Hai IT Solution Enablers!
Sudah setahun lebih kita sama-sama melewati kuliah online. Menurut kalian, gimana selama ini sistem pembelajaran daring yang kalian jalani? Seru? Efektif? Nah, Mbak Dewi Nadhiroh melalui makalah yang ditulisnya mengangkat soal tinjauan literatur tentang pembelajaran daring di masa pandemi. Tujuan makalah ini adalah untuk memberikan tinjauan terhadap temuan-temuan mengenai pembelajaran daring. Kira-kira, gimana tuh isi makalah yang masuk dalam Best Paper di Kolokium 2021 kemarin ini? 🤔

Makalah ini diangkat setelah Dewi melihat kondisi saat ini, di mana semuanya melaksanakan pembelajaran daring. Menurut hasil penelitiannya, setelah setahun lebih dijalankan, pembelajaran daring membawa dampak positif terhadap keberlangsungan pendidikan di dunia. Temuan ini juga mencerminkan bahwa belajar yang serba online ini efektif untuk menggantikan pembelajaran konvensional. Namun, tentunya beberapa faktor tetap harus diperhatikan, seperti fasilitas pembelajaran.

Nah, selain itu Dewi yang mengerjakan makalah ini dengan dibimbing salah satu dosen kita, Pak Hendrik, juga menceritakan sedikit pengalamannya saat proses penyusunan. Menurutnya, literature review adalah hal menantang karena baru kali ini dilakukannya. Tantangan terbesarnya adalah harus membaca banyak paper dengan teliti, termasuk yang berbahasa Inggris. Kebingungan saat membaca dan menulis juga sangat sering dialaminya, nih! Tapi tetap selesai dong~ 😊😊 

Oh, iya, Dewi juga punya pesan, nih, untuk kalian yang juga mau ambil jalur penelitian!

“Jangan malas membaca ya, ini penting ya gaes, kalian akan menemukan banyak hal baru dan menarik dari membaca jurnal. Selain mendapat informasi yang kalian cari, kalian juga bisa belajar gaya penulisan paper literature review lainnya,” pesan Dewi.

Nah itu dia tinjauan literatur pembelajaran daring dari Dewi.  Gimana, yang lagi ngambil jalur penelitian, sudah rajin baca gak?

Hai, IT Solution Enablers! Informatics Expo udah selesai, sekarang waktunya bahas karya para pemenang~ Yuk, mulai dari aplikasi berbagi ide bisnis, Li-BoxLi-Box, karya dari tim L’PowerUP Tech. Karya apa ya tuh?

Li-Box yang dilombakan di kategori mata kuliah FPA-RPL ini fungsinya adalah agar para pengguna bisa saling berbagi ide bisnis UKM, gengs. Eh, bentar. Ide bisnis kok dibagi??

Jadi, aplikasi ini punya dua tujuan utama. Yang pertama, agar masyarakat yang kesulitan menemukan ide bisnis bisa mendapatkan inspirasi dari ide-ide lainnya yang dibagikan pengguna lain. Yang kedua, adalah agar orang-orang yang kesulitan merealisasikan ide karena tidak adanya mitra kerja dapat bertemu dengan calon mitra. Nah, dengan begini, makin besar deh peluang ide-ide yang ada bisa terwujudkan. Roda perekonomian Indonesia yang lagi kacau dihantam pandemi tentu bisa membaik, dong, kalo gini!

Karena pandemi pula, banyak karyawan atau tenaga kerja yang dirumahkan (PHK), diiringi dengan berkurangnya lowongan kerja. Di sinilah Li-Box dapat mengambil andil membantu mereka sebagai target pengguna utama. 

Sedikit membahas segi teknis, L’PowerUp Tech menggunakan bahasa pemrograman Java dengan dibantu Netbeans dalam pengembangan aplikasi ini. Para anggotanya juga mengaku sering mengalami kendala saat proses penulisan kode seperti kesulitan saat ingin melakukan penambahan fitur.

Terakhir, mereka berharap, karyanya dapat dikembangkan lebih lanjut agar tujuan utama untuk membantu roda perekonomian Indonesia dapat terwujud. Doakan, ya!

