengubah pribadi yang buruk menjadi baik dan yang baik menjadi lebih baik. Ia berharap, UII, khususnya Jurusan Informatika, menjadi lembaga pendidikan yang terus menghasilkan lulusan cerdas dan berakhlak mulia.

“Semoga setelah lulus dari UII, semua mahasiswa memiliki daya saing dan tetap memegang nilai-nilai keislaman,” tambahnya.  Selain itu, Mustafa juga berharap, semoga dakwah islamiah di UII semakin berjaya.

Selamat kepada Mustafa Widiarto Heryatno! Semoga ilmu dan gelar yang diraih dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar.