The Asia Pacific Regional Internet Conference on Operational Technologies (APRICOT) is the largest international internet conference in the Asia Pacific that is held annually. This year, APRICOT 2020 was held at the Crown Promenade Conference Center in Melbourne, Australia. This event was held in close collaboration between The Asia Pacific Network Operators Group (APNOG) and the Asia Pacific Network Information Center (APNIC) with The Internet Association of Australia Inc. (IAA) as the host. This prestigious event was attended by practitioners and academics from across the Asia Pacific.

Fayruz Rahma, S.T., M.Eng. and Mukhammad Andri Setiawan, S.T., M.Sc., Ph.D. who are lecturers of Department of Informatics UII also attended this event.

M Andri Setiawan in APNIC49

Mukhammad Andri Setiawan in APNIC49

Andri (far left in the picture) in APNIC49

At the APRICOT 2020 – APNIC49 conference, which was held on 16-21 February 2020, Mr. Andri attended as the staff of IDNIC-APJII (Indonesian Network Information Center – Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia). As a staff of IDNIC, Mr. Andri revealed that one of the tasks of IDNIC, in addition to make internet quality in Indonesia better, is to make Indonesia a “hotspot” and better known as a pioneer of the latest technology in internet, in the Asia Pacific region.

Fayruz Rahma in APRICOT 2020 – Workshop

Fayruz Rahma in APRICOT 2020

Ms. Fayruz (the one with purple hijab) with the participants and instructors of Virtualization Workshop Class

Ms. Fayruz attended the APRICOT 2020 Virtualization & Cloud Computing Workshop which was held on February 12-16, 2020. According to her, as a lecturer in the Cyber ​​System area, the workshop that she participated in was very important to deepen knowledge and improve capabilities related to virtualization and cloud computing. In this workshop, Ms. Fayruz learned virtualization from basic concepts to container and cloud technology. In addition, there were also several practices, including: virtualization with VirtualBox, virtualization using libvirt with the KVM hypervisor, clustering and virtualization using Ganeti, migrating instances from one node to another node, and so on.

Ms. Fayruz was listed as a participant who passed the selection in the APRICOT Fellowship program. Out of more than 500 APRICOT 2020 fellowship applicants, only 34 fellows were selected from 15 countries in the Asia Pacific region. Ms. Fayruz was the only fellow from Indonesia.

In addition to gaining new knowledge and skills, in this event, Mr. Andri and Ms. Fayruz can also establish relationships with academics and other Internet practitioners from various Asia Pacific countries, and share conditions in their respective countries, get motivation, and inspiration in the world of lectures or technology.

Ivan Seto Adicahya mahasiswa Joint Degree di Korea Selatan

Saat ini, international exposure menjelma kebutuhan khusus yang harus diselami mahasiswa agar semakin mengenal dunia luar. International exposure merupakan salah satu gerbang untuk mengeksplorasi pengalaman hidup yang barupengalaman yang diperoleh dengan berlayar ke wilayah yang belum dipetakan. Banyak cara untuk memperoleh paparan internasional ini, misalnya melalui program pertukaran pelajar, seminar internasional, hingga kuliah ke luar negeri.

Informatika UII bersama Youngsan University South Korea memberikan jalan yang mempermudah mahasiswanya memperoleh pengalaman internasional exposure, yaitu melalui penyelenggaraan program joint-degree. Dengan program joint-degree, mahasiswa hanya berkuliah dua tahun di Informatika UII dan dilanjutkan hingga selesai di YSU. Nantinya, mahasiswa akan mendapat dua gelar ketika lulus, yaitu dari UII dan YSU. 

Youngsan University South Korea

Pengalaman Ivan

Ivan Seto Adicahya, salah satu peserta program joint-degree ini mengaku banyak sekali pengalaman yang ia dapat selama mengikuti program ini. Ivan  merupakan mahasiswa Informatika UII angkatan 2015. Ia tiba di Korea Selatan pada September 2017 dan selama dua semester mengikuti kelas Bahasa Korea. Selang satu tahun, tepatnya pada 3 September 2018, Ivan memulai perkuliahan pertamanya di YSU.  Jika tidak ada halangan, program ini selesai di bulan Juli 2020 dan akan diwisuda pada Agustus 2020.