Oh iya, lupa banget nih kenalin para anggota L’Power Up Tech. Mereka adalah Intan Nabila Azmi, Dianingtyas Fajarini, Fadilla Susmifa, Fahira Alhamid, dan Nadira Adiva Wibowo. Yuk, sapa mereka di kolom komentar!

 

 

Hai, IT Solution Enablers!

Kalian sudah kenal teknologi microservices belum? Nah, singkatnya, teknologi microservices membagi aplikasi menjadi layanan yang lebih kecil dan saling terhubung. Setiap microservice merupakan aplikasi kecil yang memiliki arsitektur heksagonal sendiri yang terdiri dari logikanya sendiri.

Teknologi yang sedang tren inilah yang diangkat sebagai permasalahan dalam paper yang berjudul Implemetasi Arsitektur Enterprise Pola Finansial Pada Aplikasi Berbasis Microservices oleh Mas Hanif Faturohman. Paper ini masuk dalam kategori Best Paper pada Kolokium Informatika 2021 kemarin, gengs! Jadi, tentang apa dan gimana proses pembuatan paper yang ditulis Mas Hanif ini? 🤔

Arsitektur enterprise ini merupakan dokumen yang mendeskripsikan model bisnis, infrastruktur IT, dan relasi keduanya. Biasanya, nih, dokumen ini digunakan di perusahaan-perusahaan. Penelitian yang dilakukan ini berisi tentang langkah-langkah implementasi arsitektur enterprise ini ke aplikasi web berbasis Microservices.

Ide penelitian ini muncul dari pengalaman pribadi Hanif, lho. Saat magang sebagai Web Developer di Gidicode, Hanif  banyak menemukan masalah di mana kode yang ditulisnya tidak bisa mengikuti kebutuhan yang memungkinkan modifikasi fitur dengan cepat. Nah, dari sini, Hanif memutuskan untuk belajar soal Microservices. Akhirnya, hasil belajarnya ini juga diangkat ke dalam penelitian.

Nah, untuk mahasiswa yang pengen ngambil jalur penelitian, dapat saran juga nih dari Hanif.

“Yang utama, sih, harus rajin baca”, sarannya.

Kenapa harus rajin baca?  Biar kita bisa familiar sama struktur kalimat yang baik dan benar untuk mulai menulis penelitian. Makin banyak baca, makin gampang!

Assalamualaikum, Sobat Informatika!
Alhamdulillah, agenda Informatics Expo Semester Genap 2021 kembali berhasil dilaksanakan. Kegiatan rutin tiap semester bagi setiap mahasiswa Program Studi Informatika Program Sarjana ini dibagi menjadi tiga sesi acara, yakni sesi mata kuliah Grafika dan Multimedia pada 12 Juli, sesi mata kuliah Fundamen Pengembangan Aplikasi dan Rekayasa Perangkat Lunak pada 13 Juli, dan sesi mata kuliah Pengembangan Sistem Informasi pada 14 Juli. Siapa aja nih yang jadi pemenang Informatics Expo 2021 Vol.1 kali ini?

 

Seperti eksposisi pada semester-semester sebelumnya, Informatics Expo edisi kali ini benar-benar dimanfaatkan para mahasiswa untuk berkarya, serta menunjukkan skill mereka, baik hard skill dalam mengembangkan karya, maupun soft skill dalam memasarkan karya yang telah mereka buat. Informatics Expo yang ketiga secara daring ini sangat disambut antusias oleh mahasiswa.

 

Sebanyak 124 karya yang dipamerkan pada expo kali ini. Semuanya dapat dilihat melalui web informatics-expo.id. Tim-tim terpilih diundang untuk mempresentasikan hasil karya mereka pada Siaran Langsung di kanal Youtube Jurusan Informatika FTI UII.

 

Para pengunjung juga dapat memberikan dukungan terhadap karya maupun tim favorit mereka pada website Informatics Expo dan YouTube.

 

Karya-karya terpilih berhak mendapatkan hadiah dengan total jutaan rupiah, loh. Terdapat 3 kategori, yaitu Karya Terbaik berdasarkan penilaian Dewan Dosen (untuk setiap mata kuliah), Klasemen Website Informatics Expo, dan Top Youtube Likes. Kuy, cek nama tim kamu di daftar pemenang Informatics Expo 2021 di bawah, kali aja menang, hehe.