Ivan sendiri berasal dari Yogyakarta. Berkuliah di UII dengan lingkungan pertemanan yang rata-rata merupakan anak rantau membuat Ivan tertantang untuk ikut merantau. Ia ingin tahu rasanya keluar dari zona nyaman sehingga terpilihlah program joint-degree ini sebagai gerbang untuk mencari pengalaman yang baru. 

Suasana di Youngsan University South Korea

Meskipun nantinya ia harus lulus satu tahun lebih lambat dibanding teman-teman seangkatannya di UII, Ivan mengaku mendapat banyak hal selama mengikuti program joint-degree ini. Ia bisa mengenal bahasa baru, kurikulum baru, teman baru dari berbagai negara, hingga mendapatkan dua gelar dari UII dan YSU. 

Ada satu pengalaman menarik yang diceritakan Ivan selama berkuliah di YSU. Pemrograman menggunakan bahasa PHP sudah mulai tidak banyak digunakan di Korea Selatan sehingga tidak diajarkan di YSU. Namun, karena bahasa tersebut diajarkan di UII, Ivan mendapat kesempatan untuk menjelaskannya di depan kelas, bahkan sang dosen langsung yang meminta Ivan menjelaskannya.

Nantinya, Ivan berencana kerja di Korea Selatan untuk beberapa waktu sebelum pulang ke tanah air. Ivan juga sudah sempat melakukan wawancara dengan salah satu perusahaan di sana sehingga apabila nantinya diterima ia bisa langsung bekerja di sana ketika sudah lulus kuliah.

coworking space magister informatika uii

Peresmian Co-Working Space untuk mahasiswa Program Studi Informatika Program Magister dilaksanakan di ruangan 2.07 Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia, pada 21 Januari 2019 dari pukul 12.00 WIB – 13.00 WIB. Acara tersebut dihadiri oleh para dosen Magister Informatika dan beberapa mahasiswa Magister Informatika. Acara diawali dengan pembukaan dari Bapak Hendrik dan dilanjutkan oleh Ibu Izzati. Dalam pembukaan tersebut, diharapkan Co-Working Space ini dapat memberi dampak positif terhadap kegiatan belajar mahasiswa Magister Informatika.

peresmian coworking space Magister Informatika UII

Peresmian dilakukan secara simbolis dengan pemotongan tumpeng oleh Ibu Izzati selaku Ketua Program Studi Informatika Program Magister kepada Bapak Hendrik dan perwakilan mahasiswa Magister Informatika. Peresmian ditutup dengan acara makan-makan para dosen dan mahasiswa magister. Nantinya, Co-Working Space ini bisa digunakan oleh mahasiswa Magister Informatika untuk tempat belajar atau mengerjakan tugas dengan nyaman.

Laboratorium Komputer Magister Informatika UII

Coworking Space Magister Informatika memiliki desain interior yang minimalis dan modern. Di dalam ruangan tersebut terdapat fasilitas-fasilitas yaitu meja, kursi, bean bags, proyektor, papan tulis dan lemari. Bahkan terdapat fasilitas lain seperti AC, kulkas, bar table, dispenser, dan lemari kabinet. Ruangan ini hanya ditujukan kepada mahasiswa aktif Magister Informatika FTI UII. Di sebelah Coworking Space, tepatnya ruang 2.06, terdapat ruangan lab komputer dengan desain interior minimalis modern. Di ruangan tersebut terdapat meja-kursi, komputer, proyektor, papan tulis, dan AC. Seperti Co-Working Space, ruangan ini juga hanya untuk mahasiswa aktif Magister Informatika.

 

Dr. Yudi Prayudi menjelaskan Chain of Custody Bukti Digital

Apa itu Chain of Custody?

Salah satu aspek penting dalam penanganan barang bukti adalah yang disebut sebagai chain of custody. Ini merupakan sebuah prosedur untuk secara kronologis melakukan dokumentasi terhadap barang bukti serta pencatatan interaksi terhadapnya. Dokumentasi, pencatatan dan kontrol terhadap barang bukti sangatlah mudah dilakukan pada barang bukti fisik. Namun, tidak demikian halnya dengan bukti digital. 

Karakteristik khusus dari bukti digital seperti kemudahan dalam hal modifikasi, copy, hapus, transfer dokumen digital menjadi tantangan sendiri dalam proses dokumentasi bukti digital. Untuk itu, chain of custody untuk bukti digital lebih sulit dibandingkan dengan barang bukti fisik pada umumnya. Ini merupakan sebuah permasalahan yang sangat luas dan kompleks.

Regulasi yang saat ini ada masih berorientasi pada barang bukti fisik. Akibatnya, muncul kesenjangan dalam penerapan regulasi apabila diorientasikan pada bukti digital. Ketiadaan framework diidentifikasi sebagai faktor yang menyebabkan belum dapat diterapkannya mekanisme yang sama untuk chain of custody pada barang bukti fisik dan bukti digital. 

Akibatnya terdapat aspek penyimpanan barang bukti, pencatatan informasi kontekstual dan kontrol terhadap aksesibilitas pada barang bukti digital yang tidak dapat diimplementasikan sebagaimana mestinya. Adanya inkonsistensi dalam penanganan barang bukti berdampak pada menurunnya kredibilitas penegak hukum/pemeriksa/praktisi forensik digital dalam menangani kasus cybercrime.

Digital Evidence Cabinet

Upaya untuk memberikan solusi chain of custody untuk bukti digital agar serupa dengan prinsip-prinsip penanganan barang bukti fisik telah menjadi riset Yudi Prayudi. Lima tahun yang lalu, Yudi mengajukan tema penelitian doktor ini pada Program Doktor Ilmu Komputer DIKE FMIPA UGM Yogyakarta. 

Solusi yang dihasilkan berbasiskan pada pendekatan regulasi yang ada dan menghasilkan sebuah framework yang memuat aspek konseptual dan teknis. Kedua aspek tersebut kemudian diintegrasikan menjadi satu kesatuan terminologi dengan nama Digital Evidence Cabinet (DEC). Konsep dasar dari framework ini adalah sentralisasi penyimpanan. Bentuk fisik dari kantong, label, rak dan lemari dianalogikan menjadi bentuk struktur digital melalui pendekatan XML untuk komponen evidence identifier, evidence unit, evidence bags, evidence rack, evidence cabinet dan evidence repository.

Implementasi framework DEC ini telah berhasil mensimulasikan skenario penanganan kasus yang membutuhkan pemeriksaan bukti digital pada lingkup Laboratorium Forensik Digital. Implementasi ini memberikan output chain of custody yang sesuai dengan yang diharapkan. 

Hal ini dapat menjadi landasan bagi pemeriksa digital maupun praktisi forensik digital lainnya untuk dapat mengimplementasikan DEC ini sebagai solusi chain of custody untuk bukti digital. Digital Evidence Cabinet diharapkan dapat membantu penegak hukum/pemeriksa/praktisi forensik digital dalam mengimplementasikan konsep chain of custody untuk bukti digital sebagai salah satu aspek penting dalam proses investigasi cybercrime. 

Ke depannya, penerapan Digital Evidence Cabinet diharapkan akan meningkatkan kredibilitas dan konsistensi penegak hukum/pemeriksa/praktisi dalam menjalankan tugas-tugas investigasi yang melibatkan bukti digital.