 

Karya Terbaik berdasarkan penilaian dosen:

 

Grafika & Multimedia

🥇 Bebas – Balasan Bersedekah

🥈Sasageyo – Museum Kita Bersama

🥉EzWay – Abdul & Timin: Menatap Langit

 

FPA & RPL

🥇L’PowerUp Tech – Li-Box

🥈ECHO – Sleepy

🥉Lembuswana – KASKITA

 

Pengembangan Sistem Informasi

🥇Arkana – Produsen Roti

🥈Reconnecting – SIE RS Hewan

🥉Psycho – Nambak Dashboard

 

Karya dengan jumlah like terbanyak di website informatics-expo.id:

🥇(JALAN TERUS – IKHLAS) – (MOUI – Mountain Information)

🥈Mirage – Dosa Jariyah

🥉Team 6 Lynx – Wisata Budaya

 

Karya dengan jumlah like terbanyak di YouTube:

🥇PSI DAPAT A – SIMOCA

🥈COMBATANTS – CTICKET

🥉Ummar Bin Khattab – SIDORA

 

Selesai sudah rangkaian Informatics Expo kali ini. Gimana, puas dengan hasil kerja tim kamu? Komen di bawah, yuk, komentarmu tentang expo kali ini~

Selamat bagi para pemenang Informatics Exop 2021 Vol.1 dan sampai berjumpa di Informatics Expo semester depan, gengs!

 

Satu lagi prestasi berhasil ditorehkan oleh mahasiswa Program Studi Informatika Program Sarjana, Albarra Naufala Erdanto. Lagi-lagi, Albarra berhasil lolos pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa – Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) yang didanai oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kali ini, Albarra dan tim mengusung ide yang berjudul “DEAFCARE: Aplikasi Pendamping Tunarungu dan Pusat Informasi Terintegrasi sebagai Solusi Permasalahan Aksesibilitas Informasi pada Komunitas Deaf Family Solo Raya”.

pkm-deafcare-albarra

Jadi, apa, sih, Deafcare itu? Yuk, langsung aja kita kupas! Check it out!

Deafcare merupakan sebuah solusi untuk pendamping tunarungu yang kesulitan mencari informasi secara terpusat untuk memenuhi kebutuhan anak tunarungu. Sebab orang tua atau pendamping yang memiliki “anak spesial” biasanya harus berusaha lebih untuk mencari informasi terkait pendampingan anak tunarungu. Nah, Deafcare hadir untuk menjadi pegangan yang bisa membantu para pendamping ini.

Awalnya, Deafcare merupakan inisiasi dosen Teknik Industri, yaitu Ibu Amaria Dilla Sari. Sebelumnya, ide ini berhasil lolos ke nyatakan.id, program bantuan pendanaan dari Kemenparekraf bagi para pelaku usaha sektor parekraf untuk mewujudkan ide kreatifnya berbentuk aplikasi dan permainan digital dalam rangka #AdaptasiKebiasaanBaru. Bersama Mas Dimastyo, Albarra mengeksekusi proyek ini hingga berhasil ter-deploy di deafcareindonesia.com.

“Deafcare sangat bermanfaat dan membuka pikiran saya untuk peduli terhadap anak tunarungu atau Teman Tuli,” ujar Albarra ketika ditanya alasan ia bergabung ke Deafcare.

Singkat cerita, setelah proyek di nyatakan.id selesai, Albarra dan timnya berinisiatif untuk memasukkan Deafcare ini ke PKM.  Tim ini terdiri dari Albarra, Alma (Teknik Industri 2018), Aura (Psikologi 2018), Abdul Azis (Teknik Industri 2017), dan Andrian (Teknik Industri 2017). Tim ini juga masih didampingi oleh Bu Dilla, loh. Alhamdulillah, dengan kerja keras Albarra dan tim, Deafcare lolos pendanaan. 

Setelah lolos pendanaan, tugas Albarra kini adalah mendesain ulang aplikasi Deafcare. Ia juga berinisiatif untuk mengubah arsitektur di belakangnya serta memanfaatkan progressive web app pada Deafcare ini. Selain itu, Albarra juga membuat website untuk sisi admin untuk memudahkan proses input data. Alhamdulillah, hasil redevelop dari Deafcare ini sudah terdeploy di dev.deafcareindonesia.com dan juga website adminnya. Rencananya, setelah proses input data selesai, Albarra akan melakukan migrasi website yang sudah redesign dan redevelop ke deafcareindonesia.com.