DEC Membawa Dr. Yudi Prayudi Raih Gelar Doktor

Aktivitas penelitian dilakukan di bawah bimbingan Dr.tech, Ahmad Ashari, M.Ikom selaku Promotor dan Dr. Tri Kuntoro Priyambodo, M.Sc., selaku ko promotor. Yudi Prayudi berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul Digital Evidence Cabinet Sebagai Framework Chain of Custody untuk Bukti Digital pada ujian tertutup yang dilaksanakan pada hari Selasa, 7 Januari 2020. Ujian tertutup tersebut dipimpin oleh Prof. Dr. Triyono, SU selaku Dekan FMIPA UGM Yogykarta. Selain dihadiri oleh team promotor, juga melibatkan team penguji lainnya yang terdiri dari Dr. Ing. Reza M.I Pulungan, Dr. Moh. Edi Wibowo, Dr. Mardhani Riasetiawan, Dr. Widyawan dan Dr. Irwan Sembiring.

Dengan selesainya Yudi Prayudi menjalani sidang tertutup tersebut, maka kini Jurusan Informatika FTI UII memiliki 10 dosen yang bergelar Doktor. Khususnya untuk Magister Informatika FTI UII sebagai program magister yang pertama kali membuka kurikulum forensika digital di Indonesia, maka dengan selesainya Yudi Prayudi menjalani studi S3 tersebut akan meningkatkan kualitas pembelajaran dan penelitian pada konsentrasi Forensika Digital.

Informatics Expo 2019

Setelah berhasil menyelenggarakan Informatics Expo pada periode 2018/2019 lima bulan lalu, kali ini eksposisi kembali diadakan untuk mengakhiri periode Semester Ganjil 2019/2020 pada hari Selasa lalu (17/12) di Auditorium Kahar Muzakir. Peserta eksposisi meliputi mahasiswa dari tiga angkatan, yaitu 2017, 2018, dan 2019. Detail timnya untuk tiap mata kuliah:

  • Pemikiran Desain sebanyak 32 tim
  • Pengembangan Aplikasi Berbasis Web – Sistem & Jaringan Komputer sebanyak 62 tim
  • Pengembangan Aplikasi Informatika Medis – Pengembangan Aplikasi Bergerak sebanyak 46 tim
  • Gim Serius sebanyak dua tim.

Tidak hanya diisi oleh karya mahasiswa, tetapi juga ada seminar tentang Blockchain. Selain itu juga, terdapat tiga mitra perusahaan software dari Yogyakarta, di antaranya Javan, Kreasi Code, dan GeekGarden juga turut meramaikan eksposisi kali ini sekaligus melihat-lihat karya mahasiswa yang dipamerkan. 

Agenda Informatics Expo yang telah dilaksanakan semenjak tahun 2016 ini bertujuan untuk menunjukkan karya-karya mahasiswa Informatika kepada khalayak umum sekaligus sebagai profil lulusan Informatika adalah menjadi solution enabler, yang diharapkan dapat menjadi “pemungkin solusi” dengan keterampilan yang mumpuni sebagai analis sistem, desainer, dan pengembang solusi teknologi informasi, dengan dukungan kualitas pribadi yang siap menjadi pemimpin berbasis nilai, entrepreneur, dan pembelajar sepanjang hayat.

 

Seminar Pembaharuan Hukum Siber dan Forensika Digital

Berita terbaru datang dari Konsentrasi Forensika Digital yang telah melangsungkan kuliah umum dan seminar mengenai “Pembaharuan Hukum Siber dan Konsep Dasar Forensika Digital” pada 11-12 Desember lalu bekerja sama dengan Kominfo RI. Kuliah umum dilaksanakan di Auditorium FTI UII, sedangkan seminar dilaksanakan di Hotel Grand Ambarrukmo, Yogyakarta.

Pelaksanaan kuliah umum dan seminar dibuka dengan sambutan dari Kepala Konsentrasi Forensika Digital, Bapak Yudi Prayudi, diikuti oleh seminar sesi satu oleh Bapak Dr. Awaludin Marwan, SH, MH, MA, dosen tetap Fakultas Hukum Universitas Bhayangkara Jakarta Raya dan seminar sesi dua oleh Bapak Teguh Arifiyandi, KaSubdit Penyidikan dan Penindakan, Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika, Kominfo RI. Pembahasan pada seminar meliputi pembaharuan hukum siber serta meliputi  pembahasan mengenai cyberspace. Perlunya diadakan kuliah umum dan seminar ini sangat penting untuk pengetahuan mahasiswa saat ini. Dengan demikian, mahasiswa dapat mengetahui bagaimana dan di bagian apa peran digital dalam melacak kejahatan yang lagi marak-maraknya di Indonesia.

Rupanya, dalam pelaksanaan kuliah umum dan seminar ini mendapatkan banyak partisipasi dari mahasiswa Informatika. Diharapkan kolaborasi-kolaborasi kedua instansi besar tersebut dapat berlangsung lebih lanjut. Semoga para mahasiswa dapat memanfaatkan kesempatan untuk belajar lebih dalam lagi.

Pada Selasa (10/12) lalu, mata kuliah Pengembangan Aplikasi Informatika Medis mengadakan kuliah umum di Gedung Kuliah Umum Dr. Sardjito. Penyelenggaraan kuliah umum ini turut mengundang Direktur Utama Rumah Sakit UII, dr. Widodo Wirawan, MPH., sebagai pembicara. Kuliah umum yang mengusung tema Peran Informatika Mendukung Layanan Rumah Sakit ini bertujuan memberikan pengetahuan mengenai standar, tantangan, serta peluang informatika dalam dunia medis.

peserta kuliah umum informatika untuk layanan rumah sakit

Penerapan teknologi informasi dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi serta keamanan dan kenyamanan dalam proses alur kerja sistem di rumah sakit. Akan tetapi, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi. Misalnya, belum adanya regulasi pemerintah yang mengatur secara rinci mengenai standar tata kelola data medis pasien. Selain itu, dibutuhkan proses edukasi dan implementasi, komitmen, strategi change management yang tepat mengenai ekosistem digital di rumah sakit untuk mewujudkan health trends yang baru.

Dengan adanya tantangan tersebut, semoga mahasiswa dapat menggali ide serta potensi untuk mengembangkan sistem yang mendukung pelayanan di bidang medis. [/Hikmah]

penyerahan kenang-kenangan pembicara kuliah umum peran informatika mendukung layanan rumah sakit

apak Teduh Dirgahayu, Kaprodi S1 Informatika UII

“Sesuai dengan namanya, “Automata”, para mahasiswa dapat berkembang dan belajar dengan kemampuannya sendiri,” harap Bapak Teduh Dirgahayu, selaku Kaprodi S1 Informatika UII.

Alhamdulillah, telah terlaksana Kolokium Automata pada Sabtu (7/12) bagi para mahasiswa Kurikulum 2016. Pembukaan kolokium bertempat di Auditorium FTI UII dan dilanjutkan dengan presentasi paralel di beberapa kelas di FTI UII. Sebanyak 53 makalah dipresentasikan oleh para mahasiswa kurikulum 2016.

Selain dihadiri oleh para presenter yang berasal dari mahasiswa kurikulum 2016, kolokium ini juga dihadiri oleh mahasiswa umum dan para dosen. Kolokium ini tidak semata-mata pemenuhan Mata Kuliah Publikasi Ilmiah saja, tetapi sebagai gambaran bagi mahasiswa selanjutnya yang akan mengikuti Kolokium Automata, khususnya di lingkup Informatika UII. Menurut Mira, salah satu mahasiswa yang mengikuti Kolokium Automata sebagai presenter, kolokium ini merupakan media yang bagus bagi para mahasiswa yang belum pernah mengikuti seminar di eksternal. Kolokium ini sekaligus tempat belajar yang baik untuk menulis makalah karena prosedur kolokium ini mengikuti seminar-seminar lain. Untuk selanjutnya, Kolokium Automata ini akan dilaksanakan kembali khususnya bagi para mahasiswa kurikulum 2016 yang belum pernah mengikuti seminar di eksternal.