Selain men-develop ulang, Albarra dan tim juga bertugas untuk mensosialisasikan Deafcare ke mitra PKM-nya, yaitu salah satu komunitas pendamping tunarungu di Solo.

Ke depannya, Albarra berharap Deafcare bisa bermanfaat ke komunitas pendamping tunarungu di Solo. “Tidak hanya di Solo, besar harapan kami Deafcare bisa menjadi aplikasi yang sustainable sehingga manfaatnya dirasakan oleh pendamping tunarungu di seluruh Indonesia,” tutup Albarra.

Alhamdulillah, selamat Albarra dan tim! Semoga apa yang dicita-citakan dengan Deafcare bisa segera tercapai!

 

Assalamualaikum Sobat Informatika!
Kamu termasuk orang-orang yang kurang bisa mengatur rencana wisata gak, nih? Biasanya ya, kalau rencana perjalanan gak diatur dengan baik, yang ada malah keteteran, over budget, atau bahkan gagal wisata karena kurang tau tempat-tempat menarik untuk dikunjungi. Kesal ya pasti kalau sampai kejadian. Nah, aplikasi bernama Plesiran dari kelompok Pejuang Lulus dari mata kuliah Pengembangan Aplikasi Bergerak dan Manajemen Pengembangan Teknologi Informasi ini mungkin saja bisa membantu mencegah kejadian apes di atas! Susun rencana perjalanan dengan Plesiran biar wisata gak keteteran!

Aplikasi berbasis mobile ini menargetkan para traveller sebagai target pengguna utama. Dengan Plesiran kamu yang suka jalan-jalan bisa terlebih dahulu mencari tempat wisata dan menyusun rencana perjalanan. Pertama, cari dulu daerah mana yang ingin kamu kunjungi, lalu aplikasi Plesiran akan memunculkan tempat apa saja yang bisa kamu kunjungi, mulai dari situs bersejarah, wisata alam, hingga kuliner lengkap dengan detail tempat tersebut. Lalu, kamu tinggal atur jadwal dan estimasi biaya perjalanan yang diperlukan. Selanjutnya? Tinggal jalan ke tempat wisata dengan jadwal yang sudah tertata! Gak ada cerita salah perencanaan lagi, deh.

Selain untuk traveller, para pemilik tempat wisata juga dapat mendaftar dan memasarkan bisnisnya di aplikasi Plesiran. Jadi, selain jadi solusi masalah para wisatawan, juga bisa meningkatkan jalannya roda perekonomian di sektor pariwisata.

Menggunakan Android SDK dan SQLite sebagai tech stack, Plesiran dikembangkan oleh kelompok Pejuang Lulus yang beranggotakan Faiq, Dila, Rayhan, Mina, Ricky, dan Hendra. Mereka berharap, aplikasi ini bisa memberikan inspirasi bagi pengembang-pengembang lain untuk terus berinovasi dan memajukan sektor pariwisata melalui teknologi.

Keren parah sih. Kalian ada rencana jalan-jalan gak? Bisa nih coba-coba aplikasi Plesiran untuk bantu rencana perjalanan kamu, pastinya dengan tetap mematuhi protokol kesehatan selama pandemi, ya!

Nah, Untuk kamu yang sedang membaca ini, tetap semangat belajar dan teruslah berinovasi dengan teknologi!

PAB

Karya ini bisa kamu lihat di website Informatics Expo
(https://informatics-expo.id/karya/466)

Assalamualaikum Sobat Informatika!
Seperti sektor-sektor lainnya, sektor pembangunan juga terdampak oleh pandemi terutama bagi para tukang yang kesulitan mencari pekerjaan. Bukan hanya tukang, kita pun sebagai konsumen juga jadi sulit cari jasa tukang yang berkualitas. Dari keresahan ini, kelompok Ryzen dari mata kuliah Pemikiran Desain menawarkan sebuah solusi berupa rancangan aplikasi yang diberi nama Tukangku. Pertukangan Go Digital!

Tukangku ini harapannya menjadi platform layaknya marketplace untuk mencari informasi dan jasa terkait pertukangan. Dengan target pengguna berupa masyarakat yang membutuhkan jasa pekerja bangunan untuk renovasi rumah dan sebagainya, sampai para tukang dan mandor yang ingin memasarkan jasanya.

Sebagai contoh, kalau kamu ingin melakukan renovasi rumah tapi terkendala kurangnya jaringan informasi pekerja tukang, kamu bisa memanfaatkan fitur yang ada di Tukangku untuk mencari pekerja.

Pada rancangan aplikasi ini juga tersedia banyak fitur menarik lainnya, seperti konsultasi dengan mandor, jasa arsitek, hingga fitur inspirasi desain yang bisa digunakan untuk mencari desain-desain bangunan impian kamu. Jangan khawatir, Tukangku juga menerapkan sistem rating sehingga kamu dapat mengetahui jejak pekerjaan dan kualitas dari jasa yang kamu inginkan.

Dengan tampilan antarmuka yang menarik, kelompok Tukangku yang beranggotakan Gilang Aries Prasetyo, Alber Derry Asher, Jhanif Indra Saputra, dan Ramadhan Perwira Jati ini berharap desain aplikasi ini dapat mudah dimengerti dan diimplementasikan menjadi sebuah aplikasi layak pakai.

Wah, asli keren nih! Gak kalah dengan sektor-sektor lainnya, sektor pembangunan juga harus terus maju dengan melakukan upaya digitalisasi. Sulit cari jasa tukang? Tukangku bisa jadi solusinya~

Tukangku

Karya ini bisa dilihat melalui web Informatics Expo.
(https://informatics-expo.id/karya/520)

Assalamualaikum Sobat Informatika!
Anak kos mana sih yang gak butuh laundry? Selain membantu kita para mahasiswa, usaha-usaha laundry juga sangat berpengaruh dalam roda perekonomian masyarakat. Nah, untuk membantu usaha laundry skala kecil hingga besar yang ada, Aulia Maulana Rizqi dan Tezar Irawan yang tergabung dalam kelompok C.5 dari mata kuliah Pengembangan Aplikasi Berbasis Web membuat sebuah aplikasi yang bisa membantu para pemilik laundry untuk menjalankan bisnisnya bernama LaundryDong.

Sesuai namanya, aplikasi berbasis web ini menyasar para pemilik laundry yang mengalami kendala dalam menjalankan bisnisnya. Laundry Dong menyediakan fitur-fitur andalan seperti memasarkan produk jasa, mengatur transaksi, manajemen pegawai, hingga visualisasi laporan keuangan. Fitur yang disediakan ini selaras dengan kebutuhan ibu-ibu dan bapak-bapak laundry yang kesulitan melakukan pencatatan bisnis mereka. Yang awalnya harus dilakukan secara manual, sekarang bisa dilakukan dengan beberapa klik sehingga beban kerja mereka pun berkurang.

Aplikasi Laundry Dong ini dibangun dengan menggunakan teknologi seperti XAMPP sebagai penyedia paket PHP, Apache, dan MySQL, Sublime dan Atom sebagai text editor dan GitHub sebagai Version Control System.

Menurut C.5 sendiri, aplikasi ini masih memiliki beberapa kekurangan. Salah satu yang utama adalah hanya bisa digunakan untuk satu laundry saja sehingga setiap pemilik laundry harus menginstal sendiri aplikasi masing-masing. Harapannya, Laundry Dong bisa digunakan oleh banyak orang sekaligus tanpa perlu repot-repot menginstal sendiri.

Kreatif, ya! Karya-karya seperti inilah yang kita butuhkan untuk membantu usaha-usaha masyarakat, terutama bapak dan ibu laundry yang sangat berjasa bagi hidup mahasiswa. Semangat ya untuk C.5 dan ditunggu perilisan aplikasinya.

Karya ini bisa dilihat di website Informatics Expo
(informatics-expo.id/karya/406)

pengembangan aplikasi berbasis web

Indri Dwi FebrianiSiapa dari kamu yang pernah terjangkit malaria? Buat kamu yang belum tahu, malaria merupakan penyakit yang menular melalui gigitan nyamuk. Penyakit ini disebabkan oleh parasit bertipe Plasmodium yang terdapat di tubuh si nyamuk yang menjadi inang.