Publikasi artikel yang dipresentasikan di Automata bisa dilihat di link ini.

Mata kuliah Topik Terpilih menggelar kuliah umum mengenai Jalur Magang bekerjasama dengan mitranya, yaitu Javan dan Krafthaus Indonesia pada hari Selasa (2/12) lalu. Penyelenggaraan kuliah umum ini diadakan dengan tujuan memberikan pengetahuan bagi para mahasiswanya, khususnya di Informatika UII, bahwa magang juga bisa dijadikan sebagai “pelabuhan” terakhirnya untuk menutup masa studi di kampus selain penelitian, perintisan bisnis, studi ke luar negeri, dan pengabdian masyarakat.

Kuliah Umum Topik Terpilih

Kuliah umum yang diselenggarakan di Auditorium FTI UII ini turut mengundang Mbak Umi Nurul Hasanah, S.Psi dari Javan serta Mas Muh. Arief Widyananda, S.Kom dari Krafthaus Indonesia, sebagai yang ahli di dalam perusahaan perangkat lunak tersebut. Harapannya, setelah diadakannya kuliah umum ini, mahasiswa tidak lagi takut dan ragu atas kemampuannya untuk unjuk diri, karena magang sendiripun adalah proses belajar, seperti yang biasa dilakukan pada masa kuliah.

Membahas mitra, Informatika UII telah bekerjasama dengan beberapa perusahaan perangkat lunak di Yogyakarta dan beberapa kota di Indonesia sebagai salah satu fasilitas bagi para mahasiswa untuk melakukan kerja praktik dan magang. Untuk lengkapnya, dapat dicek di https://informatics.uii.ac.id/mitra-institusi/.

On November 18, 2019, Hendrik, the Head of Department of Informatics UII, together with Teduh Dirgahayu, the Head of Undergraduate Program in Informatics, visited Youngsan University (YSU) in Busan, South Korea. The purpose of this visit was to discuss the continuation of the Dual Degree (DD) program that has been running since 2015. Ibrahim Surya Putra and Muhammad Rizky Al-Faraizy, both class of 2013, were the first two alumni of this program. Meanwhile, two other students from class of 2015, Fairuz Shofi and Ivan Seto Adicahya, are the next in line.

Hendrik and Teduh with Prof. Jihyun Park, Director of International Center, YSU, and Ayla

Hendrik and Teduh with Prof. Jihyun Park, Director of International Center, YSU, and Ayla

Discussion with Youngsan University

During discussions with the Department of Computer Engineering YSU, Hendrik and Teduh had the opportunity to meet with Mr. Young-Gi Kim, the CEO of Wegochain, a South Korean company focusing on Blockchain-based applications and services development. At the time, Mr. Kim and his staff were about to interview Ivan Seto Adicahya, who was applying for a job at Wegochain. Alhamdulillah, Ivan is most likely joining Wegochain after completing his study at YSU next year.

During discussions, Wegochain interested in working with UII and they planned to open a branch office in Indonesia, especially in Yogyakarta. At present, the Department of Informatics UII is still in correspondence with Wegochain, to realize this collaboration. Hopefully, it will be realized soon next year.

Hendrik and Teduh with Staffs of International Office, Hanyang University

Hendrik and Teduh with Staffs of International Office, Hanyang University

Visit to Hanyang University

In addition to visiting YSU, Hendrik and Teduh also visited Hanyang University (HU) in Seoul as a reciprocal visit to HU’s visit to UII a few weeks earlier. Here, the discussion is more focused in the collaboration on the short-term program, such as summer and winter programs. Every year, the HU summer and winter programs are attended by approximately 2000 students from many countries.

On that occasion, HU also offered Department of Informatics UII to send its lecturers to come as visiting lecturers in the said short-term programs.

So, which one are you interested in joining? The Dual Degree program between UII and YSU? Or the short-term program at HU? All the while having the opportunity to explore further the world’s most innovative country.


[Bahasa Indonesia] Read more