Malaria bisa disembuhkan secara total, kok. Namun, bila tidak ditangani secara tepat, alih-alih sembuh, malaria bisa menyebabkan anemia berat, gagal ginjal, hingga kematian. Karena itulah, deteksi dini penyakit malaria diperlukan untuk menekan angka kematian pasien.

Selama ini, pemeriksaan masih menjadi standar penegakan diagnosis malaria. Tetapi, metode pemeriksaan tersebut memakan waktu, pun hasil akurasi diagnosisnya bergantung pada tingkat keahlian serta pengalaman dokter atau ahli patologi yang menangani.

Nah, hal inilah yang mendasari Indri Dwi Febriani melakukan sejumlah penelitian berbasis pengolahan citra untuk mengidentifikasi parasit malaria secara otomatis yang berjudul Identifikasi Stadium Plasmodium Vivax untuk Penegakan Diagnosis Penyakit Malaria dengan Sistem Berbantuan Komputer. Penelitian yang dilakukan bersama Ibu Izzati Muhimmah dan dr. Novyan Lusiyana dari FK UII ini bertujuan untuk mengusulkan metode pengolahan citra yang dapat digunakan untuk identifikasi stadium parasit malaria Plasmodium vivax.

Metode yang digunakan pada penelitian ini, di antaranya mengubah citra RGB ke kanal S (saturation) pada ruang warna HSV, lalu segmentasi dan operasi morfologi. Selanjutnya, dilakukan ekstraksi fitur tekstur, ukuran, serta bentuk. Fitur-fitur yang didapatkan kemudian diseleksi dengan metode CSF dan untuk proses klasifikasinya digunakan metode Support Vector Machine (SVM).

Penelitian yang menggunakan 30 citra sediaan darah tipis ini menunjukkan bahwa metode yang diusulkan mendapatkan nilai akurasi sebesar 64%, loh. Wah, nggak heran, kalauu makalah ini menjadi salah satu makalah terbaik di Kolokium Informatika 2020 lalu.

Habib Faizal FadliSiapa, sih, yang nggak tahu Twitter? Bahkan mungkin salah satu dari kalian merupakan pengguna aktif Twitter. Berdasarkan data yang dilansir dari kominfo.go.id, jumlah pengguna Twitter di Indonesia mencapai 19,5 juta orang dan menempati peringkat 5 tertinggi di dunia.

Namun, banyaknya pengguna aktif di Twitter tidak jarang menimbulkan tindakan negatif, terutama cyberbullying. As we know, cyberbullying dapat menyebabkan efek yang tidak kalah ekstrim dibanding perundungan secara fisik. Apalagi dengan menggunakan medium secara online, misalnya Twitter, cyberbullying bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja.

Nah, hal inilah yang mendorong Habib Faizal Fadli dalam penelitiannya yang berjudul Identifikasi Cyberbullying pada Media Sosial Twitter Menggunakan LSTM dan BiLSTM. Mas Habib mencoba mengidentifikasi cuitan di Twitter yang mengandung cyberbullying sebagai tindakan pencegahan dari kejadian-kejadian yang tidak diinginkan.

Penelitian yang digarap di bawah bimbingan Bapak Ahmad Fathan Hidayatullah, S.Kom., M.Sc. ini berhasil menjadi salah satu dari tiga penelitian terbaik pada Kolokium 2020 lalu, loh. Penelitian ini menggunakan algoritma pendekatan deep learning, yakni LSTM dan BiLSTM, dengan 6835 data cuitan. Hasilnya, penelitian ini dapat mendeteksi cuitan yang berupa cyberbullying dan non-cyberbullying dengan akurasi mencapai 94% untuk algoritma LSTM dan 95% untuk algoritma BILSTM.

Diharapkan ke depannya penelitian ini dapat terus disempurnakan. Misalnya, dengan menyeimbangkan jumlah baris data untuk tiap-tiap kelas, membuat daftar stopword dan slang word yang lebih kompleks, serta klasifikasi kelas cyberbullying bisa diekstrak menjadi kelas yang lebih spesifik lagi, seperti cyberbullying berupa bully, racism, sexism,  attack.